Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kapasitas

27 Oktober 2017   16:45 Diperbarui: 27 Oktober 2017   17:06 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapasitas bisa dikembangkan terus menerus. Capability... Walaupun mungkin ada batasan tertentu. Pada umur tertentu, kapasitas fisik akan mulai menurun, berkurang. Kecuali mereka yang selalu melatih kebugaran fisiknya. Maka seorang Lee Chong Wei bisa terus berjaya sementara TH yang seangkatan sudah pensiun. Kapasitas individual bisa melampaui batasan-batasan organisasional. Bisa jadi organisasi membatasi kapasitas seseorang. Maka cangkang, atau wadah, atau hardware, atau fisik perlu diperkuat... demikian pula software atau softskill atau kejiwaan atau spiritual dan emosianal, atau daya juang atau inner strength kita. 

Hari ini saya membaca tentang TERGERUSNYA RITEL OLEH BISNIS DARING. Berita di suratkabar cetak nasional - yang mungkin sebentar lagi akan tergerus oleh media daring. Asosiasi Ritel Nasional sedang ketar ketir karena orang sudah mulai mengurangi kedatangan ke ritel, sementara pembeli bisnis dijital semakin lama semakin ramai. Dengan demikian maka seorang pedagang ritel harus mulai memikirkan kapasitas marketing organisasinya, agar bisa terus beradaptasi dengan perubahan pasar. Perubahan perilaku konsumen. Serta memikirkan alternatif-alternatif bisnis yang lain, ditengah gempuran teknologi disruptif seperti saat ini terjadi di berbagai ragam industri. 

Ada orang yang kapasitasnya melebihi rata-rata. Ada orang yang "wujuduhu kaadamihi", ada gak ada, gak berpengaruh kepada lingkungan sekitarnya. Ada yang jadi garam, ada yang jadi gincu, dan sebagainya-dan sebagainya. Konon kata orang sejarah, sejarah dituliskan oleh orang-orang "besar". Besar bukan dalam artian fisiknya, tetapi besar dalam artian dampak orang tersebut kepada lingkungan sekitarnya. Maka betul kiranya pernyataan bahwa kalau mau jadi orang besar, harus bergaul dengan orang-orang besar.

Seperti cerita Iwan Sunito di KickAndy, bahwa dia sering "gaul" dengan bos properti Indonesia sehingga bisa menjadi Raja Properti di Australia. Dengan siapapun kita harus bergaul, tapi jangan hanya bergaul, tetapi belajar... mengambil hikmah, mengambil pelajaran dari siapapun. Karena pelajaran baik bisa diperoleh dari apapun, siapapun. Membunuh rasa ego diri, merendahkan diri sampai merasa ke ujung kehinaan.... stay fool... stay hungry .... demikian menurut mendiang Steve Jobs menasehati kita . 

Seriously, sebuah tulisan menohok saya ke jantung. Bagaimana umat akan kalah. Jika banyak ulama, atau pemimpin yang selalu merasa bahwa dirinyalah pilihan Tuhan, yang kalau ada di dalam suatu majelis ilmu merasa bahwa dirinyalah yang paling suci, dirinyalah yang paling alim. Disitulah kadang Iblis mengalahkan manusia dari dalam. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, merusak iman serusak-rusaknya, dan tidak terasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun