Hidup adalah rangkaian sebuah cerita, yang terkadang berjalan tak sesuai dengan rencana, atau tanpa kesengajaan. Namun, di balik skenario Tuhan yang tak terduga, terkandung hikmah luar biasa yang dapat dipetik oleh orang-orang faham dan bijaksana.Â
Selasa sore, 26 Maret 2024, ketika sedang menyervis mobil di sebuah bengkel dan hendak menjemput anak istri di tempat mertua di Ciamis, HP berdering. Ketua PGRI Kota Banjar, yang juga Kasie Cagar Budaya dan Permuseuman Disdik Kota Banjar, Dadang Darulkutni, menelpon.Â
"Ada undangan bukber dari SDN 1 Purwaharja, kalau bisa tolong temani saya, kita sekalian diskusi di sana," katanya sembari menyebutkan nama Rumah Makan yang cukup populer di Kecamatan Cisaga, Kabupaten Ciamis.Â
Rencananya, setelah servis mobil selesai, saya akan langsung meluncur ke Ciamis untuk menjemput anak istri yang sedang menginap di tempat mertua. Tapi demi sebuah solidaritas,  saya pun memutuskan untuk menemani Ketua PGRI Kota Banjar memenuhi undangan tersebut, dan urusan penjemputan, bisa ditunda beberapa jam. Alhamdulillah, istri saya tidak pernah rewel, he.
"Saya ingin ada poin plus ketika guru-guru di Kota Banjar melaksanakan bukber. Minimal, ada diskusi seperti ini agar ada pencerahan," kata Dadang Darulkutni setelah makan selesai.Â
Kajian terbatas dan semi formal selama satu jam tersebut berlangsung seru. Keluhan akan ribetnya PMM, proses kenaikan pangkat, fenomena CGP, tentang PGRI, bahkan hingga beralih pada diskusi persoalan kepemimpinan di Kota Banjar ke depan.Â
Guru, terutama PNS, memang dilarang berpolitik. Namun demikian, sesuai dengan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang guru dituntut untuk memiliki 4 kompetensi, salah satunya adalah kompetensi sosial.
Kompetensi sosial ini tidak hanya difungsikan di satuan pendidikan, namun diterapkan pula kebermanfaatannya di lingkungan sosial masing-masing guru.Â
Pada preses Pilkada mendatang misalnya, dengan kompetensi sosial yang dimiliki, diharapkan para guru dapat berperan aktif untuk  memberikan edukasi, baik kepada siswa maupun kepada masyarakat di lingkungan sosial masing-masing, tentang bagaimana cara masyarakat pemilih menjalankan hak serta kewajibannya dalam berdemokrasi.
Dari pengamatan penulis di lapangan, guru merupakan salah satu profesi yang dihormati di masyarakat. Karena dianggap sebagai bagian dari kalangan intelektual, keberadaan guru identik dengan ketokohan di lingkungan sosialnya.Â
Paling tidak, dalam setiap kepengurusan DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid), pasti ada guru di sana. Tidak sedikit guru yang menjabat sebagai ketua RT, ketua RW, bahkan BPD.Â
Salah satu kesimpulan diskusi setelah bukber tersebut adalah sebuah harapan, agar pemimpin Kota Banjar ke depan, lebih konsen terhadap dunia pendidikan, serta memiliki wawasan mendalam tentang persoalan budaya serta kearifan lokal Kota Banjar.Â
Baca Juga : Stop Politik Transaksional!
Diskusi PGRI
Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik dan "lucu" ketika salah seorang guru bertanya kepada penulis, bagaimana ceritanya seorang guru SMA bisa menjadi Ketua PGRI Cabang Banjar, Kecamatan Banjar.Â
Mengingat bahwa mayoritas anggota PGRI adalah guru SD, dan wajar jika mereka skeptis terhadap kepedulian saya kepada guru SD. Â
Pertanyaan tersebut saya jawab dengan isi pasal 4 AD ART PGRI tentang sifat PGRI, yaitu unitaristik, independen dan non partisan.Â
Unitaristik yang dimaksud adalah, sebagai organisasi profesi yang menjadi urat nadi perjuangan guru, PGRI tidak membeda-bedakan status perbedaan tempat kerja, ijazah, kedudukan, jabatan, agama, suku, ras, gender.Â
Artinya, PGRI bukan hanya milik sebagian guru dari tingkatan tertentu. Pada dasarnya, siapapun anggota yang mau berjuang bersama, anggota yang lain tidak harus merasa terganggu. Justru harus merasa senang, karena bertambah kawan seperjuangan.
Hidup Guru!Â
Hidup PGRI!Â
Solidaritas! Yes!
Ucapan terimakasih kepada :Â
1.Kepala SDN 1 Purwaharja, Ibu Meyanti Saadiyah, M.Pd., yang telah memfasilitasi Bukber sekaligus diskusi terbatas.
2. Rekan-rekan seperjuangan, senasib sepenanggungan, Bapak Ibu anggota PGRI SDN 1 Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar.
3. Kepala SDN 1 Balokang, Acep Rizal Setiagumelar, S.Pd., yang telah ikut serta hadir menghabiskan kopi hitam serta  meramaikan diskusi.😀
4. Mas Sugeng, dari SMPN 1 Banjar, yang telah ikut serta jadi pembicara 😀.