Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Muhammad SAW Sang Pendidik

15 Maret 2014   00:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan salahsatu unsur yang dominan dalam ajaran agama Islam. Sehingga kata Muhammad Sang Pendidik, atau dengan kata lain Sang Murabby, memiliki penjelasan yang panjang sekali. Disini pada tulisan ini akan dikaji secara singkat bagaimana Sayyidina Muhammad sebagai Sang Murabby menurut khazanah pengetahuan saya yang pendek.

Tugas baru yang menanti dan menantang adalah menjadi pengampu Islam untuk disiplin ilmu. Matakuliah yang bertujuan untuk mendekatkan ilmu keagamaan dengan disiplin ilmu yang menjadi jurusan dari si mahasiswa. Untuk di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, konsep Muhammad Sang Pendidik menjadi pokok bahasan yang umum. Pendekatan yang dilakukan juga bermacam-macam, tergantung dari bagaimana "selera" sang pengajar, dengan ketentuan silabus yang sudah ditetapkan menjadi lebih "berwarna".

Untuk mengkaji Muhammad sebagai pendidik, tentunya juga akan membahas secara meluas kepada Islam sebagai agama, yang menjadi pedoman hidup, sekaligus juga sebagai sistem hidup (way of life). Hal itu terjadi karena Islam bukan sekedar sistem gagasan atau ideologi. Islam mengatur secara komprehensif kehidupan manusia, sejak dari dalam kandungan sampai menuju liang lahad. Kesempurnaan Islam itu menjadikannya cocok di tempat dan jaman manapun (shoolihun fii kulli jamaan wal makaan). Islam bisa masuk menjadi agama bagi kaum yang ada di padang sahara Afrika, gurun Gobi di Cina Mongolia, ataupun di tanah tropikal Indonesia. Hal itu terjadi apabila Islam yang dipegang teguh adalah keberislaman yang benar, dalam artian bersumber dari sumber otentik Al Qur'an dan As Sunnah. Serta mengikuti pendapat para ulama yang menjadi pewaris para nabi. Mereka adalah ulama yang benar-benar menjadi penerus keteladanan para nabi, bukan sekedar ustadz muda yang rindu televisi atau pengobat dengan tarif mencekik leher sehingga akhirnya terhinakan oleh para pasiennya yang menjadi korban nafsu materialisme sang dukun berkedok ustadz.

Islam sebagai agama rasional menjadi fenomenal saat ia menjadi agama yang paling epat berkembang di Eropa. Walaupun dikonfirmasi juga bahwa ternyata orang yang mengaku tidak beragama juga cukup besar di negara yang mengaku beragama adalah hak asasi dan juga privasi. Islam adalah agama yangrasional, sehingga ketika terjadi peristiwa 9/11 yang menjelekkan citra umat Islam. Malah menjadi blessing in disguise karena para cerdik pandai Eropa malah menjadi penasaran akan wajah Islam sesungguhnya. Seteleah mereka memahaminya, mereka kemudian berpaling kepada Islam. Disisi dunia lainnya, beberapa umat Islam Nusantara berpaling kepada non Islam karena pernikahan dan sebagainya.

Mengenal Kependidikan Islam bisa juga dirunut kepada sejarah para Nabi. Dalam kisah - kisah mereka terdapat ibrah bagi kaum yang memikirkannya. Misalnya bagaimana memperlakukan jenazah yang diajarkan oleh burung gagak kepada putra Nabi Adam alayhi salam yang telah tega membunuh saudaranya sendiri, atau bagaimana hubungan kekeluargaan juga bisa terputus gara-gara perbedaan keimanan seperti menimpa Nabi Nuh dan anak istrinya yang enggan untuk naik ke kapalnya, juga hikmah-hikmah kependidikan lainnya yang bisa diperoleh dari kisah Nabi Musa, Nabi Ibrahim dan yang lainnya. Sejarah Nabi Muhammad juga bisa menjadi uswah bagi kaum muslimin yang hendak mempelajarinya. Sayyidina Muhammad dan parra khalifah yang empat (Abubakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) memiliki kepribadian masing-masing yang menjadi contoh bagi kependidikan Islam. Abubakar sang terpercaya, Umar sang pemberani, Utsman sang dermawan, dan Ali sang ilmuwan. Setalah masa itu, masa dinasti Umayyah Abasiyyah dan seterusnya, merupakan masa yang sudah bercampurnya sistem kerajaan dengan sistem pemerintahan para sultan. Sehingga muncul raja yang shaleh dan juga raja yang kurang shaleh di kalangan mereka.

Cara mendidik ala Nabi SAW memiliki pola pandang yang beragam. Cara mendidiknya adalah sesuai dengan tuntunan Al Qur'an, misalnya cara dakwah yang menggunakan kebijaksanaan (hikmah), nasihat yang baik (mauidzatil hasanah) dan mendebat dengan yang lebih baik. Atau pula bagaimana perilaku kepada kaum kafir yang harus diperangi (harby) dan kepada sesama umat Islam. Dari kajian hadits nabi, juga bisa diketahui bagaimana perlakuan nabi kepada para sahabat dan juga kepada keluarganya anak dan istri-istrinya (ahlul bait). Muhammadiyah mengambil teladan Nabi Muhamad SAW dalam pengkaderan para sahabatnya, dengan menamakan agenda pengkaderan resmi organisasi dengan nama Darul Arqam dan Baitul Arqam, merujuk kepada bagaimana nabi sering mengkader para sahabat di rumahnya sahabat nabi bernama Arqam. Sikap keteladanan jelas merupakan contoh dari nabi Muhammad sebagai Pendidik. Jaman sekarang kita merasakan sangat sulit untuk mencari pendidik yang sejalan antara perkataan dengan perbuatan. Kesetaraan menjadi hal yang diagungkan oleh Islam, tidak ada yang lebih tinggi erajatnya, kecuali yang paling bertakwa. Sedangkan ukuran ketakwaan ada pada Allah SWT saja yang mengetahuinya.

Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakat memang dikenal dengan lebaga pendidikannya. PAda masa lalu, pendiri Muhammadiyah dan para murid-murid generasi awalnya, kalau kita perhatikan juga belajar kepada ulama-ulama setempat yang memiliki pemahaman ala NU. Kelebihannya adalah bahwa KH Ahmad Dahlan memperluas pemahaman keilmuannya dengan belajar ke Mekkah dan mengenal gerakan pembaharuan Islam yang digagas oleh Jalaludin Al Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan sebagainya. Bahkan gagasan-gagasan tersebut diturunkan kepada praksis dengan mendirikan sekolah, rumah sakit, dan rumah yatim piatu. Hal yang tidak dilakukan oleh para pemikir tersebut. Kini Muhammadiyah memiliki kekhasan dalam pendidikan, dengan memiliki asset yang tersebar di berbagai daerah. Sistem wakaf yang dikembangkan menjadikan aset Muhammadiyah bisa terus menerus dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dan bangsa Indonesia. Mengapa dikatakan demikian, karena Sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah juga memberi maslahat bagi bangsa Indonesia dengan agama lain, seperti Perguruan tinggi muhammadiyah di Kupang, Manokwari, dan Sorong. Kualitas pendidikan Muhammadiyah cukup beragam, ada yang lebih baik dari sekolah negeri dan ada yang di belakang mereka. Perlu dipikirkan bagaimana pengembangan dan pemerataan mutu pendidikan di Muhammadiyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun