Masjid Agung Manonjaya ini memakai atap tumpang tiga dengan mustaka, peninggalan dari Syekh Abdul Muhyi, seorang ulama besar yang identik dengan tempat ziarah Pamijahan, Tasikmalaya.
Mengingat betapa tidak ternilainya keindahan arsitektur serta sejarah pembangunan mesjid Agung Manonjaya ini, pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai warisan cagar budaya melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1999.
Dengan begitu, pengurus mesjid tidak boleh mengubah bentuk bangunan mesjid ini. Ornamennya harus tetap sama dengan desain lama semenjak dibangun pada tahun 1837 Masehi.Â
Di bagian prasasti di halaman mesjid, tertulis bahwa pada tahun 1889, pada masa pemerintahan Raden Tumenggung Wira Adiningrat dilakukan perubahan atau pembangunan tambahan di mesjid Agung yang sangat artistik ini.Â
Alun-alun serta Mesjid Agung Manonjaya, merupakan perpaduan tempat ngabuburit yang saling melengkapi. Dengan alun-alun yang luas, lapang sepakbola yang representatif, dan luasnya area untuk pedagang kaki lima, membuat tempat ini layak untuk dijadikan tempat ngabuburit favorit.Â
Baik alun-alun, maupun mesjid Agung Manonjaya, terawat dengan baik. Sayangnya, saya belum berkesempatan untuk mewancarai pengurus DKM Mesjid Agung bersejarah ini. Insya Allah lain kali, saya akan menulis tentang mesjid ini dengan lebih detail.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H