Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... lainnya -

www.albanduni.wordpress.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sejarah Indonesia Versi Mazhab Mansuriyah

31 Agustus 2010   08:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:34 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan nada bercanda Sulasman menyebut penulis buku Api Sejarah seperti "dukun" yang mampu menghadirkan hal-hal yang "gaib" dari berbagai peristiwa sejarah, khususnya perjuangan ulama dan santri.

Sedikit berbeda dengan komentar Dr.Mumuh Muhsin Zakaria, yang menjadi pembahas kedua. Menurut pengajar ilmu sejarah di Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung ini, buku Api Sejarah bisa disebut memiliki mazhab tersendiri, yaitu mansuriyah.

“Buku Api Sejarah yang saya pahami tampak bagaimana Islamisasi sejarah Indonesia dimunculkan sehingga keluar dari karya sejarah yang standar, khususnya dalam metodologi sejarah,” kata dosen sejarah Unpad ini.

Lulusan doktor sejarah di salah satu universitas Jerman ini juga memberikan catatan kritis. Menurut Dr.Mumuh, pada buku Api Sejarah terdapat ketidakjelasan antara opini penulis dengan kutipan atau pengambilan sumber dan interpretasi penuls lebih dominan ketimbang data dan fakta yang disajikan.

Meskipun secara metodologi lemah dan bahan yang digunakan dalam penulisannya menggunakan sumber sekunder (bukan primer), tetapi Dr.Mumuh juga mengakui kekuatan materi sejarah pada buku Api Sejarah lengkap dan menyeluruh.

“Buku ini bagus karena sangat jarang ada buku sejarah yang laku dan didiskusikan di berbagai tempat. Padahal, kita tahu bahwa pelajaran sejarah sejak SD hingga perguruan tinggi tidak diminati. Kalau membaca karya sejarah yang ditulis oleh pakar sejarah atau profesor tidak akan betah lama membacanya. Beda dengan buku Pak Mansur ini, dibaca dan dimiliki masyarakat awam. Saya mernyarankan kepada penerbit untuk diajukan ke Muri,” ujarnya sambil menengok ke moderator (saya) yang mengangguk.

“Karena itu saya menyebut buku Api Sejarah ini bermazhab tersendiri, mazhab mansuriyah,” kata Dr.Mumuh yang diselingi senyum melanjutkan.

“Saya ingatkan kepada mahasiswa S1 dan S2 jurusan sejarah untuk tidak menggunakan model buku Api Sejarah karena mazhab mansuriyah ini khas Pak Mansur. Kalau pun tetap memakainya, pasti tidak akan lulus.”

Dr.Mumuh juga menyoroti istilah “ulama” dan “santri” yang dibedakan oleh penulis buku Api Sejarah dengan umat Islam. Padahal, keduanya sama dengan masyarakat Islam Indonesia. Bahkan, Mumuh meyakini bahwa umat Islam yang berjuang melawan penjajah bukan karena alasan agama semata, tetapi ingin lepas dari penjajahan dan menjadi bangsa yang merdeka.

“Ini yang menjadi pertanyaan saya: mengapa Pak Mansur memunculkan istilah ulama dan santri juga mengeksplisitkan label agama pada penjajah. Misalnya Kerajdaan Kristen Belanda, seolah-olah perang agama ketika berhadapan dengan pejuang Indonesia,” tanya Dr Mumuh yang membuat suasana diskusi menjadi sedikit tegang.

Nuansa serius yang digelorakan kedua pembicara sedikit mencair ketika pembicara ketiga berbicara. Seperti biasa, dengan gaya khasnya Ahmad Mansur Suryanegara yang merupakan penulis buku Api Sejarah (jilid 1 dan 2) menyemarakkan diskusi dengan sedikit guyonan sehingga suasana kembali segar meski sudah menjelang shalat zuhur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun