Jangan jadi Robin Hood, berikanlah kail agar mereka berdaya. Lembaga filantrofis sudah memikirkan itu, terutama lembaga filantrofis yang dikelola secara profesional sesuai dengan koridor agama Islam. Bahkan juga lembaga profesional yang tidak berbasis agama. Kalau hanya menjadi Robin Hood, maka perlu dievaluasi kembali siapa saja pengurus lembaga filantrofis tersebut. Agar mereka diberikan pencerahan untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Merubah mindset memang sukar. Tapi bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan. Mereka yang menjadi delapan asnaf yang berhak menerima zakat, harus dibina dengan baik. Agar mereka menjadi pribadi pekerja keras, yang tidak hanya menengadahkan tangan semata. Penyakit orang miskin salah satunya adalah karena pola pikir. Dalam bahasa agama disebut filsafat jabariyah. Pasrah terhadap apa yang sudah terjadi dan tidak ada upaya untuk menjadi lebih baik.
Pemberian kail akan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang. Karena dengan memiliki kail tersebut, maka ia akan bisa memancing ikan sendiri. Mendapatkan ikan-ikan yang berdasarkan pada usahanya mendapatkannya. Memperhitungkan semangat dalam memperoleh ikan. Coba kalau kita berikan ikannya saja, tinggal makan. Maka kita akan menikmatinya, tanpa memikirkan jerih payah yang dilakukan untuk memperoleh ikan-ikan tersebut. Memberikan sedekah dan infak kepada yatim piatu adalah perintah agama. Memberikan mereka etos kerja untuk bekerja keras guna memperoleh harta akan menjadi keuntungan jangka panjang bagi mereka.
Paradigma pengurus lembaga filantrofis harus bergeser. Pertama, bukan Robin Hood. Kedua harus memberdayakan. Pemberdayaan objek filantrofis bisa dengan berbagai cara. Antara lain dengan memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan tertentu. Pelatihan soft skills dan hard skills. Kalau sekedar menjadi Robin Hood, mungkin dilakukan oleh kaum amatir. Semisal, organisasimahasiswa atau sekelompok mahasiswa yang ingin memiliki kegiatan positif di bulan Ramadhan. Mereka mengumpulkan uang untuk membeli makanan pembuka. Kemudian makanan tersebut dibagi-bagikan bagi pemotor yang melintas di jalan raya, sesaat sebelum kumandang adzan magrib. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak. Gratis maupun berbayar. Jaman sekarang, dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak, serta jejaring internet yang sudah berkembang dimana-mana. Maka sangat mudah untuk melakukan kegiatan pemberdayaan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Seorang teman yang cukup berada. Memiliki cara tersendiri dalam menyalurkan sedekahnya. Sedekahnya hanya diberikan kepada mereka yang ingin sekolah, tetapi tidak mampu. Dana akan diberikan sepanjang anak itu sekolah. Jika tidak bersungguh-sungguh bersekolah, bahkan sampai putus sekolah, maka dana bantuan juga diputus. Ia tidak menjadi Robin Hood. Ia berinvestasi jangka panjang pada anak tersebut. Untuk itu ia berkomunikasi dengan anak tersebut, serta kepada orang tua atau walinya. Menjamin anak tetap sekolah.Ia telah berdagang dengan Allah. Perdagangan yang tidak hanya di dunia, dengan keuntungan yang sampai ke akhirat.
Etos kerja dan disiplin. Ini adalah dua hal yang penting dalam hidup. Si miskin yang beretos kerja tinggi bisa mengentaskan dirinya dari kungkungan kemiskinan. Tetapi bisa juga kita temukan orang-orang yang miskin, tetapi etos kerjanya rendah, pemalas, dan tidak mau merubah mindsetnya. Akhirnya ia hidup dari belas kasihan orang. Demikian juga dengan kedisiplinan. Mereka yang berdisiplin akan menemukan jalan untuk kemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H