Tadi siang, di sela-sela mengajar kelas XII, saya bertanya pada siswa, apa rencana mereka setelah lulus dari SMA. Betapa terkejutnya saya, hanya 6 dari 29 siswa yang berencana melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sisanya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Lantas saya bertanya alasan mereka tidak mau berkuliah.
Sebagian menjawab, otak mereka sudah lelah untuk belajar. Proses belajar yang telah mereka lalui di SD, SMP dan SMA membuat mereka jenuh. Banyaknya jumlah mata pelajaran serta ketatnya aturan di sebuah tempat bernama sekolah, seolah-olah mereka anggap sebagai "penjara" bagi mereka.
Sejumlah siswa menyebutkan, alasan mereka tidak akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi adalah faktor ekonomi. Sekolah tempat saya mengabdi, Â memang sebuah sekolah di tengah kota kecil, yang (mohon maaf), sebagian besar latar belakang ekonomi orangtua siswanya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Alhasil, dorongan keluarga untuk meningkatkan taraf pendidikan pun kurang kuat, mengingat biaya kuliah tidak akan terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Rendahnya motivasi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ini saya yakin tidak hanya terjadi di sekolah saya. Bisa jadi, di tempat lain yang lebih tertinggal, terjauh dan terluar, minat mereka untuk berkuliah sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali.
Selaku guru, hendaknya kita tidak diam menyikapi hal ini. Pentingnya pendidikan harus ditanamkan secara serius di mindset siswa kita. Guru harus memberikan pemahaman, bahwa berkuliah dan meraih gelar sarjana, akan meningkatkan kualitas hidup. Tingginya level pendidikan akan berbanding lurus dengan kesejahteraan yang diraih. Jika ada orang sukses tanpa sekolah, hal itu karena faktor nasib atau karena kegigihan orang tersebut dalam mencari ilmu secara otodidak. Umumnya, orang harus sekolah tinggi jika ingin mendapat pekerjaan yang lebih layak.
Mindset tentang pentingnya mencari ilmu pun mesti dibangun. Yakinkan mereka, bahwa pendidikan adalah investasi terbaik dibanding properti atau aset apapun. Kesungguhan untuk mencari ilmu di perkuliahan pun bukan disandarkan pada tujuan mencari kerja, namun untuk meningkatkan kapasitas keilmuan, dan sebagai bonusnya, kesempatan pun akan datang  pada mereka yang mau belajar. Sebagaimana janji Allah SWT yang menyebutkan akan mengangkat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Bagi Mereka yang Sudah Lelah Belajar    Â
Siswa yang mengakui telah lelah belajar mestinya diberitahu bahwa belajar di perguruan tinggi lebih santai dibanding belajar di SMA karena kita hanya fokus pada satu bidang tertentu saja. Selain itu, terdapat jeda waktu yang lumayan lama dari mulai lulus SMA hingga mulai perkuliahan, kurang lebih beberapa bulan, dan waktu yang lumayan lama tersebut akan membuat badan dan otak kembali segar. Dengan mengambil jurusan yang diminati di perguruan tinggi, tidak akan membuat seseorang terbebani, karena ilmu yang dicari sesuai dengan bidang yang disukai. Tidak ada kata lelah dan bosan bagi orang yang menggeluti sesuatu yang disukai, bukan?
Untuk Mereka yang Minim BiayaÂ
Faktor ekonomi memang menjadi faktor paling dominan untuk mereka yang tidak akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Solusinya adalah mencari kampus yang lebih fleksibel dari segi waktu serta murah dari segi biaya. Salah satunya adalah perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Terbuka. Seorang mahasiswa UT, bisa bekerja sambil kuliah, karena perkuliahan diadakan secara daring dengan waktu yang tidak terlalu menyita. Untuk informasi lebih detail tentang Universitas Terbuka, bisa menghubungi ke nomor WA 081282462218.
Saya dengar biayanya pun sangat terjangkau, hanya ratusan ribu rupiah per bulan. Bagi orang yang mau prihatin dan tekun bekerja, dia akan sanggup membayar biaya kuliah secara mandiri tanpa meminta bantuan kepada orangtua. Â Â Â Â
Selain itu, dengan besarnya anggaran pendidikan yang digelontorkan pemerintah, banyak sekali program beasiswa untuk mahasiswa yang kurang mampu serta mereka yang berprestasi. Hal ini harus diinformasikan kepada mereka yang takut untuk kuliah karena alasan ekonomi. Banyak pula program CSR (Coorporate Social Responsibility)Â yang disalurkan oleh perusahaan besar dalam bentuk beasiswa.
Mendorong siswa untuk kuliah bukan hanya tugas guru BK saja, namun semua guru harus menjadi motivator. Tugas kita adalah mencetak generasi yang lebih unggul dibanding kita, dan tentunya untuk menuju Indonesia emas harus diimbangi dengan peradaban yang lebih baik, bukan hanya ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, namun harus diiringi dengan generasi yang lebih tinggi pendidikannya. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H