Memiliki jabatan adalah sesuatu yang penting bagi seseorang. Karena dengan jabatan tersebut, maka pundi-pundi keuangan akan melebihi mereka yang tidak memiliki jabatan.Â
Selain itu juga mendapatkan fasilitas -- fasilitas lainnya yang berbeda dengan yang lainnya. Oleh karena itu, bagi beberapa orang, jabatan itu perlu dipertahankan dengan sekuat-kuatnya. Ketika jabatannya terancam, maka itu adalah kiamat kecil pada kehidupan kerja profesionalnya.
Memiliki jabatan berhubungan dengan politik. Politik adalah siyasah, dalam bahasa arab. Diindonesiakan sebagai siasat. Untuk berpolitik maka seseorang harus bersiasat.Â
Pada ilmu-ilmu sosial, ilmu politik adalah ilmu yang berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan kekuasaan. Bagaimana meraih kekuasaan. Untuk meraih kekuasaan diperlukan siasat atau cara-cara tertentu. Siasat yang paling baik adalah dengan meritokrasi. Penghargaan dilakukan karena proses kinerja seseorang. Semakin berprestasi, maka ia akan semakin berkuasa. Dalam artian berprestasi dalam kepemimpinan keorganisasiannya.
Pakar manajemen mengemukakan konsep knowledge-based management. Secara sederhana menurut saya adalah bahwa, dalam organisasi, pengelolaan pengetahuan keorganisasian adalah penting. Karena mereka yang menguasai pengetahuan keorganisasian, maka mereka akan memimpin.Â
Hal itu seharusnya dijadikan pengetahuan umum yang ada di organisasi tersebut, dan semua orang berhak untuk mengetahuinya. Di organisasi yang belum tertib, jika terjadi pergantian jabatan, maka data-data terbawa oleh pejabat yang tergantikan. Menemukan file komputer yang kosong. Hal ini banyak terjadi pada organisasi-organisasi di sekitar kita.Â
Kita tidak rela jika orang lain berkembang dengan ilmu dan data yang sudah kita kompilasikan. Seseorang yang karena jabatannya, menguasai satu hal. Kemudian hal tersebut dia pegang erat-erat. Tidak boleh orang lain mengetahuinya. Karena jika mereka mengetahuinya, maka kepakarannya akan hilang. Jika organisasi masih mengandalkan orang yang seperti itu, berarti organisasi tersebut akan lamban melaju.
Pengetahuan manajerial keorganisasian adalah barang yang menjadi sumber daya kemajuan organisasi. Perlu ada dokumen bersama yang semua orang dapat mengaksesnya. Diceritakan secara lisan, diajarkan secara praktikal dari senior kepada junior. Janganlah menjadi senior yang menutup-nutupi ilmu. Senior yang baik adalah yang mewariskan ilmu-ilmunya kepada para junior, untuk kepentingan kelembagaan berkembang lebih pesat.
Ketika politik berputar, yang tadinya di atas turun ke bawah. Bawah merangsek naik ke atas. Maka it's okay to be removed. Adalah hal yang wajar jika kita menerima kekalahan, dan menanggalkan jabatan dengan rela hati. Namun, hal itu bukan hal yang mudah bagi beberapa orang. Mereka akan berusaha untuk tetap bertahan, walaupun badai politik tidak menguntungkan mereka. Mereka terlalu terlena dengan kekuasaan, dan tidak ingin kehilangan kenikmatan kekuasaan yang selama ini membelai mereka. Dunia berputar berkejar-kejaran. Perubahan sekarang berjalan sangat cepat.Â
Dahulu kita hanya mengenal perubahan itu pada konsep evolusi, revolusi, transformasi dan yang sejenis. Tiba-tiba dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita mengenal konsep disrupsi, start-ups, unicorn, decacorn, agility dan sebagainya. Sebagai konsep yang aktual dan terbukti ada di sekitar kita.
Seorang senior berkata, janganlah mencari jabatan. Tetapi jika ditawarkan suatu amanah, maka seoraang kader pantang untuk menolak. Menerima dengan sepenuh hati, dan menjalankannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Sambil mengukur diri apakah saya pantas di jabatan tersebut. Seberapa pantas aku? Kemudian bagaimana dengan dukungan dari stakeholders. Jika diperkirakan dukungan minim, maka lebih baik putar haluan. Mencari penghidupan lain di tempat yang lain, yang memang paling pantas buat diri aku.
Kepemimpinan adalah ujian. Dzalim, dan tidak Amanah adalah dua hal yang bisa menyerang seorang pemimpin dan melemahkannya. Untuk mengenali diri dzalim atau tidak, seorang pemimpin tentu tidak bisa serta merta tahu. Orang yang dipimpin-lah yang akan menyatakannya. Jika hak-hak mereka dicederai. Oleh karena itu, seorang pemimpin diupayakan dapat berbaur dengan yang dipimpin. Saluran komunikasi yang mudah adalah salah satu kunci untuk solusi permasalahan organisasi.Â
Selain itu, juga diperlukan pendekatan-pendekatan yang manusiawi dalam bekerja. Tidak memandang staf hanya sebagai faktor produksi yang dihargai hanya dari kinerjanya semata. Masyarakat Jepang mempunyai konsep Ikigai (alasan untuk hidup -- secara kebahasaan). Dengan konsep tersebut, maka mereka akan benar-benar mengatur tujuan-tujuan hidupnya mulai dari yang terkecil.Â
Semua orang di Jepang, jika merunut konsep budaya tersebut, akan memiliki Ikigai-nya masing-masing. Seorang koki shushi, menemukan ikigainya ketika semburat sinar matahari menyilaukannya ketika berjalan ke pasar ikan, untuk memilih ikan terbaik bagi para pelanggan tercinta. Seorang pemimpin yang baik akan menemukan ikigai-nya ketika organisasi yang dipimpinnya berkembang lebih baik, ditandai dengan lebih banyak senyum terkembang di lingkungan kantor.
Ini adalah konsep hubud-dunya (cinta duniawi) yang unik. Terkadang di budaya kita, ikigai-nya lebih ke materialistik. Ukurannya adalah kepemilikan mobil, jumlah anak, jumlah harta, kekuasaan dan lain-lain yang materialistik. Ketika kekuasaan hilang, maka hilanglah sinar hidup di matanya. Ia mati sebelum mati. Warga Jepang tidak, mereka memiliki ikigai-nya. Mereka memiliki pilihan karir kedua yang mereka pilih, ketika karir pertamanya dengan sadar akan berakhir. Ketika pensiun dari pekerja kantoran, karir keduanya adalah menjadi koki, atau pekerja taman, atau pramusaji, atau apapun itu yang merupakan passion hidupnya.
Perhelatan pemilihan senator di Indonesia. Sebentar lagi akan bertumbuh berkembang menarik perhatian. Sejumlah uang dipersiapkan untuk perhelatan tersebut. Spanduk, sosialisasi, bendera, perlombaan, arisan, pengajian, konvoi, dan sebagainya membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Seperti perjudian. Kemungkinan untuk menang tidak bisa dipastikan dengan mudah. Tetapi jika mereka memang memiliki passion di dunia politik, maka menang atau kalah akan dijalani dengan keikhlasan. Karena jika tidak ikhlash maka akan berakhir di rumah sakit jiwa, atau kuburan. Kalah, bangkit dari kekalahan dan kembali berbisnis seperti sediakala. Ketika perhelatan Pemilu datang lagi, jika memang memiliki passion disitu, akan kembali terjerumus masuk ke lokasi itu untuk kedua atau ketiga kalinya.
Kaum penyorak ada di lingkaran lain. Mereka yang menjadi simpatisan. Menjadi panitia ketika ada perlombaan, arisan, pengajian, konvoi, dan sebagainya. Menikmati cipratan dana dari pesta demokrasi. Berkampanye melalui media sosial, di grup percakapan, dan di mana saja. Kadang tidak mengenal waktu. Semacam acara live e-commerce yang membuat suami-suami tepok jidat. Jam empat pagi masih ada diskon live. Sehingga para istri kabengbat, meninggalkan sholat tahajud, qobla shubuh, dan ibadah lainnya, karena ada kerudung bermerek yang memberi diskon, atau panci, kulkas, maupun penggorengan modern tanpa minyak. Tinggalkanlah apa yang tidak memberi manfaat bagi kamu. Pepatah lama mengatakan. Bagi mereka yang terpelajar, sibuklah dengan kecendikiawanannya. Sehingga menjadi ilmuwan terpandang karena karyanya. Bukan ilmuwan partisan yang hanya muncul pada setiap perhelatan demokrasi berjalan. Organisasi -- organisasi dijadikan tameng untuk klaim mengklaim. Padahal pada jaman sekarang, kepemimpinan lebih banyak bersifat sukarela... dilihat dari jumlah follower. Jika secara politik berbeda, maka mudah saja kita meninggalkan tokoh yang kita ikuti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H