Mohon tunggu...
Purnama Syaepurohman
Purnama Syaepurohman Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, Sustainability provocateur, open mind, Edukasi, Literasi Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Modus Akun Abal-abal

3 Januari 2025   07:25 Diperbarui: 3 Januari 2025   10:13 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Jika ingin membawa institusi lebih akrab dengan generasi muda, maka harus berani masuk ke media sosial yang mereka ada di sana. Tiktok, Instagram, Facebook, Threads, LinkedIn, X, dan sebagainya. Setiap media sosial memiliki karakter dan teknologi pengaturan yang khas. Menuju "centang biru" bermacam-macam cara. 

Media sosial tidak terlepas dari kejahatan. Apalagi sifat anonimitasnya. Setiap orang bisa membuat akun tidak terbatas. Setiap orang bisa punya tendensi beragam. Akun untuk kepribadian lain, dunia nyata introvert, dunia maya ada akunnya yang ekstrovert. Dan kasus-kasus lainnya. 

Berkenalan di media sosial Tiktok, Facebook, dan lain-lain perlu berhati-hati. Kalau anda laki-laki akan ada akun bergambar perempuan mengajak berkenalan. Kalau anda perempuan, maka akan ada akun laki-laki mapan minta berkenalan. 

Akun abal-abal seperti ini, biasanya punya karakter tertentu. Kalau dilihat profilnya, hanya ada maksimal 12 foto. Berdasarkan pengalaman penulis. Bahkan ada yang cuma 1, dan tidak jelas. Yang pasti memberi kesan glamor sedikit fleksing. 

Modusnya sederhana, menyapa, ngajak kenalan, tanya umur, tanya kegiatan hari ini apa, lalu mengajak pindah komunikasi ke Whatsapp. Nah kalau sudah kesini, maka modus operandinya dijalankan. Kalau perempuan dikerjain dengan love scam, umumnya, dan laki-laki lebih banyak cara. Love scam, investasi bodong, judi online, trading, skema Ponzi/ mlm dan lain-lain.

Ini berlaku global, bisa mengaku orang Singapura, orang Malaysia, orang Hong Kong, atau orang Indonesia tapi tinggal di Taiwan, orang Bandung tapi tinggal di Bali, dan sebagainya. Bahkan mengaku US Navy dengan seragam tentara wanita, tapi wajah Korea. 

Kejahatan seperti ini akan terus merebak, karena pemerintah tidak punya hak untuk mengatur akun media sosial masyarakat. China dengan sistem sosialis komunis nya, bisa mengatur penggunaan akun media sosial, dengan tangan besi. Indonesia bebas, karena media sosial yang dijual produk dari Amerika Serikat yang kapitalis. Kebebasan diagung-agungkan, walaupun banyak merugikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun