Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Mabuk Taushiyah

4 Juli 2015   11:14 Diperbarui: 4 Juli 2015   11:14 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan Ramadhan, mendadak banyak sahabat di grup media sosial yang menjadi mubaligh, atau pengkhotbah, dengan menuliskan, atau mem "forward" tulisan yang di "share" oleh orang lain. Sebenarnya bagus, tetapi hal bagus kalau kebanyakan malah tidak terlalu bagus. Seperti makan pisang itu bagus buat perut, tetapi kalau makan pisang setandan sekali makan apa itu bagus?.

Begitulah kenyataannya. Semua orang menjadi alim, mendadak alim, dan menjadi begitu "care" terhadap nilai-nilai keramadhanan. Mudah-mudahan untuk selamanya. Semua orang penuh perhatian terhadap anak /kaum dhuafa. Bukan sekedar menjadi objek pemerolehan pahala, atau sekedar bahan publisitas kedermawanan yang disorot oleh media massa.

Puasa juga seharusnya hemat. Sebaliknya malah terjadi. Kita menjadi boros karena untuk minum berbuka puasa saja kita memerlukan tiga jenis minuman. Air Minum dalam kemasan, teh hangat, dan kolak. Belum lagi air kelapa muda atau minuman dengan tambahan es batu :). Makanan pun menjadi lebih "berkualitas" dengan "kuantitas" yang lebih banyak yang kadang kala menjadi berlebih-lebihan.

Satu yang harus kita buru di bulan ini adalah peningkatan produktifitas dan kualitas. Dalam bekerja dan beribadah. Memanfaatkan semuanya dalam kerangka kebaikan. Kalau lagi kurang fit, tidur sebentar sih gpp. Tetapi jangan hanya mengisi puasa dengan bertidur. Membaca Qur'an sangat dianjurkan. Membaca terjemahannya, membaca tafsirnya, itu juga baik. Demikian pula dengan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula dengan mengkaji ilmu memiliki porsi yang sama. Baca Qur'an sampai pada titik jenuh, coba baca buku atau baca koran. Saat merasa gak bisa mencerna bacaan, silahkan ganti dengan aktifitas - aktifitas lainnya, atau tidur. Tetapi aktifitas menonton televisi bisa jadi kurang direkomendasikan, karena banyak tontonan yang tidak bisa dijadikan tuntunan. Malahan kita melihat maksiat, mendengar desas desus, mengetahui rahasia rumah tangga, menonton kemewahan yang dipertontonkan dengan sifat riya.

Dramaturgi adalah satu konsep ilmu komunikasi yang bisa membedah fenomena ini. Namun intinya dalam kehidupan sehari-hari kita memiliki peranan masing-masing. Tetaplah disitu dan selaraskan perkataan dengan perbuatan. Maka itulah sebenar-benarnya pencitraan diri anda sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun