Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Asian Games, Industri dan Prestasi

25 Juli 2018   17:14 Diperbarui: 25 Juli 2018   17:30 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia mengulang prestasinya puluhan tahun yang lalu. Menjadi tuan rumah pesta olahraga multi even tingkat Asia. Dengan kondisi yang ada, sepertinya agak riskan untuk mentargetkan menjadi juara umum.

Perhelatan ini dilaksanakan di beberapa kota, karena ibukota tidak siap untuk melaksanakan semua kegiatan. Palembang dan Jakarta menjadi tempat utama. Tempat lainnya ada di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. RENANG dilaksanakan di Tangerang Banten, sedangkan PARALAYANG dilaksanakan di Puncak, Cianjur Jawa Barat. 

Raksasa-raksasa olahraga Asia akan unjuk penampilan.  Negara - negara pecahan Uni Soviet memberi warna tersendiri. Olahraga adalah industri, yang juga menampilkan bagaimana prestasi itu dibentuk. Seperti kisah perenang dari Singapura,yang 100 % didukung oleh orangtuanya untuk menjadi juara dunia. 

Bahkan sampai menjual salah satu rumahnya untuk modal memberikan pelatihan yang terbaik bagi sang putra. Untuk menjadi Juara Umum rasanya kita tidak seoptimis itu. Masuk urutan atas, mungkin bisa dipertimbangkan. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana mengemas perhelatan ini agar kita menjadi tuan rumah yang berhasil melayani para tamu, dan memperoleh keuntungan finansial bagi seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. 

Kita baru saja selesai menonton kejuaran sepak bola antar negara di Russia. Industri sepakbola modern. Saatnya Russia berjualan. Banyaknya orang yang datang ke Russia tentunya akan menggerakkan roda ekonomi di Russia lebih aktif lagi. Walaupun adapula ekses negatifnya, tetapi kita bisa melihat bagaimana demam sepakbola dari Rusia dapat mewarnai pemberitaan media massa sedunia. 

Semua orang melupakan isu-isu domestik, dan berbicara dengan irama yang sama, memikirkan siapa yang akan menjadi juara. Citra Rusia menurut pandangan orang-orang membaik, tidak se seram yang dibayangkan. Penanganan penonton dengan pendaftaran (pendataan) tunggal, juga patut ditiru. Sehingga kalau ada kerusuhan gampang ditanggulangi. 

Asian Games juga seperti itu. Saya kira kita tidak bisa berharap terlalu banyak untuk menjadi yang terbaik. Tetapi inilah saatnya berjualan. menjual hospitality bangsa Indonesia yang dapat dikapitalisasi. 

Melayani para tamu dari berbagai negara yang datang, kemudian memberikan sambutan danpelayanan terbaik sehingga mereka membelanjakan uangnya di negara kita. Akhirnya perekonomian pun terdorong lebih cerah. Disaat dollar Amerika Serikat menyentuh angka kurs Rp. 14.481,- pada hari Jumat 6 Juli 2018 pukul 16.16 WIB. Bagi yang membawa uang Dollar AS, tentu saja akan untung, karena rupiah dihargai lebih murah dari biasanya. Inilah saatnya industri pariwisata dapat memanfaatkan kesempatan/peluang.

Kalau saya, Asian Games adalah waktunya untuk mendukung atlet-atlet andalan tuan rumah. Bulutangkis dan Angkat Besi. Cabang olah raga lainnya saya kurang paham. Sepak bola? tidak terlalu menjanjikan, kadang-kadang gosip sekitar sepak bola lebih heboh daripada prestasinya. Hahahaha. Kemajuan bulutangkis banyak ditopang oleh klub-klub bulutangkis yang disponsori oleh industri tanah air. 

Sedangkan kisah Angkat Besi adalah kisah perjuangan dari nol ke pahlawan (from zero to hero). Bagaimana dulunya pelatih menggunakan perangakat sederhana untuk melatih para atlet yang akhirnya menyumbangkan prestasi bagi olahraga nasional. itu sangat inspiratif. 

Mari sukseskan Asian Games, dan dukung olahraga individual Indonesia. Jangan berharap pada olahraga yang berkelompok, karena kita memiliki kelemahan disitu. Demikian bisik seorang teman alumni Fakultas Olahraga yang memiliki pengalaman di kancah keolahragaan nasional. Kita juga memiliki beberapa lembaga-lembaga pengurus keolahragaan yang belum efektif mendongkrak prestasi. Pekerjaan Rumah bagi Menteri dan Negara. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun