Menurut Prof miriam budiarjo politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik(biasanya), dengan cara konstutusional guna melaksanakan kebijakan mereka.
Minggu lalu ketika saya hendak melaksanakan Sholat dzuhur di salah satu mushola di kampung saya, kebetulan musholah ini berada dalam kawasan lingkungan komplek madrasah. tanpa sengaja saya bertemu kawan-kawan saya, mereka adalah para aktifis dan anggota partai politik di negeri ini. rupanya mereka cedang berkumpul dalam rangka Musyawarah Pimpinan cabang Partai yang mengagendakan pergantian Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai tersebut dan kebetulan acara tersebut diselenggarakan di salah satu ruang kelas di madrasah.
Sebenarnya selepas saya menunaikan Sholat Dzuhur saya inigin segera pulang, sayangnya hujan turun lebat sekali waktu itu. di sela-sela saya menunggu hujan reda, salah satu teman saya yang akan mengikuti acara tersebut berkata "antum ga usah pulang dulu, lagian hujan mendingikut acara kami acaranya sebentar lagi dimulai, kan antum juga simpatisan partai ini bukan." ujar kawan saya.
Saya bukanlah anggota partai politik, tetapi saya juga bukanlah orang yang anti terhadap partai politik. soal ucapan kawan tadi saya hanya tersenyum, tetapi sejujurnya saya "angkat topi" terhadap track record partai ini yang katanya bersih dan peduli.
Dan acara pun di mulai, dengan hikmad saya mengikuti seluruh rangkaian acara tersebut, mulai dari pembukaan, pembacaan Ayat Suci Al quran, laporan serta pertanggungjawaban ketua DPC, sambutan Ketua DPD, dan puncaknya adalah pemilihan ketua DPC yang baru. yang menarik dari acara ini adalah pemilihan Ketua DPC tidak dilakukan dengan cara musyawarah atau voting pada umunmya yang dilakukan oleh peserta atau Dewan Perwakilan Ranting Partai. Tetapi dengan cara penunjukan (penunjukannya pun tidak sembarang asal tunjuk, tetapi dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu dan juga mekanisme partai tentunya).
sebelum pembacaan penunjukan calon Ketua DPC yang baru, ketua DPD partai tersebut mengatakan " di dalam partai ada moto pantang meminta jabatan dan pantang menolak jabatan". saya hanya tersenyum simpul mendengar ucapan tersebut. dan yang mengagetkan ternyata yang terpilih menjadi Ketua DPC yang yang baru adalah kawan saya yang tadi mengajak saya mengikuti acara tersebut. saya mencoba melirik ke arah teman saya itu, wajahnya terlihat tegang dan kaget, saya hanya tersenyum dan menganggukan kepala pertanda mengucapkan selamat kepadanya.
yang menggelitik isi hati saya adalah ketika teman saya ini di BAIAT sebagai ketua DPC yang baru, ada klausul dalam kalimat Baiat tersebut yang kira-kira begini kalimatnya " saya berjanji akan mengikuti kebijakan partai walaupun bertentangan dengan hati dan pemikiran saya sendiri".
Saya jadi teringat beberapa hari yang lalu ketika saya membaca koran kompas, ada 2 orang dari fraksi PKB di DPR yang menolak mengikuti kebijakan partai dalam voting hak angket mavia pajak. Ialah Lily wahid dan Efendi choiri yang berani melawan kebijakan paratai yang sesungguhnya bagi anggota partai (parlemen) seperti "SABDA TUHAN"Â walaupun taruhannya adalah kursi parlemen.
Menurut Effendi Choiri selama ini ia merasa "terpasung" oleh kebijakan partai yang selalu mengekor penguasa dan tidak sesuai dengan hati nuraninya, "saya menangis hanya harusterus bertoleransi mengikuti sikap PKB," ujarnya.
Inilah alasan saya mengapa selama ini saya selalu menolak ajakan teman-teman saya untuk menjadi anggota partai politik, walaupun teman-teman saya berkali-kali mengajak saya. jadi untuk apa masuk partai jika nantinya harus melulu mengikuti kebijakan partai. lantas apa kabar suara hati dan hati nurani!!
******
teruntuk kawan saya yang baru menjabat Ketua DPC partai...
selamat ya..keep istiqomah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H