Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa Anti Mainstream

2 April 2023   07:20 Diperbarui: 2 April 2023   07:28 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Antropolog UGM di Suara Muhammadiyah di edisi Bulan Ramadan menyatakan bahwa apapun yang dilakukan, puasa memberikan manfaat. Manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan niatan pelakunya. Puasa sudah ada pada berbagai agama dan bangsa di dunia ini. Dengan niatan yang berbeda-beda. Cara berpuasa yang berbeda-beda, dengan niatan yang berbeda-beda pula.

Kalangan Muhammadiyah memiliki tradisi Pengajian Ramadan. Pada kegiatan ini, para pengurus akan berkumpul untuk membahas berbagai hal, dengan pendekatan ceramah dan tanya jawab. Sehingga ruh organisasi akan tetap terjaga pada berbagai unsur organisasi berbagai belahan nusantara. Pengajian Ramadan membahas aspek iman dan Islam secara pemikiran dan implementasi untuk terus menerus mengembangkan kelembagaan yang mencerminkan bagian dari umat Islam dan bangsa Indonesia yang progresif dalam peraihan kemanfaatan yang seimbangan antara kehidupan duniawi dan akhirat (ukhrowy).

Kaum the have memiliki budaya mainstream menjalani umroh pada sepuluh hari terakhir. Tentu saja pelaksanaan tersebut berbiaya lebih mahal. Umroh adalah ibadah yang baik bagi yang mampu. Ada juga alternatif lain ibadah yang baik oleh mereka yang bermanfaat bagi sesama. Harta puluhan juta biaya umroh baik juga jika disalurkan kepada mereka yang membutuhkan di sekitar kita.

Puasa dengan khatam membaca Al Qur'an. Tidak. Puasa dengan menonton orang lain menghafal Al Qur'an. Iya. Yang kedua adalah mainstream. Semarak terjadi di bulan ini. Ramadan membawa manusia-manusia untuk pasif dalam beribadah. Menjadi pendengar, pengagum, dan jamaah yang pasif. Padahal dengan mengolah diri (jasmani, rohani, dan mentally), Bulan ini adalah ajang untuk meng-charge diri sendiri menjadi lebih baik. Mendekat-dekatkan diri dengan AL Qur'an. 

Setiap setelah sholat wajib, membaca Al Qur'an 1 juz. Paling rendah, setiap hari membaca 1 juz. Maka dalam satu bulan paling tidak akan khatam membaca 30 juz. Janganlah kita hanya menjadi pasif atau sekedar reaktif. Tetapi harus menjadi progresif. Menghafal itu bagus, tetapi lebih baik lagi mengamalkannya. Menghafal memiliki konsekwensi harus mampu untuk mengimplementasikannya, sehingga khuluquhu Al Qur'an. Memiliki karakteristik kenabian itu adalah akhlaknya adalah gambaran dari implementasi Al Qur'an. 8

Lebaran dengan baju baru. Anti mainstream-nya lebaran tidak membeli baju baru. Cukup dengan pakaian yang ada. Asalkan cukup pantas dipakai. Fenomena yang ada di masyarakat kita, Ramadan adalah ajang mencari keuntungan. Pedagang besar maupun pedagang kecil beramai-ramai memberikan penawaran agar kita membeli produk mereka. Terutama sepuluh hari terakhir. Keramaian telah berpindah ke pusat perbelanjaan.

Ramadan membawa untuk mudik. Mudik adalah budaya baik untuk bersilaturahim dengan keluarga di tempat asal. Mainstream-nya 'berbuat dosa di kota, meminta maaf di desa'. Sesuatu yang terlihat tidak seharusnya. Tetapi yang paling perlu dicamkan adalah, saat mudik adalah saat untuk bertemu dengan orang tua maupun saudara. Inilah yang esensial. Walaupun juga mudik bukanlah suatu keharusan. Karena terdapat banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk melaksanakan perjalanan mudik, paling utama adalah pembiayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun