CIKAL BAKAL SMAN 3 BANJAR
SMAN 3 Banjar Kota Banjar, Jawa Barat, berdiri pada tanggal 2 Mei 2006. Cikal bakal SMAN 3 Banjar berawal dari SMA PGRI yang didirikan pada tahun 1980 oleh Drs. H. Unen Astramanggala (almarhum), yang waktu itu berstatus sebagai PNS Guru SMA Negeri Banjar (sekarang SMAN 1 Banjar).Â
Drs. H. Unen Astramanggala tidak berjuang sendirian. Dewan pendiri SMA PGRI antara lain Bapak Unawas, Bapak Komar, Bapak Utas Sutasya, serta Bapak Iwa Kartiwa.Â
Ketika awal pendirian, kepala SMA PGRI dijabat oleh Drs. Unen Astramanggala, dengan status Kepala Sekolah DPK (Diperbantukan), karena beliau saat itu berstatus sebagai guru PNS di SMA Negeri Banjar.Â
SEJARAH PERKEMBANGAN SMA PGRIÂ
Pada awal pendirian, SMA PGRI mendapatkan respon positif dari masyarakat. Banyak orangtua dari berbagai daerah yang menyekolahkan putra-putriya di SMA PGRI Banjar. Di antaranya dari wilayah Ciamis yaitu Panjalu, Kawali, Rancah, Cisaga, Pamarican, Lakbok, hingga dari wilayah Pangandaran, Cijulang, Parigi, serta dari luar Kabupaten Ciamis pun banyak siswa yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan di SMA PGRI Banjar, di antaranya daerah Majenang, Wanareja dan Dayeuhluhur. Jumlah rombongan belajar pada tahun-tahun awal meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun ke tiga awal pendirian, jumlah siswa mencapai 9 rombel. Puncaknya terjadi pada sekitar tahun 1990-an, yang mana jumlah rombel mencapai 18 kelas. Di tahun 2000-an, kebijakan Mendikbud untuk mendirikan SMA Negeri di setiap kecamatan, menjadi pemantik merosotnya penerimaan siswa baru di SMA PGRI Banjar. Saat Kepala SMA PGRI DPK, Bapak Drs. Unen Astramanggala diangkat menjadi Kepala SMA Negeri 1 Ciamis, kepemimpinan SMA PGRI Banjar dilanjutkan oleh Drs. Idin Sukriatmana (almarhum), pada tahun 1993-an. Setelah Bapak Idin berhenti dari kepala SMA PGRI pada tahun 2004, jabatan kepala SMA PGRI Banjar dilanjutkan oleh Bapak Drs. Tono Sartono pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
PERUBAHAN STATUS SMA PGRI MENJADI SMAN 3 BANJARÂ
Diresmikannya Banjar sebagai sebagai kota otonom sejak tanggal 21 Februari 2003, berdampak pada seluruh unsur kehidupan masyarakat di Kota Banjar, termasuk salah satunya pada bidang pendidikan. Fenomena sosial yang terjadi saat itu adalah banyaknya warga Kota Banjar yang menyekolahkan putra putrinya di SMA Negeri di luar kota Banjar karena tidak diterima di SMA Negeri Banjar. Bagaimanapun, image sekolah negeri masih dinomorsatukan oleh orangtua siswa, sehingga bersekolah di sekolah negeri d luar kota Banjar menjadi alternatif kedua jika tidak diterima di SMA Negeri Banjar (sekarang SMAN 1 Banjar). Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu menurunnya jumlah siswa SMA PGRI.Â
Melihat fenomena tersebut, Pemkot Banjar mengambil kesimpulan bahwa jumlah SMA negeri di Banjar harus ditingkatkan agar keinginan warga Banjar untuk menyekolahkan putra-putrinya di SMA Negeri dapat terakomodir. Â
Oleh karena itu, walikota Banjar saat itu, Dr. H. Herman Sutrisno, MM., menawarkan kepada Kepala SMA PGRI Banjar, Drs. Tono Sartono, untuk mengubah status SMA PGRI menjadi SMA Negeri 3 Banjar (Waktu itu, SMAN 2 Banjar sudah berdiri di Lagensari). Dr. Herman menawarkan perubahan status tersebut dengan catatan PGRI tidak meminta kompensasi.