Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solidaritas Sosial ala Cina

24 April 2013   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:42 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu, saya menemukan artikel berita di media massa, tentang bagaimana solidaritas sosial yang dilakukan dan khas bangsa Jepang. Orang Jepang sering berderma secara anonim, dengan meninggalkan barang berharga di tempat umum. Barang berharga yang ditemukan tersebut akan dilaporkan ke polisi, kemudian polisi akan mengumumkan ke masyarakat secara terbuka melalui berbagai media. Apabila sampai batas waktu tertentu tidak ada yang mengakui, maka akan digunakan untuk kepentingan umum. Setelah kebocoran reaktor nuklir maupun tsunami, seringkali ditemukan uang, emas, dan barang berharga lainnya yang sengaja ditinggalkan di tempat umum. Mereka memiliki budaya berderma tanpa pamrih dan sistem pemerintahan yang mendukung..

Penyaluran bantuan ke daerah terpencil (Sumber : http://www.chinadaily.com.cn/china/2013-04/23/content_16430782.htm)

Saat ini telah terjadi gempa berkekuatan 7,0 skala richter di Ya’an, Provinsi Sichuan. Ratusan orang tewas dan luka-luka serta begitu banyak bangunan yang hancur akibat gempa. Pemerintah Cina bahu membahu untuk membantu para korban, dengan tentara ada di garis depan pertolongan rakyat korban gempa.

Saat saya ke kantor pos untuk mengirim barang ke Indonesia, ada kejadian unik bagi saya. Ada seorang mahasiswi yang hendak mengirimkan beberapa pak pembalut wanita ke Ya’an. Petugas menerima kiriman tersebut dan menyatakan bahwa kiriman tersebut gratis, alias tidak perlu ongkos kirim. Semakin lama di kantor pos, semakin banyak orang yang hendak mengirimkan benda-benda ke Ya’an. Berkali-kali pula petugas bagian paket tersebut menjelaskan bahwa kiriman tersebut adalah bebas bea kirim. Kemudian datang pula mahasiswa-mahasiswa Cina yang membawa sepatu-sepatu layak pakai, selimut, pakaian, kasur lipat, dan barang-barang lainnya.

Mungkin ini adalah cara membantu korban ala Cina. Pengalaman di Indonesia, kita selalu sibuk membuat posko-posko atas nama berbagai kelompok. Tetapi di Cina, dimana masyarakatnya (menurut asumsi pribadi) jarang berorganisasi, pemerintah memfasiltasi pemberian bantuan dengan menyediakan fasilitas PT Pos-nya untuk menyalurkan bantuan bagi korban gempa. Post China pasti memiliki armada dan jaringan yang sudah mapan.

Wuhan, 2013-04-24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun