Hari ini sebenarnya tidak ada niatan untuk ke Dikti. Pagi-pagi bersiap menuju sekolah swasta di Pasar Rebo, SMA Budhi Warman II untuk menjenguk mahasiswa yang sedang PPL dan memberikan penilaian pada saat pelaksanaan pengambilan nilai PPL atau istilahnya ujian PPL. Kemudian datang beberapa pesan singkat di telepon genggam, memberitahukan bahwa penyetaraan ijasah prosesnya sudah selesai, dan bisa diambil di Dikti.
Karena yang menghubungi adalah orang nomor satu, maka harus dilaksanakan hari itu juga. Setelah selama dua pelajaran mendampingi mahasiswa calon guru try their best to get the result of their teaching practices, serta bertemu dengan senior di IMM yang ternyata sudah bertransformasi menjadi guru SMA plus-plus. Tentunya plus-plus yang positif. Beliau sudah menjadi guru dan juga penceramah lintas provinsi juga memiliki bisnis sampingan di biro umroh. Lalu berkenalan dengan guru pamong lainnya yang memberikan wawasan bagaimana kesibukan baru guru dalam menghadapi aplikasi kurikulum 2013 yang ternyata memberikan tambahan pekerjaan bagi para guru.
Setelah semuanya beres, maka saatnya ambil tanda terima dan menuju ke Senayan by taxi. Sebenarnya bisa saja menggunakan angkutan umum, namun karena keperluan untuk bisa menyampaikan SK penyetaraan ke pihak berwenang di kampus, maka taxi is most wothed to me. Beberapa melintas, tetapi yang berwarna cerah dipilih karena "tarif bawah" dan argonya dapat dipercaya.
Dikti memiliki gedung tersendiri, dan agak terpisah dengan direktorat lainnya. Maka perubahan penggabungan dikti dengan ristek tidak terlalu banyak barang yang dipindah. Mungkin para pejabat digeser-geser adalah mungkin, tetapi Anies Rasyid Baswedan menegaskan nomenklatur kemendikbud tidak banyak akan berubah, hanya masalah di dikti saja yang punya rumah baru.
Memasuki gedung dikti harus menyimpan KTP dan diberikan tanda pengenal. Kecuali kepada beberapa wajah lama yang sering mondar-mandir dan dikenal oleh petugas keamanan. Karena jarang masuk kesini, maka saya simpan katepe disini, dan meluncur ke lantai 7. Kesibukan terus berlangsung di dikti, sebagai gudang pusat pelaksanaan aktifitas orang-orang pintar di Indonesia, baikd ari PTN maupun PTS. Saya malah optimis, dengan adanya penggabungan Dikti dengan Ristek bisa jadi kegiatan menjadi lebih ramai lagi, dan para dosen dan sivitas akademika lebih produktif. Lebih produktif berarti lebih menunjang kesejahteraan... mudah-mudahan.
Para pegawai di dikti seperti biasa melayani para profesor doktor maupun staf universitas yang berdatangan mengurus berbagai hal. Demikian pula para pemburu beasiswa dari kalangan dosen dan bukan dosen maupun mahasiswa juga berdatangan. Dikti memiliki ritme kerja yang terus menerus bergerak, yang pergerakannya berbeda dengan di dikdas dikmen. Maka saat bergabung dengan Ristek, semestinya lebih dinamis lagi. Belum ada kabar di media online tentang Rektor Undip yang menjadi pemuka kementrian diktiristek
Lantai tujuh memberikan lembar sk penyetaraan berikut lima lembar penggandaan yang sudah dilegalisir. Sesudah menandatangani tanda terima berfoto, maka sk sudah ditangan. Saatnya untuk menyerahkan copy-annya kepada pihak akademik kampus. Dari Dikti Senayan ke kampus ditempuh dengan menggunakan transjakarta dan metromini tujuh dua yang ada plus-plusnya. Plus pengamen yang tidak nyannyi, tuwal towel dan nada mengancam plus meminta.
Dikti is fine-fine aja, mungkin beberapa orang merasa posisinya terancam. Itu hal yang wajar dalam perubahan. Perubahan kadang harus menelan korban :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H