Kemarin saya mengalami lagi masuk ke gedung DPR MPR ke sekian kalinya. Kali ini menghadiri acara Bicara Buku bersama Perpustakaan DPR MPR yang disponsori oleh RRI, UHAMKA Press, dan Setjen DPR dalam hal ini Unit Perpustakaan, yang merupakan unit baru di kesekretariatan DPR, demikian kata ibu pimpinannya. Pengamanan cukup ketat, namun karena kita berombongan, maka bisa masukd engan leluasa ke kompleks ini.
Hadir sebagai pembicara adalah Rektor UHAMKA Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. Direktur RRI yang sering saya dengar suaranya selama ini, sejak masih ngekos, yaitu Kabul Budiono. Selain itu adalah senator dari PDI Perjuangan Effendi MS Simbolon, yang sekarang ini sedang cukup tenar karena kritikannya kepada Jokowi yang berasal dari partainya sendiri. Pembicara lainnya yang tak kalah menarik adalah Freddy Ndolu, yang sama-sama juga menjadi legenda hidup bagi penggemar RRI yang mengajukan pensiun muda dari RRI dan sekarang mnejadi Pemred majalah Lider, sebuah majalah tematik kepemimpinan dan sosial politik. Saat masih kuliah, saya sering begadang untuk mengerjakan pekerjaan sampingan, saat itu paling asyik bila sambil mendengarkan RRI yang seringkali menyiarkan lagu-lagu lama yang legendaris baik dari dalam dan luar negeri.
Pada kesempatan ini juga dibacakan salah satu surat dari seorang penyandang disabilitas yaitu mas Sena Rusli, "Sepucuk Surat untuk Tuan Presiden" yang merupakan surat ke 15 dari kumpulan surat yang kumpulan nya di edit oleh Tohirin dan Fadhlan Mudhafir dari UHAMKA Press. Beliau menyatakan aspirasinya tentang bagaimana akses terhadap kaum difabel yang masih terhambat. Menurut Sena, data tahun 2012 hanya ada mahasiswa sejumlah 200 ribuan dari kaum difabel. Sedangkan seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 14% menyandang difabilitas. Fakta tersebut mendorong keinginan kuat dari Effendi Simbolon dan narasumber lainnya untuk memperjuangkan harkat kaum difabel.
Rektor UHAMKA menyatakan perlunya buku ini sebagai bagian dari edukasi politik kepada masyarakat luas. Apalagi buku ini merupakan kumpulan harapan-harapan dari kaum muda Indonesia di seluruh pelosok nusantara. Diramu dari acara di RRI Pro2 FM dengan segmentasi kaum muda.
bu Azimah dari KPI juga memberikan apresiasi positif kepada RRI yang sudah berperan sangat baik saat prosesi Pemilu, dimana saat itu lembaga siaran swasta benar-benar memperlihatkan keberpihakannya.
Sedangkan direktur RRI, Kabul Budiono, menenggarai bahwa saat ini RRI sudah berkembang lebih baik, dengan merambah media-media yang sebelumnya tidak ditapaki oleh RRI. Seperti media internet, media cetak (buku) dan juga terlibat langsung dengan dunia politik yang sedang update. Walaupun harus berhati-hati agar tidak menjadi media partisan. Surat pertama dengan judul: Bapak Toh Punya Pendirian Sendiri, yang ditulis oleh Hesti Rohmanasari berulangkali disitir moderator karena sepertinya sangat sesuai dengan kondisi politik saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H