Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kunjungan ke Setu Babakan

6 Mei 2018   19:09 Diperbarui: 6 Mei 2018   19:20 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lengkap rasanya jadi orang Jakarta kalau belum mengunjungi situs budaya Betawi yang bernama Setu Babakan. Begitulah yang saya rasakan. Maka pada hari Ahad lalu, 29 April 2018, sekeluarga menuju objek tersebut. 

Sembari menghibur si sulung yang sedang Ujian Akhir di tingkat Sekolah Dasar. Dengan taksi daring, jarak tempuh kurang dari satu jam, dengan tarif kurang dari limapuluh ribu rupiah. 

Dihitung dari kediaman saya di daerah Ciracas Jakarta Timur. Situs ini ada di daerah Jakarta Selatan, sebuah lokasi yang masih hijau, agak jauh dari hiruk pikuk ibukota. Sebelum mengunjungi tempat ini, saya mencari informasi melalui situs internet dan gugling. Tetapi belum ada gambaran seperti apa tempat ini. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Rute menuju Setu Babakan bisa ditempuh dengan angkutan umum. Tapi mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Saat memasuki wilayah ini. Sambutan pertama kali adalah gerbang khusus tanda memasuki lokasi ini. 

Disitu ada dua orang bapak-bapak dengan pakaian khas Betawi memegang karcis. Saya yang menyewa taksi online, yang berhenti di luar gerbang, berjalan kaki menuju lokasi. Saya bertanya, apakah perlu bayar? ternyata gratis. Pembayaran adalah bagi parkir kendaraan saja. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Yang terlihat pertama kali ketika masuk dari sebelah kanan danau, adalah galian tanah danau. Sepertinya danau ini sudah di perdalam di beberapa tempat. Ada gundukan tanah di sisi danau buatan bernama Setu Babakan ini. 

Danau dikelilingi oleh jalanan yang bisa dilalui oleh mobil, tapi tidak terlalu lebar. Di sisi paling dekat dengan danau adalah posisi yang banyak dikuasai oleh para pemancing ikan. 

Yaa, saat kami mendatangi lokasi ini, sekitar jam 10 pagi, banyak sekali pemancing disini. Seakan-akan sedang ada lomba memancing ikan. sedangkan di sisi luarnya, dipinggir jalan, banyak terdapat warung - warung sederhana menjual berbagai jajanan. 

Yang khas disini tentu saja adalah makanan dan minuman khas Betawi, seperti Bir Pletok, Dodol Betawi dan Kerak Telor. Ada bangku - bangku kayu sederhana disediakan untuk para tamu, tempat nongkrong menikmati suasana Danau "Setu Babakan". 

Salah masuk :). Karena masuk dari sisi kanan, maka kami berlima harus berjalan kaki agak jauh menuju wahana yang diinginkan. Perahu Bebek. Namun ditengah perjalanan kami bisa melewati rumah contoh dari Rumah Kayu Suku Betawi dan Museum Betawi. 

Disinipula kami bisa menghilangkan penat dengan minum-minum. Penjaja makanan cukup variatif, disini ada penjual Thai Tea, Selendang Mayang, Susu Segar, dan sebagainya. Penjual kerudung, asesoris, bahkan golok lenteng Agung juga ada di tempat ini beserta penjual barang-barang lainnya. Mungkin perlu juga dipertimbangkan daerah yang benar-benar bebas asap rokok di lokasi ini. 

Sebagai pengawal keluarga yang mendukung gerakan anti rokok, Saya merasa terganggu dengan asap rokok yang mengepul sejak dari pintu masuk sampai ke pintu keluar. Kesejukan Setu Babakan dicemari oleh perilaku orang-orang di dalamnya. Budaya adalah sesuatu yang dinamis, tidak ada salahnya kalau situs ini mendukung gerakan anti merokok di tempat umum bagi kemaslahatan generasi yang akan datang. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di situs rumah betawi, pengunjung bisa berfoto-foto narsis. Demikian pula di Museum Betawi yang free entry, gratis masuk, tinggal mengisi Buku Tamu sebagai penanda pernah berkunjung. 

Anak bungsu saya takut dengan ondel-ondel besar, tapi ia tidak takut dengan ondel-ondel kecil. Kami beli sepasang boneka ondel-ondel yang sederhana, seharga empat puluh ribu rupiah. Disamping Museum, terdapat sebuah ruang teater terbuka, yang digunakan untuk pertunjukan seni budaya Betawi. Saat kita kesana, belum ada pertunjukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun