Mohon tunggu...
Aat Suwanto
Aat Suwanto Mohon Tunggu... Administrasi - hirup mah ngan saukur heuheuy jeung deudeuh

Tukang main, sesekali belajar menjadi pemerhati dan peneliti serta penulis (dengan 'p' kecil) di bidang Pariwisata, selain juga menulis essai di bidang humaniora, serta menulis cerpen dan novel terutama dalam bahasa daerah Sunda.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cicatayan, Destinasi Wisata yang Tidak Diperhitungkan

21 Februari 2019   20:08 Diperbarui: 21 Februari 2019   20:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kami sebut tidak diperhitungkan karena secara geografis Kecamatan Cicantayan (selanjutnya kami sebut atau Cicantayan saja --pen) itu sangat dekat dengan Sukabumi kota -- wilayah yang selama ini telah dikenal baik selaku stasiun wisata di Sukabumi.

Artinya, ketika dasar pertimbangannya terfokus sama pasar, maka pasar untuk Cicantayan sangatlah jelas. Dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam, sangat jelas bahwa Cicantayan dapat dengan mudah untuk dikunjungi oleh para wisatawan yang selama ini menghabiskan waktunya hanya di Sukabumi kota tadi.

Bahkan dengan melihat kehadiran beberapa hotel di sekitar kawasan ini, sudah jelas kiranya bilamana Cicantayan sudah menjadi salah satu dari simpul wisatanya Kabupaten Sukabumi.

Jadi alangkah anehnya ketika Cicantayan sampai tidak terlirik oleh para pelaku pariwisata (dalam hal ini domainnya tidak hanya pemerintah saja melainkan seluruh elemen terkait dengan pelaku pariwisata tadi --pen) di Sukabumi khususnya untuk dikembangkan selaku destinasi wisata.

Justru daerah lain --terutama wilayah selatan-- lah yang sampai saat ini menjadi fokus pengembangan pariwisata. Contoh nyata, destinasi baru yang disebut Kawasan Geopark saat ini.

New Wonder of Destination

Bila dibandingkan dengan destinasi wilayah selatan, mungkin kekurangan Cicantayan hanyalah ketiadaan laut dan pantai. Namun demikian, Cicantayan memiliki sungai yang secara tradisi telah menjadi arena bermain masyarakat terutama anak-anak dan remaja-pemuda untuk bermain papalidan atau sekedar berenang.

Apalagi menurut masyarakat debit air sungai ini relatif stabil meskipun tengah musim kemarau sehingga dinamakan Cimahi. Sehingga sepanjang tahun sungai ini dapat dipergunakan untuk wisata air tadi.

Cicantayan sendiri sejatinya sebagai salah satu daerah Karst di Kabupaten Sukabumi. Jangan heran ketika disini akan banyak ditemukan banyak goa. Salah satu goa yang telah lama dikenal adalah Goa Putih yang terdapat di Desa Hegarmanah yang bahkan telah dikaji dari berbagai aspek, terutama dari sisi ekologi.

Dari literatur yang kami dapat, goa ini sebetulnya sangatlah panjang. Namun demikian, untuk menikmati keindahan goa ini tidaklah sulit. Tidak sampai lima puluh meter memasuki goa, para pengunjung sudah dapat menemukan stalaktit dan stalaknit yang cukup indah, sehingga akan memberikan pengalaman berkesan terutama bagi para wisatawan yang belum pernah memasuki goa.

Goa lainnya terdapat di Kawasan Sarongge. Di kawasan ini bahkan terdapat beberapa goa yang dapat dipilih oleh pengunjung untuk dimasuki. Salah satunya Goa Hulu Badak, salah satu goa yang juga sebagai lorong bagi masuknya air dari wahangan (sungai kecil --pen) yang mengalir disana. Kalau kami bandingkan, meskipun tidak sama persis, inilah miniatur Sanghyang Tikoro yang terkait dengan Legenda Sangkuriang dan Bandung itu.

Bahkan tak usahlah kita masuk dulu ke dalam Goa Hulu Badak ini. Dengan menikmati relief-relief bebatuan yang secara alami terbagun sebagai kepala Badak ini, ditambah dengan menikmati suara airnya, kami jamin siapapun yang datang kesini akan sulit untuk beranjak pulang.

Berjalan terus semakin ke arah pedalaman Cicantayan, Di Desa Cimanggis tepatnya, terdapat pula perkampungan yang hampir seluruhnya rumahnya masih Panggung. Kehidupan alam pedesaan yang masih bersahaja niscaya akan benar-benar para wisatawan di sini. Menikmati air Lahang (air nira --pen) dari Pohon Aren secara langsung dari para petani gula sambil melihat dan bahkan ikut serta bersama mereka membuat gula seraya menghangatkan diri di depat tungku kayu dan menikmati singkong bakar setelah sebelumnya ikut menginap di rumah penduduk disana, adalah salah satu sensasi yang pasti takkan terlupakan oleh para wisatawan.

Atau, tak jauh dari jalan nasional sebenarnya, di Desa Cisande, Lembursawah dan Cijalingan, terdapat pula kawasan agro dimana banyak aneka rupa produk pertanian ditanam disana. Maka apabila kebetulan musim tanam atau panen padi, disana para wisatawan dapat ikut membajak sawah atau memanen padi. Tatkala panen kacang panjang, ikutlah memanen dan menikmati manisnya kacang panjang yang ditanam disana secara langsung.

Ditempat yang sama, terdapat pula banyak industri kreatif rumahan, dari mulai kreasi Kriya dari aneka limbah, hingga seni lukis, aneka rupa industri alat olah raga, sandal dan lain sebagainya. Disini wisatawan dapat ikut berkreasi dan menikmati hasil kreasinya secara langsung sebagai souvenir buat mereka bawa ke rumahnya masing-masing.

Masih banyak lagi sebetulnya pilihan aktivitas yang dapat wisatawan lakukan disini. Bahkan untuk yang senangnya sekedar jalan-jalan disini, banyak pilihan rute yang akan menyuguhkan kepada mereka vista-vista terbaik. Di lemah duhur misalnya, sensasi sunrise dan sunset bukit savanna dapat wisatawan nikmati disini. Sementara di Tenjolaut, dihari nan cerah bentang alam nan biru laksana lautan dapat wisatawan nikmati sejauh mata memandang.

Daya Dukung Sosial

Yang sangat menarik dari Cicantayan sehingga pantas menjadi destinasi wisata adalah kesiapan masyarakatnya. Tidak hanya sekedar mengetahui soal potensi yang dimiliki oleh mereka, mereka pun ternyata sangat paham tentang untuk apa dan bagaimana seandainya daerah tempat mereka hidup kemudian dijadikan sebagai destinasi.

Untuk hal ini, apresiasi yang sangat besar harus kami sampaikan. Betapa tidak, bahkan seorang tokoh masyarakat berpangkat kyai pun justru sangat lancar dalam mengurai potensi wisata yang dapat dan semestinya dikembangkan. Tidak hanya sebatas berbicara bahwa kami memiliki apa, tapi bagaimana hal tersebut sehingga dapat dimanfaatkan. Apa aktivitas yang dapat dilakukan, dan sejauh mana aktivitas tersebut semestinya dilakukan.

Sejauh yang kami ingat, baru di Cicantayan ini kami mendapatkan pengalaman seperti diatas. Alih-alih, selama ini biasanya tokoh agama malah menjadi aktor utama penyebab terhambatnya pembangunan industri apriwisata disuatu daerah. Persoalannya, terkait bias pemahaman tentang pariwisata yang seringkali dikonotasikan sebagai kemaksiatan.

Tentunya kenyataan ini harus menjadi poin penting ketika sebuah destinasi wisata akan dibangun. Bagaimanapun industri pariwisata adalah industri publik. Masyarakat akan selalu terlibat didalamnya karena aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan, secara langsung atau pun tidak, akan selalu terkait dengan mereka.

Maka sebenarnya, meskipun sebuah destinasi dikelola oleh swasta --misalnya, namun tuan rumah yang sesungguhnya dari destinasi wisata dimaksud adalah juga masyarakat dimana destinasi itu berada. Maka hal yang sangat logis ketika, sejauh mana keberlangsungan hidup sebuah industri wisata, salah satu faktor penentunya adalah keberadaan masyarakatnya sendiri.

Dengan kata lain, masyarakat adalah daya dukung utama dari keberlangsungan industri wisata dimanapun adanya. Sejauh mana keterdukungan masyarakatnya, sejauh itu pula industri pariwisata di suatu destinasi akan memiliki kesempatan untuk terus melangsungkan hidupnya.

Adapun kunci untuk mendapatkan keterdukungan masyarakat tadi adalah ketika masyarakat telah merasakan adanya manfaat. Dan untuk mendapat manfaat, maka semestinya masyarakat dapat menjadi pelaku utama dari keberadaan industri pariwisata di daerahnya.

Bukan berarti pelaku industri pariwisata lain tidak mendapat lagi tempat disana. Bahkan sebaliknya, dengan metoda kerjasama usaha bersama masyarakat, investasi usaha wisata yang mereka lakukan dapat terus dibangun tanpa adanya kekhawatiran akan timbulnya resiko sosial, terutama resiko penolakan dari masyarakat.

Tentu saja memahami kesiapan masyarakat di Cicantayan untuk menjadi pelaku wisata, tidak sebagai pemahaman tanpa koreksi. Memang pemahaman terhadap potensi daerahnya, serta semangat dan inisitatif membangun, selain juga daya kreativitas masyarakat Cicantayan untuk membangun industri pariwisata memang sudah sangat bagus.

Namun demikian masih dibutuhkan pendampingan-pendampingan terkait, terutama sekali persoalan teknis manajerial pembangunan kepariwisataan. Tujuannya agar industri kepariwisataan yang dibangun disana dapat sesuai kaidah-kaidah pembangunan sebagaimana mestinya, baik secara hukum, akademis, maupun bisnis.

Catatan Penutup

Rencana pembangunan Bandara di Cikembar, serta pembangunan tol Sukabumi-Bogor dan double track Kereta Api, telah membuat Cicantayan kian menjadi strategis untuk dibangun sebagai destinasi wisata.

Kuncinya adalah konsistensi segenap elemen pelaku wisata untuk membangun industri kepariwisataan di Cicantayan. Terutama sekali konsistensi masyarakat dan pemerintah untuk membangun secara terukur dan terencana.

Kesabaran dalam membangun sangatlah dibutuhkan. Pasalnya, paling tidak tiga hingga lima tahun adalah waktu untuk membangun agar Cicantayan benar-benar mewujud menjadi destinasi wisata. Meskipun sebenarnya itu bukanlah waktu yang lama.

Bojonggenteng-Cicantayan Sukabumi, 21 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun