Perjalanan ke Yogyakarta hari ini adalah untuk bertemu dengan teman-teman pengurus asosiasi. Nasib membawa perjalanan ini tidak seperti yang diharapkan. Maskapai swasta terbesar di negeri ini memberi tiket jam delapan lima belas pagi. Kemudian mengubahnya ke jam dua belas siang. Persis seperti yang sudah diperingatkan seorang teman dari Surabaya. Kemudian mengubahnya lagi ke jam delapan lima belas. Tetapi di aplikasi tempat pembelian pertama, masih tertera jam duabelas siang. Â Akhrinya pertemuan menjadi tidak terjadi secara bersamaan.
Teman-teman bisa bertemu dengan sesepuh organisasi untuk bersilaturahim dan saling memberikan penguatan dan memperoleh motivasi. Tapi saya tidak bisa membersamai mereka. Hanya bisa menguping hal-hal apa saja yang bisa menjadi pembelajaran hidup masa depan. Dalam hidup kadang perlu untuk berkumpul dengan sesama kumpulan, tetapi juga perlu untuk mengetahui dan memanfaatkan kumpulan lain menjadi bagian. Karena perbedaan itu hikmah. Jangan ada lagi dominasi kumpulan terhadap organisasi. Karena hakikatnya yang penting adalah sistem merit. Meritokrasi. Apa jadinya jika organisasi dikelola oleh kumpulan sewarna saja. Maka ia kehilangan masa depan. Masa depan ada pada penghargaan terhadap keberagaman.
Satu hal yang menjadi masalah disini adalah komunikasi. WA center-nya tidak responsif, sangat lambat dalam membalas pesan WA. Maka saya asumsikan bahwa perjalanan saya jam dua belas siang. Koordinasi dan jejaring menjadi kunci. Konektifitas dengan aplikasi pemesanan tiket independent kurang terjalin dengan baik. Akhirnya pelanggan yang dirugikan. Ketika organisasi semakin besar, maka margin keuntungan juga sangat besar. Maka mengalihkan kursi ekonomi ke bisnisbagi seorang penumpang adalah tidak terasa merugikan sama sekali. Dibandingkan jika ada keluhan-keluhan yang disampaikan di media sosial atau media massa. Nama baik akan luntur. Paling tidak bagi saya sendiri. Untuk saat ini, maskapai ini akan masuk dalam daftar pilihan alternatif, bukan utama. Maskapai ini dan kawan-kawannya.
Bergegas ke kaunter penukaran, ternyata namanya tidak ada, kalaupun ada pesawat sudah closed katanya. Diminta untuk menuju ke bilik layanan nasabah. Bicarakan situasi yang terjadi. Mbak-nya bilang, ada pesawat Alternatif jam tiga sore.... Saya tanya lagi, apa saya harus bayar? tidak... begitulah jadinya. Perjalanan yang harusnya pagi, menjadi sore. Untung saja perjalanan ini tidak terlalu time tight. Sehingga tidak begitu merugikan. Walaupun tetap saja merugikan sedikit. Waktu terbuang di bandara begitu panjang.
Maka saya bisa mempersiapkan diri lebih tenang. Tidak perlu untuk mengejar transportasi paling pagi ke Cengkareng. Jam pagi mengantar anak kedua ke sekolah. Setelah itu mengantar anak pertama ke kampus tempatnya magang. Setelah itu menyimpan motor di parkiran kantor. Kemudian berjalan kaki ke terminal bayangan untuk mencari bus Damri Bandara.
Ternyata salah tempat, karena beloknya si bus, bukan di perempatan tersebut. Lalu menuju terminal bus antar kota dengan mengendarai angkutan kota ber inisial KR. Disana ada Damri yang berangkat perjam. Perjalanan tidak seperti yang diharapkan sejam dua puluh menit baru sampai ke bandar udara atas nama Proklamator negeri ini.
Sampai ke Jogja di bandar udara baru, kereta api sudah habis tiketnya. Banyak mas-mas dan pak-e pak-e menawarkan taksi gelap, dengan harga sekitar duaratus limapuluh ribuan sampai ke kota Jogja. Wah lumayan mahal. Damri Jogja masih ada. Tanya-tanya dengan petugasnya, ternyata masih ada yang menuju kota. Satu bus ukuran sedang menuju ke dekat kampus tujuan. Suasana di terminal baru ini masih terlihat kebaruannya. Para warga lokal tampak lebih dominan daripada penumpang. Tetapi saya yakin bahwa yang dijajakan disini pasti lebih murah daripada di bandara Jakarta.
perjalanan cukup jauh juga sekitar jam setengah tujuh malam sampai di penginapan Pintu Merah dekat kampus. Seorang teman sudah menunggu, dan menyediakan kamar. Masuk kamar mandi dan sholat. Setelah itu terasa lapar. Menghubungi Asistennya teman tadi untuk mencari makanan. Disana ada bebek lamongan, yaa itu saja cukup. Walaupun kolesterolnya membuat kepala sedikit nyut-nyut. Oh iya, saya sekamar dengan Rizal dari makasar, sesama pengurus perkumpulan dari perguruan tinggi lain daerah.
Setelah makan, teman datang, lalu kita melepaskan rindu dan bicara tentang berbagai hal yang terkait dengan organisasi, sambil makan malam. Ia juga belum makan. Ia pesan sate ayam. Jam sepuluh malam teman sudah terlihat lelah, maka saya minta untuk pulang.
Besoknya berjalan-jalan sekitar kampus, mencari makan pagi. Kota ini cukup malas juga, pada jam setengah tujuhan masih banyak toko yang masih tutup. Mencari makanan juga agak susah. Setelah berjalan agak ke dalam. Ada warung sederhana yang menjual makanan, Saya pesan lele, sayur dan nasi. Harganya dua belas ribu.
Saat berjalan melihat baliho kampus Unjaya dibawah Yayasan Kartika Eka Paksi. Pikiran melayang ke kampus Unjani di Cimahi, karena memakai nama jenderal yang sangat populer pada masa lalu. Jenderal Achmad Yani. Ternyata bisnis perguruan tinggi juga menarik para tentara untuk mendirikan sekolah. Rektornya aja seorang Brigadir Jenderal. Kombinasi menarik antara kebebasan akademik dan sistem komando. Kira-kira sistem yang mana yang dominan pada perguruan tinggi yang didirikan oleh para Jenderal?
Pulang ke kamar, kawan roomate sudah pergi. Maka saya minta kunci ke penjaga penginapan. Setelah itu jam sembilan pagi mengiktui acara zoom meeting dengan berbagai perguruan tinggi di Asia Tenggara yang tergabung dalam satu klub bersama. Acara berlangsung seru, ada pergerakan ide dari kegiatan yang tadinya biasa dilakukan secara daring, akan diubah menjadi hybrid. Daring dan luring. Online and Onsite.
Setelah acara zoom, dengan berbagai pertimbangan, saya memilih untuk segera kembali ke Jakarta. Keluar dari kamar, menitipkan kunci ke resepsionis, memesan gojek arah ke Pul Damri Ambarketawang. Ternyata bis datang tidak terlalu lama menunggu. Bayar delapan puluh ribu, menunggu sekitar tujuh menit, langsung menuju ke bandara di Kulonprogo.
Sampai disini, melakukan sholat di mushola, belanja mata ke beberapa toko yang ada disini seperti tomira dan lainnya. steelah itu mengisi perut di kepala jenggot. ayam geprek plus kopi tubruk seharga enampuluh ribu. Â Disinilah tulisan ini ditulis. Jam menunjukkan pukul dua lebih sebelas.
Sementara itu, pada hari ini, ada rapat senat di kampus. nama saya masuk diantara yang dibicarakan. Hanya nama saja. Bukan pemain utama. Saya memonitor melalui seorang teman yang menjadi anggota senat. Apakah hari ini suasananya okay. Tidak ada penolakan, karena memang ini bukan setuju tidak setuju. pimpinan sudah membuat surat tersebut yang ditujukan ke pusat. Teman itu juga meminta sesuatu. Membantu mengirimkan uang duka sedekah kepada kelompok perkumpulan alumni. Karena kartu ATM dikuasai oleh nyonya rumah. Tolong transfer untuk bang WT, entar gua ganti secara cash... okey dokey.
Hari ini juga mendapatkan berita bagus. Kampus mendapatkan kuota mahasiswa untuk Program Flagship Kementerian sejumlah 200 mahasiswa. Sebuah kesyukuran yang luar biasa, tetapi juga amanah yang harus dipikul dengan lebih bersungguh-sungguh. Semoga tim bisa melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Dimasukkan ke sebuah gurp baru, lengkap dengan jadwal-jadwal lainnya. Hari ini , tujuh belas maret, pengumuman PT penerima. Pendaftaran mahasiswa dibuka pada 29 maret 2023, Sosialisasi pendaftaran pada 28 maret 2023, serta tautan untuk pendaftaran resmi dibuka pada tanggal itu.
Catatan: Tiket Damri dari Terminal Rambutan ke Cengkareng sebesar Rp. 95.000,-
          Tiket Damri YIA ke Pul Ambarketawang sebesar Rp. 80.000,-
          Tiket KA Bandara YIA, lebih baik beli daring sebelumnya, biar tidak kehabisan, kuota terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H