Mohon tunggu...
Encang Zaenal Muarif
Encang Zaenal Muarif Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Lepas, Youtuber, Petani, Pebisnis Tanaman

Tak kenal maka tak sayang. Guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 3 Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat. Pemilik kanal YouTube Abah Alif TV dan Barokah Unik Farm. Mantan wartawan dan Redaktur Pelaksana SK Harapan Rakyat. Ketua Yayasan Al Muarif Mintarsyah sekaligus pendiri SMP Plus Darul Ihsan Sindangkasih. Kini aktif di PGRI dan diamanahi sebagai Ketua PGRI Cabang Kec. Banjar dan sekretaris YPLP PGRI Kota Banjar. Untuk menyalurkan hobi menulis, aktif menulis di berbagai media cetak dan media online. Karena seorang anak petani tulen, sangat suka bertani dan kini menjadi owner Toko Barokah Unik Tokopedia, yang menjual berbagai jenis bibit tanaman, di antaranya bibit kopi, alpukat dan lain sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Si Anak Kampung Pergi ke Luar Negeri

18 Februari 2024   08:26 Diperbarui: 18 Februari 2024   08:54 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Pagi yang dingin, 7 derajat celcius di halaman UC SSC Lake Ginninderra, Canberra Australia. 

Teman-teman, izinkan saya si anak petani dari kampung  ini, bercerita pengalaman, saat mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negeri Kanguru, gratis tanpa biaya. Kata orang Jawa, sugih tanpa bondo, nglurug tanpa bolo, digdoyo tanpa aji, menang tanpa ngasorake. Selamat membaca. 

Jalan raya yang begitu lebar, bersih dan lalu lintas yang sangat tertib menjadi ciri khas negara Kanguru. Pepohonan berdaun warna warni menjulang tinggi sepanjang jalan menuju sekolah, UC Senior Secondary College - Lake Ginninderra, Canberra, Australia.

Udara yang sejuk, bebas polusi kuhirup berkali-kali menambah segarnya badan. Burung merpati, kakaktua, ibis putih, dan jenis burung lain yang tidak kuketahui namanya beterbangan kesana kemari di sepanjang jalan Belconnen menuju Ginnindera Lake. 

Sesekali kulihat Kanguru berlarian ke arah hutan. Kalau saja ada di Indonesia,  pasti habis burung-burung dan Kanguru ini diburu, pikirku.  

Memasuki pelataran parkir sekolah, kulihat lingkungan yang bersih tertata rapi tanpa sampah sedikitpun. Di area sekolah di samping danau yang indah bernama danau Ginninderra seluas kurang lebih 2 hektare ini, berdiri kurang lebih 70 ruangan.

Pintu listrik otomatis yang menjadi akses antar ruangan, membuat diriku serasa berada di film Harry Potter, karena sensitivitas pintunya bagus, aku sering iseng, ditunjuk pakai jari saja pintu sudah membuka. 

Diantar Sam (Ketua Jurusan Bahasa Inggris UCSSC Ginninderra Lake), saya dan rekan sesama guru BRIDGE dari SMaN 3 Banjar, Krisma Yuanti, mengelilingi seluruh ruangan, dan hasil penelusuran ruangan selama seminggu berada di sekolah tersebut kusimpulkan dengan hanya 1 kata. Totalitas. 

Ya. Totalitas pemerintah dalam mengucurkan dana pendidikan adalah kunci utamanya. Fasilitas di sekolah setingkat SMA ini sangat lengkap. Sekedar informasi, UCSSC Ginnderra Lake terdiri dari kelas 11 dan 12 setingkat SMA di negeri kita, sedangkan tingkat SMP di Canberra, menyelenggarakan pendidikan kelas 7 hingga kelas 10. 

Ruangan Seni, kulihat sama persis seperti di sebuah galeri. Ruangan furnitur, dengan KJ sebagai instruktur, memiliki peralatan mesin lengkap yang canggih bagaikan di sebuah pabrik. Ruangan memasak (Raven sang guru yang cantik bagai model), tak kalah modern dengan restoran mewah. Masuk Ruangan Mesin Otomotif, terasa berada di ruangan bengkel resmi. 

Dokrpi. Di ruang memasak UC SSC Lake Ginninderra. Mengobservasi siswa  praktik memasak berbagai menu khas sejumlah negara. 
Dokrpi. Di ruang memasak UC SSC Lake Ginninderra. Mengobservasi siswa  praktik memasak berbagai menu khas sejumlah negara. 

Di ruangan drama dan teater, tersedia bioskop seperti halnya bioskop berkelas. Bahkan di cafetaria pun, aku merasa berada di sebuah kafe berkelas internasional. 

Ruangan-ruangan lain yang jika saya gambarkan semuanya, takkan selesai cerita ini meski harus sampai bersambung ke bagian 12. Semua serba totalitas. Saat kutanya sang deputy principal (wakil kepala sekolah), Gerard, dari mana seluruh sumber dana untuk memfasilitasi sekolah ini, dia menjawab, semua bersumber dari pemerintah. Siswa tidak diminta 1 sen pun untuk seluruh kegiatan pembelajaran. 

Untuk praktik apapun, semua bahan disediakan oleh pihak sekolah dan proses pengerjaan praktik dilakukan di ruangan dengan bimbingan instruktur. Setiap guru memiliki pendamping bagian teknis untuk membantu proses pembelajaran praktik. 

Selain masuk mengajar Bahasa Indonesia serta pengenalan budaya Indonesia, saya dan Krisma Yuanti pun mengobservasi  pembelajaran teori yang dilakukan guru di kelas. Matematika (Ross dan Adrian), Biologi (Sarah) Sosiologi (Andrew), Bahasa Inggris (Sam). 

Suasana pembelajaran mereka begitu menyenangkan, akrab, tidak ada guru yang marah ketika menegur siswa, dan kulihat tidak ada satupun guru yang memberikan PR. 

Mata pelajaran wajib di sekolah ini hanya 6. Sisanya adalah pilihan yang benar-benar sesuai minat siswa. Bukan pilihan yang diwajibkan. Terlalu banyak pelajaran akan membuat siswa menjadi bermutu (bermula tua) he-he. 

Rabu pagi, 9 Agustus 2023

Kirk Zwangobani, kepala sekolah sementara USSC Lake Ginninderra (kepala sekolah definitif, Melissa Planton sedang berada di Amerika), memberikan rincian jadwal kami. Jadwal yang padat. 

Diundang ke kantor kedutaan besar RI untuk Australia,  menghadiri Carriers Expo, sebuah acara tahunan yang digelar seluruh universitas di Australia, hingga makan malam di rumah makan Afghanistan. 

Di kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Australia, kami diterima oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Pak Dr. Mukhamad Najib beserta stafnya pak Gedhe, asli Bali. Pak Najib berpesan, agar kami benar-benar memanfaatkan momentum ini untuk pengembangan diri supaya kami mampu menjadi agen perubahan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. 

Dokrpi. Berfoto bersama di halaman balai wisata budaya yang dikelola Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI untuk Australia. 
Dokrpi. Berfoto bersama di halaman balai wisata budaya yang dikelola Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedubes RI untuk Australia. 

"Saya berharap, ke depannya Kang Encang dan Bu Krisma mengajar di sini paling tidak setengah semester," kata pak Najib, kepada Bu Meg, dari drektorat pendidikan Canberra, Australia. Kami diajak berkeliling ke balai wisata budaya yang begitu lengkap dengan alat-alat kesenian dari berbagai daerah di Indonesia. 

Waktu makan malam pun tiba, Gerard menjemput kami di hotel tepat pukul 18.00, sesuai yang mereka janjikan. Kami pun dihidangkan berbagai menu Afghanistan yang seumur hidup, baru kami rasakan. Selama beberapa jam, kami berdiskusi tentang  pendidikan di negara kami masing-masing diselingi canda tawa penuh kehangatan. 

Dokpri. Makan malam bersama manajemen sekolah UC SSC Lake Ginninderra. 
Dokpri. Makan malam bersama manajemen sekolah UC SSC Lake Ginninderra. 

Lain halnya ketika kami berada di sekolah. Kusaksikan bahwa pimpinan, guru dan seluruh staf bekerja penuh kedisiplinan, serius, pantang buang waktu, gerak cepat, obrolan ringan seperlunya. 

Kamis, 9 Agustus 2023

Sam mengajak kami untuk menghadiri Question Time di Parliaments House. Gedung parlemen baru yang begitu indah kami masuki sembari masih bertanya dalam hati, apakah ini hanya mimpi. 

Kusaksikan proses demokrasi tersebut dari deretan tamu istimewa bersama politisi Amerika Serikat yang kebetulan sama-sama sedang berkunjung, jalannya proses demokrasi yang begitu indah. 

Partai oposisi mengajukan pertanyaan dan kritik tapi dijawab langsung oleh Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, tanpa emosi dan penuh narasi logis diselingi kelakar. Kata Sam, Question Time digelar setiap Senin hingga Kamis, pukul 2 hingga 3 siang, waktu Australia. 

Hebatnya, gedung parlemen baru tersebut tidak hanya dijadikan wahana demokrasi, namun jadi ajang wisata tour edukasi bagi seluruh warga Australia. Warga diperkenankan menyaksikan Question Time, tentunya dengan pemeriksaan yang ketat. Saya mengalami langsung, harus melepas sabuk, cincin, jam tangan, jaket dan benda-benda yang sekiranya dapat dilemparkan. 

Dokpri. Sam dan Krisma berfoto bersama di koridor menuju ruang Question Time, sebelum HP kami dititipkan di penjagaan yang sangat ketat. 
Dokpri. Sam dan Krisma berfoto bersama di koridor menuju ruang Question Time, sebelum HP kami dititipkan di penjagaan yang sangat ketat. 

Topik yang hangat sewaktu saya hadir di gedung parlemen Australia adalah terkait anggaran kesehatan. Begitu seru dan penuh dengan pengunjung. Masyarakat, tenaga medis serta anak-anak sekolah begitu antusias menyimak. Mantan perdana menteri sebelumnya, Kevin Rudd yang kini menjabat Perdana Menteri Australia untuk Amerika, ikut hadir menyaksikan sekaligus mengantar para politisi Amerika yang ingin menyaksikan proses demokrasi itu. 

Jumat, 10 Agustus 2023

Setelah mengajar dan observasi kelas, Shellee mengajak kami ke Morning Tea yang digelar oleh sekolah setiap akhir pekan. Ketika tiba di ruangan Morning Tea, kami disambut tepukan meriah oleh seluruh guru dan staf UCSSC Ginninderra Lake. 

"Teman-teman, seperti yang kita ketahui, selama seminggu ini, sekolah kita kedatangan guru nternasional dari Indonesia, yaitu Encang dan Krisma. Encang juga adalah seorang penulis, dan nama sekolah kita sudah menyebar di koran-koran di negaranya. Untuk itu, kami sangat berterimakasih," kata Kirk saat sambutan. 

Ternyata, saking senangnya karena nama  UCSSC Ginninderra Lake menyebar di Indonesia, cerita saya sebelumnya di koran Harapan Rakyat berjudul "Bertugas di Negeri Dongeng", mereka cetak dan dibagikan ke seluruh guru dan staf. 

Dokrpi. Laporan perjalanan yang dimuat di koran Harapan, dipindai dengan Cam Scanner.
Dokrpi. Laporan perjalanan yang dimuat di koran Harapan, dipindai dengan Cam Scanner.

Saat diberikan kesempatan untuk sambutan, saya mengucapkan terimakasih atas kebaikan mereka selama ini. Saya meminta maaf atas segala kesalahan, sekaligus pamit karena keesokan harinya kami harus melanjutkan perjalanan ke Melbourne. 

Kami bertukar souvenir dari sekolah dan produk budaya negara masing-masing. Kebaya, beskap, batik Khas Kota Banjar, dan plakat kami berikan, dan sungguh di luar dugaan, yang mereka berikan jauh lebih banyak dan bagus. Jaket, gelas, boneka Koala, dan bolpoin. Semuanya kualitas terbaik.  

Di akhir acara morning tea, Kirk, yang leluhurnya asli Zimbabwe, seorang PHD yang rendah hati, mengajak saya untuk saling mempertunjukkan beladiri dari daerah masing-masing. 

Dia mendemonstrasikan Capoeira yang begitu indah, dan saya pun mempertunjukkan pencak silat yang pernah saya pelajari di masa remaja. Tepukan tangan guru, staf dan siswa membuat kami terharu, betapa mereka sangat menghargai sekecil apapun sebuah karya. 

Sabtu, 11 Agustus 2023

Saya dan Krisma diantar oleh Mrs. Shelle ke bandara Canberra untuk terbang ke Melbourne. Di sana, panitia BRIDGE beserta tim AEF (Asia Education Foundation), telah menunggu kami untuk melakukan kajian bersama 20 peserta BRIDGE lainnya yang disebar ke 7 negara bagian lain. Perjalanan di Melbourne selama 5 hari, Insya Allah akan saya ceritakan di lain hari. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun