Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Bayi Milenial

10 Mei 2018   14:39 Diperbarui: 10 Mei 2018   14:49 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak milenial adalah anak yang dilahirkan pada dekade 2016 an. Ia yang sudah dikenalkan dengan hiburan dalam jaringan oleh orang tuanya. Karena memiliki jejaring internet berlangganan sekaligus tivi kabel. Hiburan ibu bapaknya yang tergolong generasi X. Namun kini ditinggalkan oleh anak milenial. 

Sementara kakaknya asyik membaca wattpad, kisah-kisah remaja yang mengesankan di dunia maya. Kakak yang tengah selalu asyik dengan permainan berbasis android di ponsel sang Bapak. Beberapa anak belum bisa memiliki kebebasan seperti itu. Tetapi dengan semakin maraknya posel murah berbasis android, serta dominannya geerasi muda gen z di masyarakat, maka pertumbuhan dunia maya di Indonesia semakin marak. Bahkan mereka yang muda rela tidak makan, atau mengurangi konsumsi, dan ditukar dengan paket data komputer. 

Kalau sabtu atau minggu, ponsel dikuasai sang anak untuk bermain permainan legenda bergerak (mobile legend) atau sejenisnya. Jika bosan, saluran dipindahkan ke komentator permainan berbasis daring yang ada di situs berbagi video. Sesuatu yang lucu, menarik, unik, menurut jamannya, yang belum tentu disepakati oleh generasi yang lebih tua. Seperti juga komedi tunggal (stand up comedy) yang bagi generasi yang lampau, agak sulit untuk menangkap kelucuan dari lawak tersebut.

Anak bayi milenial dipengaruhi oleh dunia maya. Beberapa perilaku baru ditirunya. "halo teman-teman, hari ini ade mau ke pacal", demikian contoh ucapannya meniru gaya vlogger di acara anak-anak. Selain mendampingi, orangtua juga perlu untuk men-setting internet atau ponselnya ke mode yang lebih terbatas. Sebagai upaya preventif untuk mencegah bahaya kekerasan, pornografi, konsumerisme, dan dampak-dampak gak pantas buat anak-anak  lainnya. kan

Sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik. Perilaku adiktif adalah patologi sosial yang perlu disembuhkan. Maka selai dengan dunia dijital, anak juga perlu dikenalkan dengan dunia nyata. Misalnya dikenalkan dengan wahana-wahana rekreasi di sekitarnya, yang kadang bahkan tidak berbayar. Selain itu, untuk membudayakan literasi, anak-anak juga alangkah baiknya diajak untuk ke perpustakaan publik, atau ke toko buku. Memang hasilnya tidak ketahuan sekarang, namun itu adalah investasi masa depan. 

Mendidik anak jadi gemar membaca. Walaupun mungkin diawal hanya pada komik-komik lucu seperti si Juki dan sebagainya. Sekali lagi peran orangtua adalah signifikan. Anak jangan dibebaskan untuk ber=internet ria sendirian. Orangtua harus bisa mempelajarinya dan mendampinginya. Nonton boleh, main permainan berbasis android atau lainnya boleh, ASAL ada aturan yang harus disepakati bersama. Janganlah anak bayi dibiarkan begadang, atau dibiasakan begadang sampai jam 12 malam atau lebih karena sayang.

 Itu adalah sayang yang salah. Anak harus diajarkan disiplin kapan harus tidur dan kapan harus bangun. Karena pembiasaan begadang akan merusak pola tumbuh kembang anak. Seperti banyak terjadi pada anak-anak di lingkungan padat keluarga di salah satu sudut kota Bandung. Banyak anak yang biasa begadang, sementara sang bapak biasa merokok, mengopi, dengan tanpa mempeduikan aspek kesehatan sang anak, di malam yang penuh polusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun