Senja adalah memar ingatan
berkali-kali terinjak langkah kepergian
berkobar-kobar dan tak kunjung padam
melelehkan sepi ke ujung malam
senyumanmu telah menjelma suluh
sekali waktu mengetuk kaca jendela
di lain waktu menyeruak dari saku kemeja
menambah nyeri di dadaku yang semakin rapuh
kita pernah melukis jalan menuju masa depan
saat kau mencuri pelangi selepas hujan
dan saat aku menyembunyikan rembulan ketika petang menua
lalu kita saling menukarnya dengan ciuman
singgahlah kau disana
di sebuah kota gelap yang begitu dingin
memegang erat sebatang lilin
yang nyalanya tak mampu menerangi tubuh sendiri
menatap pada resah
dengan bola mata yang begitu basah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H