Mohon tunggu...
Purnama Syaepurohman
Purnama Syaepurohman Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, Sustainability provocateur, open mind, Edukasi, Literasi Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru ala Bapak 2024

1 Januari 2025   09:40 Diperbarui: 1 Januari 2025   09:40 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak tidak semangat ber tahun baruan. Karena gaji dibayar sebelum tanggal 25 Desember 2024. Bapak berpikir, pengeluaran akan bertambah-tambah karena adanya tambahan-tambahan. Anak-anak sedang tidak bersekolah. Ada tuntutan-tuntutan tambahan. Sementara cicilan-cicilan tertentu, rutin bulanan, masih memotong penghasilan yang dikirim kantor. Ucapan-ucapan motivasi dan tahniah berjubel di media sosial. Semoga Indonesia lebih baik, semoga perekonomian dunia membaik, semoga perang di berbagai belahan dunia mereda. Semoga Israel insyaf, Semoga KPK benar-benar KPK tanpa politicking, semoga Prabowo dan kabinetnya benar-benar membawa kebaikan lebih besar, dan semoga-semoga lainnya yang baik-baik.

Bapak tidak kompak dengan Ibu. Semangat dia berbelanja minuman berperisa di toko ritel populer. Membeli jagung dan memesan kompor portabel. Masih tubuhnya letih, menjalani keseharian si Bapak. Enaknya makan, minum, mandi istirahat dan tidur. Tidak peduli suara-suara kembang api memenuhi malam. Serta bau asap dari rumah tetangga yang memasak sesuatu di depan rumah. Serta gelak tawa si sulung di rumah atas, ber video call dengan temannya. Ibu cemberut, Bapak mengantuk, maka tidur menyelesaikan masalah. Hari terakhir kalender, Bapak mengajak kolega bertakziah ke seorang senior. Menghibur senior dengan canda tawa. Masa pensiun sudah mendatanginya. Ratu-nya berpulang karena sakit, maka sang Raja kini dikelilingi tiga putri, yang akan menjaganya. Semoga Abang Senior selalu sehat dan berkah dalam berbagai aktifitasnya.

Tapi si kecil keluar rumah. Bermain bersama anak tetangga. Mau kunci pintu, tapi gak tega. Maka menunggu di kursi depan sambil ngantuk. Menonton tivi, malah ditonton tivi. Sebelum jam sepuluh malam, si kecil masuk rumah. Karena sudah mengantuk, segera ambil posisi, tidur duluan, menutup mata dan telinga dari hingar bingar tahun baru.

Ujung tahun ada saudara meninggal. Usia berbeda sedikit. Sama-sama menempuh pendidikan pada jenjang yang sama. Bertahun-tahun bersama, namun jalan hidup berpisah. Selalu ada hikmah dari semua peristiwa. Spirit untuk senantiasa melihat segala sesuatu dari kacamata ilmiah adalah keharusan di jaman sekarang ini. Kesehatan salah satunya. Pengobatan medis ilmiah lebih utama daripada herbal tanpa klarifikasi. Apalagi dengan pengobatan alternatif lainnya yang tidak benar-benar ada obatnya. Gaya hidup akan berakumulasi pada kesehatan. Masa-masa tua akan menanggung dampak dari akumulasi makanan dan minuman serta gaya hidup di masa muda. Merokok, begadang, minuman dan makanan berperisa, dan hal lainnya akan membawa dampak di masa tua, atau setengah tua.

Tahun baru hanya ganti hari. Rabu ini tidak masuk kerja. Kamis besok tetap harus kerja. Membawa semangat baru karena tahun baru. Tapi tantangan kerja masih sama. Tidak ada yang perlu dilipat dan ditinggalkan, kecuali kalender meja. Kalender kantor masih belum terdistribusi. Krisis ekonomi berdampak ke tempat kerja. Perputaran finansial semakin menyurut. Seorang penjaga keamanan menelpon dan mengirim pesan. Mengapa saya dirumahkan? Belum balas pesan dan menelpon balik. Karena dia bekerja sebagai tenaga outsourcing. Perusahaan nya yang memutuskan siapa-siapa saja yang harus diberhentikan. Kebijakan ini terpusat, dengan kerja sama pusat dengan perusahaan mitra.

Kembang api  bukan petasan. Petasan ada regulasinya. Kembang api boleh-boleh saja. Karena tidak ada regulasi, maka bunyi dan lokasinya sangat acak, random. Kita tidak bisa prediksi kapan dan dimana, tiba-tiba muncul kembang api. Hanya kearifan lokal dan kewaspadaan bersama yang akan mengatur ketertiban volume suara di malam perayaan. Bersyukur, masih punya daya kantuk, yang membuat suara-suara itu bisa terhindarkan. Sementara beberapa teman, yang lebih muda, harus minum obat tertentu dulu agar bisa tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun