Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menjalani Jogja Sehari

18 Maret 2023   15:09 Diperbarui: 18 Maret 2023   15:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan ke Yogyakarta hari ini adalah untuk bertemu dengan teman-teman pengurus asosiasi. Nasib membawa perjalanan ini tidak seperti yang diharapkan. Maskapai swasta terbesar di negeri ini memberi tiket jam delapan lima belas pagi. Kemudian mengubahnya ke jam dua belas siang. Persis seperti yang sudah diperingatkan seorang teman dari Surabaya. Kemudian mengubahnya lagi ke jam delapan lima belas. Tetapi di aplikasi tempat pembelian pertama, masih tertera jam duabelas siang.  Akhrinya pertemuan menjadi tidak terjadi secara bersamaan.

Teman-teman bisa bertemu dengan sesepuh organisasi untuk bersilaturahim dan saling memberikan penguatan dan memperoleh motivasi. Tapi saya tidak bisa membersamai mereka. Hanya bisa menguping hal-hal apa saja yang bisa menjadi pembelajaran hidup masa depan. Dalam hidup kadang perlu untuk berkumpul dengan sesama kumpulan, tetapi juga perlu untuk mengetahui dan memanfaatkan kumpulan lain menjadi bagian. Karena perbedaan itu hikmah. Jangan ada lagi dominasi kumpulan terhadap organisasi. Karena hakikatnya yang penting adalah sistem merit. Meritokrasi. Apa jadinya jika organisasi dikelola oleh kumpulan sewarna saja. Maka ia kehilangan masa depan. Masa depan ada pada penghargaan terhadap keberagaman.

Satu hal yang menjadi masalah disini adalah komunikasi. WA center-nya tidak responsif, sangat lambat dalam membalas pesan WA. Maka saya asumsikan bahwa perjalanan saya jam dua belas siang. Koordinasi dan jejaring menjadi kunci. Konektifitas dengan aplikasi pemesanan tiket independent kurang terjalin dengan baik. Akhirnya pelanggan yang dirugikan. Ketika organisasi semakin besar, maka margin keuntungan juga sangat besar. Maka mengalihkan kursi ekonomi ke bisnisbagi seorang penumpang adalah tidak terasa merugikan sama sekali. Dibandingkan jika ada keluhan-keluhan yang disampaikan di media sosial atau media massa. Nama baik akan luntur. Paling tidak bagi saya sendiri. Untuk saat ini, maskapai ini akan masuk dalam daftar pilihan alternatif, bukan utama. Maskapai ini dan kawan-kawannya.

Bergegas ke kaunter penukaran, ternyata namanya tidak ada, kalaupun ada pesawat sudah closed katanya. Diminta untuk menuju ke bilik layanan nasabah. Bicarakan situasi yang terjadi. Mbak-nya bilang, ada pesawat Alternatif jam tiga sore.... Saya tanya lagi, apa saya harus bayar? tidak... begitulah jadinya. Perjalanan yang harusnya pagi, menjadi sore. Untung saja perjalanan ini tidak terlalu time tight. Sehingga tidak begitu merugikan. Walaupun tetap saja merugikan sedikit. Waktu terbuang di bandara begitu panjang.

Maka saya bisa mempersiapkan diri lebih tenang. Tidak perlu untuk mengejar transportasi paling pagi ke Cengkareng. Jam pagi mengantar anak kedua ke sekolah. Setelah itu mengantar anak pertama ke kampus tempatnya magang. Setelah itu menyimpan motor di parkiran kantor. Kemudian berjalan kaki ke terminal bayangan untuk mencari bus Damri Bandara.

Ternyata salah tempat, karena beloknya si bus, bukan di perempatan tersebut. Lalu menuju terminal bus antar kota dengan mengendarai angkutan kota ber inisial KR. Disana ada Damri yang berangkat perjam. Perjalanan tidak seperti yang diharapkan sejam dua puluh menit baru sampai ke bandar udara atas nama Proklamator negeri ini.

Sampai ke Jogja di bandar udara baru, kereta api sudah habis tiketnya. Banyak mas-mas dan pak-e pak-e menawarkan taksi gelap, dengan harga sekitar duaratus limapuluh ribuan sampai ke kota Jogja. Wah lumayan mahal. Damri Jogja masih ada. Tanya-tanya dengan petugasnya, ternyata masih ada yang menuju kota. Satu bus ukuran sedang menuju ke dekat kampus tujuan. Suasana di terminal baru ini masih terlihat kebaruannya. Para warga lokal tampak lebih dominan daripada penumpang. Tetapi saya yakin bahwa yang dijajakan disini pasti lebih murah daripada di bandara Jakarta.

perjalanan cukup jauh juga sekitar jam setengah tujuh malam sampai di penginapan Pintu Merah dekat kampus. Seorang teman sudah menunggu, dan menyediakan kamar. Masuk kamar mandi dan sholat. Setelah itu terasa lapar. Menghubungi Asistennya teman tadi untuk mencari makanan. Disana ada bebek lamongan, yaa itu saja cukup. Walaupun kolesterolnya membuat kepala sedikit nyut-nyut. Oh iya, saya sekamar dengan Rizal dari makasar, sesama pengurus perkumpulan dari perguruan tinggi lain daerah.

Setelah makan, teman datang, lalu kita melepaskan rindu dan bicara tentang berbagai hal yang terkait dengan organisasi, sambil makan malam. Ia juga belum makan. Ia pesan sate ayam. Jam sepuluh malam teman sudah terlihat lelah, maka saya minta untuk pulang.

Besoknya berjalan-jalan sekitar kampus, mencari makan pagi. Kota ini cukup malas juga, pada jam setengah tujuhan masih banyak toko yang masih tutup. Mencari makanan juga agak susah. Setelah berjalan agak ke dalam. Ada warung sederhana yang menjual makanan, Saya pesan lele, sayur dan nasi. Harganya dua belas ribu.

Saat berjalan melihat baliho kampus Unjaya dibawah Yayasan Kartika Eka Paksi. Pikiran melayang ke kampus Unjani di Cimahi, karena memakai nama jenderal yang sangat populer pada masa lalu. Jenderal Achmad Yani. Ternyata bisnis perguruan tinggi juga menarik para tentara untuk mendirikan sekolah. Rektornya aja seorang Brigadir Jenderal. Kombinasi menarik antara kebebasan akademik dan sistem komando. Kira-kira sistem yang mana yang dominan pada perguruan tinggi yang didirikan oleh para Jenderal?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun