Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman sekolah calon guru

15 Agustus 2012   15:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13450455151720907540

Kampus sekolah keguruan umumnya didominasi oleh kaum hawa, ya itu adalah fakta tak terbantahkan, kecuali pada program studi tertentu. Oleh karena itu ketika kuliah maka teman-teman sekelas saya kebanyakan perempuan. Pada pertama kali masuk kuliah, semua masih membawa ciri-ciri individualitasnya masing-masing. Ketika perkuliahan berjalan sampai ke ujung, nampak bahwa umumnya mahasiswa calon guru mampu berpakaian rapi, sopan dan bertutur kata yang santun. Tidak semua alumni sekolah guru menjadi guru, ada juga yang menyimpang ke profesi lainnya seperti pengusaha, pegawai swasta, pegawai negeri, wartawan dan sebagainya. Program studi atau jurusan yang dipilih oleh calon guru menurut pengamatan saya memiliki karakteristik umum yang khas. Mahasiswa program studi pendidikan bahasa Indonesia bertutur kata yang sopan, ramah dan halus, Pendidikan bahasa Inggris seringkali merasa paling elit dan cepat mendapat kerja, paling tidak aktif di kursus. Program Studi Pendidikan MIPA berpenampilan serius, jarang berbicara, kalau berbicara tepat, jelas, dan ringkas dan lebih banyak bergabung di organisasi ekstra kampus keagamaan. Program Studi Pendidikan IPS suka ngerumpi, berbisnis, jalan-jalan dan aktif di organisasi kampus. Pendidikan Guru SD dan Pendidikan Guru TK selalu ceria, murah senyum dan seringkali 'kekanak-kanakan'. Batu ujian pertama untuk benar-benar menjadi guru adalah pengalaman praktek lapangan. Mengajar ke sekolah langsung. Pada tahap ini, teman-teman yang setengah hati untuk menjadi guru sudah terlihat, bahkan ada yang pura-pura sakit, atau menunda-nunda praktek mengajar dengan berbagai alasan. Bagi yang benar-benar suka mengajar, setelah praktek mengajar menguatkan rasa percaya diri untuk mulai melamar-lamar menjadi guru. Bahkan ada juga yang langsung direkrut untuk menjadi guru oleh sekolah tempat latihan mengajarnya. Praktek Mengajar biasanya dengan bimbingan seorang guru pamong dan dosen pembimbing. Proses pembimbingan selama praktek sangat penting bagi pengembangan keterampilan mengajar calon guru/praktikan. Proses ini harus terus ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. Saat ini profesi guru sedang ditingkatkan, maka kemampuan profesionalisme-nya juga harus terus ditingkatkan. Mahasiswa terjun ke sekolah harus sudah dilaksanakan sejak semester pertama, agar mereka mengenal medan karirnya dengan lebih akrab. Para dosen di lembaga pendidikan keguruan juga diharapkan turun gunung, mengenali sekolah, atau sesekali mengajar di sekolah (tingkat TK, SD, SMP atau SMA), tidak hanya berkutat di lingkungan perguruan tinggi saja. Menjadi guru bukanlah profesi favorit, mereka yang terbaik di sekolah menengah akan memilih ke UGM, ITB, dan sebagainya. Menurut data yang menjadi mahasiswa calon guru adalah siswa yang berkepandaian menengah. Berbeda dengan di Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik, menjadi guru adalah pilihan profesi yang menjanjikan secara finansial maupun karir. Oleh karena itu banyak siswa-siswa yang cerdas memilih profesi guru. Anehnya ketika kami lulus sekolah guru, di lapangan kami jumpai banyak juga lulusan UI, IPB, UGM, ITB dan sejenisnya yang juga menjadi guru. Mereka banyak di temukan di sekolah-sekolah swasta favorit atau sekolah yang menggunakan kata 'Terpadu" di belakang namanya. Sekarang untuk menjadi guru menjadi lebih selektif. Pemerintah menyeleksi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) secara lebih ketat melalui akreditasi program studi. Sesudah lulus S1 Keguruan, para calon guru harus menempuh Pendidikan Profesi agar memperoleh Sertifikat Guru Profesional. Dengan masukan calon mahasiswa keguruan yang terseleksi, LPTK-nya juga dikontrol mutunya, serta dukungan dari masyarakat luas untuk memajukan pendidikan, maka kemajuan dunia pendidikan di Indonesia akan menjadi kenyataan. Tetapi kalau sistemnya korup maka lihatlah apa yang akan terjadi...! Wuhan, 2012-08-15. 23.31 BT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun