"Terus, dapat uang berapa kemarin?" tanya saya penasaran.Â
"Justru itu pak, saya menyesal nggak bawa lebih banyak lagi. Pukul 10 sudah habis. Saya dapet sejuta seratus rupiah," katanya. Kok, sama persis dengan gaji anggota KPPS, batin saya.Â
"Mangkal di berapa TPS?" tanya saya kepo.
"Hanya di 1 TPS tempat saya nyoblos, pak. Tadinya saya pikir harus keliling di beberapa TPS, tahunya, di TPS saya saja sudah habis," ujarnya.
"Berapa jam jualan?" tanya saya menginterogasi layaknya BAP seorang polisi.Â
 "Hanya dua jam sudah habis pak. Untung istri membantu saya melayani pembeli, tangan saya nggak berhenti masukin bakso dan kuah ke mangkuk, he-he," katanya.
"Coba kalau bawanya lebih banyak ya, nongkrong di beberapa TPS, bisa dapet 10 juta," kata saya bercanda, sambil menyuapkan pangsit Malang yang kriuk-kriuk dan gurih. Mantap sekali bakso Malang ini.Â
"He-he, iya pak. Tapi patokan rezekinya sudah segitu sih," kata Jamal.
Rupanya dia tipe orang yang paham akan rahasia rezeki, yang datang dan pergi tanpa bisa dipaksa.
Manusia hanya wajib berusaha saja. Hasil dan tidak, urusan yang di atas.Â
Jamal ini mengingatkan saya kepada salah satu keponakan, yang namanya Jamal juga. Jamaludin Al Khotimi nama lengkapnya. Anak ke-6 dari 7 bersaudara kakak perempuan saya.