Mohon tunggu...
Aat Suwanto
Aat Suwanto Mohon Tunggu... Administrasi - hirup mah ngan saukur heuheuy jeung deudeuh

Tukang main, sesekali belajar menjadi pemerhati dan peneliti serta penulis (dengan 'p' kecil) di bidang Pariwisata, selain juga menulis essai di bidang humaniora, serta menulis cerpen dan novel terutama dalam bahasa daerah Sunda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Panakawan dan Kabayan

16 Agustus 2022   12:21 Diperbarui: 16 Agustus 2022   12:30 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kenyataannya, sangat sedikit ditemukan ada makam Kabayan di lingkungan masyarakat Sunda. Apalagi yang keberadaannya masih terawat. Karena disepelekan pula, tak heran sebagian masyarakat Sunda memanggil para Kabayan tadi sebagai Si Kabayan. Panggilan Si pada awal panggilan itu, meski bisa juga bermaksud sebagai panggilan keakraban, namun secara sosial kiranya jauh lebih berkonotasi sebagai menghina.  

Berbanding terbalik dengan status para Panakawan. Bahkan untuk para Panakawan dari para ksatria yang telah gagal menjalankan perannya sebagai seorang ksatria. Sebagaimana terhadap Lurah Togog di cerita pewayangan, kisah perannya tetap dibicarakan meskipun pada kenyataannya dirinya telah gagal mengasuh dan mendampingi para ksatria dari keluarga Kurawa.

Peran Panakawan dan Kabayan sendiri semestinya tidak serta merta terputus pada cerita masyarakat kita dimasa lalu. Bahkan pada saat ini, ketika batas-batas kebenaran dan kesalahan telah semakin bias, peran mereka untuk menjadi agar para ksatria dan masyarakatnya tetap waras, kian menemukan momentumnya.

Syukur, kian banyak dari para bestari dinegeri ini yang bersedia mengambil peran sebagai Panakawan. Kiranya Tuhan tetap meneguhkan niatnya agar kemudian perannya sebagai Panakawan tidak menjadi batal. Agar mereka tetap hidup dalam kesunyian meski pintu menuju popularitas yang biasa dijalani para ksatria sangat terbuka. Terpenting, agar mereka tidak sampai terjerumus dalam jurang kesombongan, untuk menunjuk dada mereka ketika dikemudian hari para ksatria yang mereka asuh  mencapai kesuksesan.

Mereka pun tetap menjadi menjalani perannya selaku Panakawan meski para ksatria yang mereka asuh dan damping berada dalam kesesatan. Mereka harus percaya, ketika mereka tulus menjalankan perannya sebagai Panakawan, meskipun gagal, namun mereka pasti akan tetap dikenang dan dihormati sebagai seorang Panakawan.

Namun tampaknya masih dibutuhkan ekstra kearifan diri kita semua agar mau menjalani peran sebagai Kabayan. Karena untuk mewujudkan cita-cita membangun masyarakat Indonesia yang berperadaban sangat butuh peran nyata, tidak hanya dari para Panakawan, melainkan juga peran para Kabayan.

Ciamis, 30 Mei 2022   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun