Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Manneken Pis

6 Januari 2018   17:11 Diperbarui: 6 Januari 2018   17:16 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Brusel bagian dari Belgia. Terlewati ketikamelakukan perjalanan dari Perancis menuju Belanda. Pemberhentian di Belgia hanya untuk berfoto dengan anak kecil yang buang air kecil. Konon kata guide kami, patung ini sudah menjadi ikon kota ini. 

Beberapa kali pernah hilang karena ulah orang mabuk. Ketenarannya pernah ingin dilawan dengan dibuatkan patung versi anak perempuannya. Tetapi tetap saja tidak terkalahkan. 

Selain mengunjungi patung, kebanyakan wisatawan mendatangi kota ini untuk membeli coklat belgia yang terkenal. Coklat belgia berasal dari kakao dari Afrika, dari daerah mantan jajahannya belgia. Popularitasnya cukup terekenal sehingga melupakan fakta bahwa kakao lokal Indonesia juga sebenarnya cukup berkualitas. 

Bahkan kita termasuk tiga besar penghasil kakao terbesar di dunia. Tapi kenapa orang awak sering latah beli coklat saat ke Singapura, Malaysia atau negara lainnya yaa?  

Di negeri ini pula untuk pertama kalinya bersua dengan kaum Gypsi yang sering diceritakan orang-orang maupun dibaca di berbagai media online. Kalangan tertentu Eropa yang miskin, peminta-minta, bule, dan cenderung kriminal.... katanya. 

Makanan ala muslim agak susah disini Walaupun penjual toko suvenir adalah saudara muslim dari Afrika Utara (Aljazair). Bir gelas besar bertebaran di cafe-cafe. Rombongan kami disini memakan makanan lokal berupa sayur-sayuran, kentang, dan buah-buahan. Lumayan lah daripada lapar.               

Curat coret, pasti ada di setiap kota besar. Termasuk di Brussels ini. Secara tidak sadar saya perhatikan budaya grafiti juga mewabah di berbagai ruang publik. Jika diarahkan sebenarnya cukup bagus dipandang. Tetapi jika tidak sejalan dengan norma kota, akan terasa nyeleneh_nya.

Sepasang kakek memainkan musik tradisional dengan berpakaian tradisional. Saat itu ada semacam pameran produk - produk lokal di semacam alun-alun dekat manekin piss. Ketemu juga sebuah toko suvenir yang khusus menjual pernak-pernik TINTIN. Cocok buat para penggemar tokoh kartun detektif karangan Herge ini.

Brussels adalah jantung Eropa Barat. Kota ini kukenal saat mengurus proposal Erasmus +. Semua proposal masuk ke kota ini, untuk diterima atau di tolak oleh tim dari Erasmus Pusat bagi kegiatan-kegiatan Erasmus di bidang Pendidikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun