Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pandemi Belum Berlalu

3 Agustus 2020   15:32 Diperbarui: 3 Agustus 2020   15:41 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara kita termasuk yang lambat dalam memeriksa sampel Covid. Jika banyak yang dicek, ada kemungkinan yang terkena juga lebih banyak. Ini cuma pendapat pribadi saja. Baru dengar juga saya, kenapa Vietnam mengantisipasi lebih cepat. 

Ternyata jumlah dokter dan jumlah penduduk perbandingannya sangat "njomplang". Maka pemerintahnya sangat serius dan berkepentingan untuk menghambat laju virus Covid19 di negaranya. Sampai akhirnya rekor tak ada kematian tercapai. 

Di fase pertama. Kini fase kedua muncul dari Kota Da Nang, sebuah kota turis yang pernah aku kunjungi tahun lalu. Dimana mendapat makanan halal di sebuah kedai milik warga negara Singapura yang membuka restoran kecil berlabel halal. Meskipun keturunan Tionghoa, seperti umumnya warga Singapura, si engkoh yang melayani bisa bercakap melayu juga.

Kini muncul klaster perkantoran di DKI. Hal ini disebabkan karena adanya rasa abai dan menganggap remeh virus ini, dikalangan kita. Maka kita perlu apresiasi keseriusan Pemerintah, Pemda, dan aparat lainnya yang diperbantukan untuk menangani kasus ini. 

"kelebaian" juga muncul di masyarakat yang begitu terpengaruh oleh media sosial. Seseorang yang punya pengikut yang banyak, merasa enak saja mengklaim sesuatu yang bukan kapasitasnya. Perang gagasan antara yang menyebut virus ini bahaya atau hanyalah teori konspirasi juga masih terjadi. Sementara dokter-dokter dan perawat terus bertambah (yang meninggal). Seperti hari ini diberitakan. 

Di kantor saya ada staf yang terkena, satu orang. Walaupun selama ini ia hanya sekali berkunjung ke kantor. Tetapi karena dia dan keluarganya terkena, maka pimpinan tertinggi memutuskan bahwa untuk lokal area kantor saya harus WFH, work from home, selama 14 hari. 

Langkah ini mungkin akan menyusahkan sebagian orang, namun sebenarnya dapat menguntungkan untuk jangka panjang. Agar selalu ingat dan jaga protokol kesehatan. Mengingatkan diri bahwa Pandemi belum berlalu. Maka ibadah sholat ied dan pemotongan hewan qurban juga ditiadakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun