Mohon tunggu...
Aat Suwanto
Aat Suwanto Mohon Tunggu... Administrasi - hirup mah ngan saukur heuheuy jeung deudeuh

Tukang main, sesekali belajar menjadi pemerhati dan peneliti serta penulis (dengan 'p' kecil) di bidang Pariwisata, selain juga menulis essai di bidang humaniora, serta menulis cerpen dan novel terutama dalam bahasa daerah Sunda.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cicatayan, Destinasi Wisata yang Tidak Diperhitungkan

21 Februari 2019   20:08 Diperbarui: 21 Februari 2019   20:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahkan tak usahlah kita masuk dulu ke dalam Goa Hulu Badak ini. Dengan menikmati relief-relief bebatuan yang secara alami terbagun sebagai kepala Badak ini, ditambah dengan menikmati suara airnya, kami jamin siapapun yang datang kesini akan sulit untuk beranjak pulang.

Berjalan terus semakin ke arah pedalaman Cicantayan, Di Desa Cimanggis tepatnya, terdapat pula perkampungan yang hampir seluruhnya rumahnya masih Panggung. Kehidupan alam pedesaan yang masih bersahaja niscaya akan benar-benar para wisatawan di sini. Menikmati air Lahang (air nira --pen) dari Pohon Aren secara langsung dari para petani gula sambil melihat dan bahkan ikut serta bersama mereka membuat gula seraya menghangatkan diri di depat tungku kayu dan menikmati singkong bakar setelah sebelumnya ikut menginap di rumah penduduk disana, adalah salah satu sensasi yang pasti takkan terlupakan oleh para wisatawan.

Atau, tak jauh dari jalan nasional sebenarnya, di Desa Cisande, Lembursawah dan Cijalingan, terdapat pula kawasan agro dimana banyak aneka rupa produk pertanian ditanam disana. Maka apabila kebetulan musim tanam atau panen padi, disana para wisatawan dapat ikut membajak sawah atau memanen padi. Tatkala panen kacang panjang, ikutlah memanen dan menikmati manisnya kacang panjang yang ditanam disana secara langsung.

Ditempat yang sama, terdapat pula banyak industri kreatif rumahan, dari mulai kreasi Kriya dari aneka limbah, hingga seni lukis, aneka rupa industri alat olah raga, sandal dan lain sebagainya. Disini wisatawan dapat ikut berkreasi dan menikmati hasil kreasinya secara langsung sebagai souvenir buat mereka bawa ke rumahnya masing-masing.

Masih banyak lagi sebetulnya pilihan aktivitas yang dapat wisatawan lakukan disini. Bahkan untuk yang senangnya sekedar jalan-jalan disini, banyak pilihan rute yang akan menyuguhkan kepada mereka vista-vista terbaik. Di lemah duhur misalnya, sensasi sunrise dan sunset bukit savanna dapat wisatawan nikmati disini. Sementara di Tenjolaut, dihari nan cerah bentang alam nan biru laksana lautan dapat wisatawan nikmati sejauh mata memandang.

Daya Dukung Sosial

Yang sangat menarik dari Cicantayan sehingga pantas menjadi destinasi wisata adalah kesiapan masyarakatnya. Tidak hanya sekedar mengetahui soal potensi yang dimiliki oleh mereka, mereka pun ternyata sangat paham tentang untuk apa dan bagaimana seandainya daerah tempat mereka hidup kemudian dijadikan sebagai destinasi.

Untuk hal ini, apresiasi yang sangat besar harus kami sampaikan. Betapa tidak, bahkan seorang tokoh masyarakat berpangkat kyai pun justru sangat lancar dalam mengurai potensi wisata yang dapat dan semestinya dikembangkan. Tidak hanya sebatas berbicara bahwa kami memiliki apa, tapi bagaimana hal tersebut sehingga dapat dimanfaatkan. Apa aktivitas yang dapat dilakukan, dan sejauh mana aktivitas tersebut semestinya dilakukan.

Sejauh yang kami ingat, baru di Cicantayan ini kami mendapatkan pengalaman seperti diatas. Alih-alih, selama ini biasanya tokoh agama malah menjadi aktor utama penyebab terhambatnya pembangunan industri apriwisata disuatu daerah. Persoalannya, terkait bias pemahaman tentang pariwisata yang seringkali dikonotasikan sebagai kemaksiatan.

Tentunya kenyataan ini harus menjadi poin penting ketika sebuah destinasi wisata akan dibangun. Bagaimanapun industri pariwisata adalah industri publik. Masyarakat akan selalu terlibat didalamnya karena aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan, secara langsung atau pun tidak, akan selalu terkait dengan mereka.

Maka sebenarnya, meskipun sebuah destinasi dikelola oleh swasta --misalnya, namun tuan rumah yang sesungguhnya dari destinasi wisata dimaksud adalah juga masyarakat dimana destinasi itu berada. Maka hal yang sangat logis ketika, sejauh mana keberlangsungan hidup sebuah industri wisata, salah satu faktor penentunya adalah keberadaan masyarakatnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun