Siang di gedung berisik, membawa peran sebagai objek, mendatangi dengan menumpang, lalu memakan makanan kantin sekolah, sebelumnya bersujud menghadap ke haribaanNya.
hari ini satu fase, esok hari fase selanjutnya, hari ini bertemu tetua, menyelidiki ideologi dengan kecurigaan dan ketelitian yang terbungkus dalam kecermatan para pinisepuh berpengalaman, tentang sesuatu yang lama, yang harus terus ada, dalam kebaruan dan tantangan jaman.
bersama... tapi tidak sama, beberapa --tetapi hakikatnya duel, siasat beradu siasat, semuanya untuk apa dan untuk siapa, semoga jalan kebaikan untuk semua.
aku membawa pedang, aku membawa pasrah, aku membawa doa, aku bersama-sama, koalisi transformasi dalam bingkai kolektif kolegial, membawa suatu janji, perubahan dalam satu bingkai, unboss.
perjalanan pulang menumpang si hijau marine, panas dan kantuk siang ibukota, kriminal bisa datang dimana saja, eh pak haji, maaf mau tanya.... kata seseorang bermata nanar menyahut keras, kupercepat langkah... laa laa... tidak-tidak maaf yaa, ibukota lebih kejam dari ibu tiri, tidak siaga bisa terkapar di jalanan tengah hari, perjalanan ke gedung berisik menyisakan kenangan, inilah jakarta yang tengah dan akan kuselami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H