Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Pemimpin yang Berbahagia

2 November 2023   10:55 Diperbarui: 2 November 2023   11:06 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angus Ridgway dan Tal Ben-Shahar menulis buku tentang Pemimpin yang Bermakna dan Berbahagia. Terjemahan buku yang beredar di toko buku-toko buku besar di Indonesia. Pemimpin jaman sekarang memang memiliki tantangan yang berbeda dengan di masa lalu. Oleh karena itu setiap pemimpin harus mempelajari bagaimana kondisi staf yang dipimpinnya. Pada satu titik, Ridway menyimpulkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Karena setiap orang memiliki metode kerja yang berbeda-beda, yang akan berdampak pada kinerjanya masing-masing. Serta, berdampak juga pada kehidupan pribadinya. Atau sebaliknya, kehidupan pribadinya menjadi gambaran bagaimana ia menjalani kehidupan kerjanya.

Pemimpin salah satunya harus energetik, menurut Ridgway, energetik itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi dilatih dengan berbagai metode. Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk terlihat energetik. Ada yang ikut yoga, senam tabata, lari pagi, berenang, dan sebagainya. Hal itu dilakukan secara rutin dan konsisten, sehingga kesehatan terjaga, dan energik dalam kesehariannya. Fisik yang sehat dan energetik akan berdampak besar pada suasana kerja yang dialami oleh seseorang.

Pemimpin harus membawa perubahan. Perubahan itu harus melibatkan orang lain. Maka pemimpin harus bisa mempengaruhi orang lain dan mengambil resiko. Pada jaman ini, pengaruh ditandai dengan follower (jika di media sosial). Seseorang akan menjadi follower secara sukarela, jika memang yang difollow (diikuti) memang menjadi idolanya, figur yang menjadi role model dalam berpakaian, bersikap, dan sebagainya. Ikatannya begitu cair. Jika yang diikuti ini melakukan sesuatu yang kontras dengan keinginan pengikut, maka pengikuti dapat tidak mengikuti (unfollow) kapan saja dia mau. Hal ini tentu berbeda dengan pemimpin di dunia kerja sekarang. Harus tetap diikuti walaupun mungkin tidak disenangi.

Pemimpin organisasi harus bisa mempengaruhi anggota lainnya, agar mengikuti keinginannya, yang sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Harus dibedakan dengan keinginan pribadi pemimpin. Menjadi pemimpin harus sudah selesai dengan (keinginan) dirinya sendiri. Atau paling tidak, dapat membedakan keinginan pribadi dan keinginan institusi. Teladan Umar bin Khattab yang menerima tamu, kemudian lilinnya dimatikan, karena tamu tersebut datang untuk urusan pribadi, susah untuk ditiru.

Menjadi pemimpin adalah pengambil keputusan. Untuk mengambil keputusan tertentu, perlu melakukan musyawarah dengan kolega secara kolektif kolegial. Pada tahap tertentu, pemimpin tertinggi harus bertanggung jawab atas perbuatan anak buah, menanggung resiko dari keputusan yang diambil, baik atau buruknya. Oleh karena itu perlu memiliki pertimbangan-pertimbangan. Agar memiliki pertimbangan-pertimbangan, pemimpin harus memahami regulasi yang ada, statuta, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, surat keputusan, edaran, dan dokumen resmi organisasi lainnya. Jika sudah sesuai dengan koridor, maka aturan ditegakkan. Protes harus dihadapi dengan baik.

Mengutip Angus Ridgway, pemimpin yang baik harus mampu membuat orang lain mengeluarkan yang terbaik dari diri mereka, mengakui kekuatan karyawannya dan membantu mereka menemukan cara supaya mereka mampu memaksimalkan kekuatan tersebut (halaman 5). Pemimpin biasa masuk kerja dan keluar dari tempat kerja, pada waktu yang teratur, dan berjaga jarak dengan bawahannya. Komunikasi dilakukan secara berjenjang, karena adanya hirarki dan birokrasi di tempat kerja. Namun demikian, untuk melaksanakan kinerja terbaik, saluran komunikasi antara bawahan dan atasan seyogyanya dibuat lebih... multimoda, cair, dan fleksibel. Jika ini dilakukan, maka timbul diskusi lebih mendalam antar personal organisasi, dan sangat mungkin untuk muncul gagasan-gagasan baru yang spektakuler di lapangan. Pemimpin tidak hanya memerintah, tetapi juga mendengar, sehingga dapat menghargai karyawannya sebagai aset penting organisasi. Dengan demikian, maka sikap, perkataan, dan tindakan positif akan menjadi bagian inegral dalam budaya perusahaan atau organisasi. Kepositifan ini akan membuat individu selalu melihat segala sesuatu dengan perpektif yang baik. Pancaran kepositifan ini mirip dengan konsepnya Ikigai dalam budaya Jepang. Setiap orang memiliki niat baik (alasan untuk bangun pagi yang positif) dalam kehidupan pribadinya, apapun profesi mereka, yang tidak semata-mata berkaitan dengan materi.

Pemimpin juga harus memberikan pemahaman bagi karyawannya tentang tujuan organisasi dan bagaimana organisasi itu memiliki visi dan misi. Tidak sekedar profit semata. Dengan visi yang besar, maka akan muncul semangat bekerja melampaui dari yang dibakukan oleh perusahaan. Rela melakukan kegiatan-kegiatan penunjang, walaupun tidak berdampak finansial yang menguntungkan.

Selain itu, pemimpin yang baik juga harus memperjuangkan kemaslahatan anggotanya terlebih dahulu, sebelum memperjuangkan hak dirinya sendiri. Beberapa pemimpin memanfaatkan jabatannya untuk melakukan berbagai hal yang jika jabatannya hilang, akan merugikan diri sendiri. Semisal, karena memiliki jabatan tertentu, maka bank akan dengan mudah memberikan pinjaman. Jabatan memiliki masa tertentu, demikian juga pinjaman di bank. Jika masa pinjaman lebih panjang, kemudian jabatan diemban lebih pendek, maka akan menimbulkan prahara. Kenapa? Karena jabatan berakhir, maka fasilitas dan gaji maupun tunjangan akan berkurang. Maka pemimpin juga harus menjaga hasratnya. Mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan manusia terbatas, sedangkan keinginan manusia tidak terbatas. Pemimpin harus sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sebuah diskusi di komentar catatan harian seorang mantan wartawan, menyebutkan bahwa demokrasi yang mana para pemerannya belum selesai dengan dirinya sendiri, maka akan menyebabkan demokrasi menjadi berkembang sesuai dengan bagaimana demos (rakyat) itu sendiri memiliki keinginan.

Beberapa poin penting pada buku ini adalah lima fokus bahasan yaitu kekuatan, Kesehatan, mendalam, hubungan, dan tujuan. Seorang pemimpin harus mengeluarkan kekuatan lebih banyak, daripada hanya fokus pada mengurangi kelemahan mereka. Kekuatan dihimpun dengan memperkuat potensi-potensi kekuatan yang dimiliki dan diarahkan pada kemajuan organisasi atau perusahaan. Kesehatan fisik dan kesehatan mental juga hal yang penting dalam organisasi. Stres bisa terjadi, namun buka hal yang ditakuti, tetapi harus diseimbangkan antara periode stres dengan pengerahan tenaga dan pemulihan yang menyegarkan tubuh maupun pikiran.

Pemimpin tidak menunggu, tetapi menghadapi langsung masalah saat ini, tidak sekedar menunggu inspirasi datang. Terjun langsung dalam permasalahan, dan secara flow menghadapi permasalahan dan mencari solusi darinya. Selainitu, pemimpin juga harus memiliki jejaring hubungan yang luas dan hubungan yang salin percaya dan mendalam. Menganggap karyawan sebagai keluarga besar, dalam sebuah hubungan yang otentik dan positif untuk mencapai visi bersama. Sebagai sesama anggota organisasi yang sama, sehingga memiliki ideologi yang sama.

Selain itu, pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki tujuan. Tujuan hidup pribadi maupun tujuan organisasi berjalan selaras. Jika sudah demikian, maka mereka akan menemukan makna dan komitmen dalam aktifitas mereka sehari-hari. Di sekolah, pemimpin sekolah akan merasa bahwa tujuannya adalah mendidik anak bangsa menjadi lebih baik, sehingga mereka dapat mengamalkan Pancasila dengan baik. Untuk niat baik tersebut, maka segala hal yang ada di sekolah, harus memiliki prinsip nilai yang sama. Tidak dipungkiri bahwa rezeki, masih dibenak kita, diartikan dengan fulus. Tetapi dalam praktiknya itu bukan yang nomor satu. Rezeki bisa berupa relasi, pengalaman bersama, dan berada dalam lingkungan yang positif, itu juga adalah rezeki yang tidak semua orang dapat menemukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun