Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rapat Perdana Sore

9 Juli 2023   22:26 Diperbarui: 9 Juli 2023   22:57 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sesungguhnya pada hari itu John sedang sibuk sekali. Malam nya masih mempersiapkan presentasi untuk menjadi Calon Manajer Madya. Presentasi di hadapan Dewan Komisaris, dan Para Direktur. Presentasi berjalan lancar, walaupun ada sedikit kekurangan, tidak hafal doktrin utama organisasi yang ditanyakan secara tekstual. Kandidat yang mengajukan diri cukup banyak, 10 orang. Persaingan cukup ketat, John datang dengan dukungan yang dikalkulasi dengan serius dan profesional. 

John telah hadiri tes wawancara dan presentasi. Ia mendapatkan urutan kedua. Semua dapat dijawab, kecuali dua doktrin ideologi yayasan. Sehingga mendapat sindiran halus dari salah satu Komisaris. Ia mengakuinya, bahwa dalam wawancara tidak hafal, kurang persiapan atau grogi.

Tetapi chat WA itu tidak bisa diabaikan. Datang setelah sholat Dzhuhur, saat mengobrol santai dengan staf. Itu datang dari seorang Wakil Ketua di Yayasan tempatnya bekerja. Menyampaikan bahwa namanya direkomendasikan menjadi seorang pengurus Departemen Ekonomi dan Pariwisata. Pemberi Rekomendasi adalah Direktur Utama. Tidak ada alasan untuk menolak. Maka ia balas dengan kata yang sopan. WA selanjutnya adalah mengajak untuk rapat perdana di Kantor Pusat. Maka ia ucapkan Insya Alloh, dengan sungguh-sungguh.

Sebelum mendapat chat tersebut, John telah hadiri tes wawancara dan presentasi. Ia mendapatkan urutan kedua. Semua dapat dijawab, kecuali dua doktrin ideologi yayasan. Sehingga mendapat sindiran halus dari salah satu Komisaris. Ia mengakuinya, bahwa dalam wawancara tidak hafal, kurang persiapan atau grogi.

Setelah sholat dzuhur, John Doe berdiskusi di ruangan bersama staf. Membicarakan beberapa tugas yang harus segera dituntaskan. Kantornya cukup kecil, hanya memimpin lima orang. Sekretaris, Kepala Bagian dua orang, dan dua orang staf. Tetapi fungsi nya cukup krusial di perusahaan tersebut, karena membuka jalan bagi mobilisasi orang, aktivitas, maupun finansial, serta hal-hal lainnya.

Jam menunjukkan pukul dua lebih, acara dijadwalkan jam empat sore. Hari hujan. Perjalanan ke lokasi sekitar 45 menit, menurut Google Maps. Kalau pakai sepeda motor akan basah kuyup. Lebih baik pakai taksi. John memilih taksi kuning, yang paling terpercaya di negeri ini. Sebenarnya ada juga pilihan pakai transportasi daring. Tapi John tidak memilih itu. Memang bisa lebih murah, hanya saja drivernya kadang tidak terstandar. Kadang ada yang sikapnya sopan, ada juga yang kurang bersikap melayani. Karena mereka merasa mengantar pakai mobil mereka sendiri. Hih.. menyebalkan.

Perjalanan menggunakan taksi ini menarik juga. Karena sopirnya ramah dan sudah memiliki jam terbang yang tinggi. Ia bercerita bahwa ia berasal dari sopir bis pariwisata. Sehingga kalau pelayanan sudah menjadi bagian kerja. Kalau sopir angkot, jadi sopir taksi, kadang mereka tidak sabar. Sehingga minta resign. Menjadi sopir taksi umum yang populer membuatnya bertemu dengan anaknya mantan Presiden SBY, tiga kali.

Sampai di lokasi, saya mengikuti jamaah sholat di masjid salah satu organisasi kemasyarakatan disitu. Setelah itu menuju lokasi. Di lokasi belum ada tanda-tanda acara dimulai. Walaupun sudah jam empat sore. Maka saya menunggu di lantai dua. Ternyata yang mengundang-pun belum datang. Setelah menunggu setengah jam, datanglah teman sekantor, yang juga ternyata sama-sama direkomendasikan oleh Dirut. Setelah itu bertambah datang peserta-peserta lain. Maka rapatpun dimulai.

Rapat dimulai oleh Wakil Ketua yang membidangi. Kemudian diperkenalkan ketua departemen dan calon-calon pengurus lainnya. Mereka adalah akademisi di kampus sebagai ketua. Selain itu ada pensiunan birokrat di kota ini. Mantan Wakil Walikota. 

Selain itu ada aktifis senior, mantan Anggota DPR. Sebenarnya, sang Wakil ketua juga berasal dari kalangan partai juga. Pernah menjadi anggota DPRD mewakili kota ini pada masa-masa awal reformasi. Selain itu ada Ketua Ikatan Alumni FEB sebuah perguruan tinggi di kota ini. Sekretaris yang dipilih, hadir belakangan. Ia merupakan staf ahli seorang anggota DPRD, dan juga aktifis kepemudaan di kota ini.

Rapat awal ini bertujuan mengenalkan diri pengurus. Yang hadir hanya sedikit, 8 orang. Menurut fatsun organisasi, maksimal anggota kepengurusan 15 orang. Teman sekantor bersungut-sungut. Ia merasa bahwa kegiatan berorganisasi disini sulit berkembang. Kombinasi antara mantan birokrat, akademisi plus mantan aktifis kemahasiswaan, dan mantan Anggota Dewan. Harapan untuk maju bersama di sini agak berat. Tapi ini adalah amanah, serta rekomendasi dari pimpinan. Tetap harus diikuti, karena inilah bentuk pengabdian kepada organisasi tempat bernaung selama ini. Mereka yang masuk ke departemen ini adalah hasil rekomendasi. 

Dengan kata lain, orang-orang titipan. Semoga walaupun demikian, semuanya dapat bekerjasama, karena disini adalah berkumpulnya para aktifis dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Mudah-mudahan memiliki visi yang sama dalam membesarkan organisasi ini. Jika tidak, maka hanya akan menitipkan nama saja. Sesuatu yang tidak diinginkan oleh John Ivan Doe.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun