Salah satu pesan leluhur Sunda tersebut adalah "aya ma nu ngeusi dayeuh iweu ulah batenga bisi kakereh" yang artinya generasi muda sebagai pengisi kota, jangan bersikap gegabah atau sewenang-wenang agar hidupnya tidak celaka.Â
"Tigin kana jangji, bela kana lisan" mengandung makna bahwa seorang ksatria harus memegang teguh pada janjinya, dan kata-katanya harus bisaa dipegang agar hidup kita terhormat dan dihargai oleh orang lain. Sungguh sebuah kata bijak yang bermakna sangat dalam yang ditanamkan oleh para pemimpin di masa silam.Â
Kurang lebih setengah jam kami berada di area perbatasan antara Kecamatan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap dan berbatasan langsung dengan Kecamatan Purwaharja Kota Banjar Jawa Barat ini.Â
Meski bukan area wisata yang ramai dikunjungi orang, namun menurut saya, tempat ini cocok dijadikan tempat istirahat bagi yang sedang berada di perjalanan lintas provinsi Jabar - Jateng.Â
Berada di tugu perbatasan ini pun, ingatan kita akan melayang pada perjuangan pangeran Diponegoro, serta perjuangan prajurit Siliwangi dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.Â
Mrs. Shellee mengatakan akan mengajak suaminya, Steve, yang merupakan seorang guru Sejarah, untuk datang ke tempat ini di pertengahan 2024. Orang bule memang sangat menghargai karya-karya bernilai sejarah, meskipun di mata kita rakyat Konoha, karya tersebut dianggap biasa saja. He-he.Â
Sore hari itu pun kami kembali pulang ke Kota Banjar, mengantarkan Mrs. Shellee ke tempat menginapnya selama dua pekan di sebuah Guest House yang paling dekat dengan lokasi SMAN 3 Banjar. Bukannya kami tidak mau menampung beliau di rumah kami, namun kami minder, karena keadaan rumah yang kurang bonafid untuk ditinggali tamu dari luar negeri. He-he.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H