Mohon tunggu...
AAT Manik
AAT Manik Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Suka menulis semampu dan semaunya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Suara TOA? Biasa Ajah!

22 Juli 2021   19:42 Diperbarui: 22 Juli 2021   20:34 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

BEBERAPA waktu lalu, tepatnya semasa puasa, ada kehebohan dunia Maya tatkala seorang tokoh publik figur mengomentari pengeras suara ketika membangunkan sahur. Unggahan dalam media sosialnya itu mendapat berbagai tanggapan dan membuat heboh bin viral.

Saya, ketika itu menulis sedikit pandangan terhadap kehebohan itu. Ya meskipun hanya berakhir di draft penyimpanan pesan. Tapi hari ini, ketika hal itu meredup dan sama sekali tak ada "cantolan", saya berani membuka pandangan saya melalui Kompasiana. Selamat membaca dan jangan mudah marah ya!

---

RIBUT-ribut gegara postingan seorang artis perihal membangunkan sahur menggunakan TOA masjid, saya kok senyum-senyum saja ya. Soalnya suara TOA itu gak ngaruh. Bukan karena "maaf" tuna rungu atau tidak terdengar sampai rumah si sumber suara itu, tapi lebih tepatnya kelewat terlelap tidurnya. Jadi, mau bunyi apapun semisal suara TOA, sepertinya bunga-bunga tidur terlalu nikmat untuk disudahi. Bukan kerbau tapi ya.

Saya Kristen sejak lahir. Rumah saya terletak di samping masjid bukan mushola. Otomatis kegiatan keagamaan lebih banyak dan itu mayoritas menggunakan pengeras suara atau TOA semua.

Mulai dari adzan maghrib dengan diikuti puji-pujian, kemudian adzan ishak sesudahnya, ketika jumatan di hari jumat hingga acara-acara lain berkaitan kegiatan keagamaan. TOA-lah sumber pengeras suaranya. Jadi njenengan bisa membayangkan bagaimana situasinya kan.

Tapi anehnya, suara-suara itu tidak mengganguku dan keluarga kami. Khusus mamah-papah mereka sepengetahuanku tidak pernah berdesas-desus mengeluhkan suara pengeras itu. Mereka enjoy-enjoy saja. Kadang kala ketika tengah bermain gitar di rumah dan terdengar puji-pujian dari anak-anak yang mengaji, saya iseng iringi lagunya dengan dentingan atau genjrengan gitarku. Asyik.

Suara membangunkan orang sahur menggunakan TOA sebelum imsak di masjid kami sudah terjadi sejak tahun-tahun lampau, ketika masjid sudah memiliki pengeras suara. Saya, tak pernah mengeluh berisik atau bising. Terbangun dan kemudian tak bisa tidur. Tidak. Tidak sama sekali. 

Kalau ada anggapan bahwa itu mengganggu waktu istirahat atau tidur, jika pertanyaan itu disematkan pada saya maka jawabannya tidak sama sekali. Memang, terkadang awal-awal puasa suara itu membangunkanku. Tapi nada dan gaya bicaranya malah jadi bahan tebak-tebakan, "Suara siapakah itu?". 

Dan ketika sudah yakin siapa gerangan yang membangunkan orang lewat TOA masjid, maka hati dan pikiran kembali tenang dan kemudian membuat peta di bantal sampai terbangun di pagi hari.

Kalau tidak tertebak, itu yang jadi masalahnya, jadi pikiran. Siangnya ketika sekolah, saya menjadi detektif dadakan tanya sana-sini mencari tahu siapa sebenarnya orang yang membangunkan sahur itu. 

Teman sejawat saking semangatnya membangunkan sahur, mereka rela tidur di masjid. Teman-teman saya itu.

Beranjak dewasa dan menikah kini punya anak dan bertempat tinggal di lingkungan komplek, memang tak ada lagi suara TOA dari masjid yang sampai terdengar ke kediaman. Maklum masjid agak jauh letaknya. Namun ketika suara TOA tidak ada, penjaga malam yang berkeliling sambil jaga membangunkan orang komplek pakai pengeras suara pula. Kadang malahan terdengar samar-samar, anak-anak komplek ikut serta dengan berbagai alat seadanya. Seru sepertinya. Kalau saya wajib puasa juga, wajib ikut serta pula sepertinya. 

Berisik? Gak juga. Bising? Gak kerasa. Benar bahwa malam pertama terbangun, tapi tak lama tidur lagi sampai pagi. Hari kedua, ketiga dan seterusnya sampai lebaran sudah tak kedengaran lagi. Kalaupun terbangun bukan gegara suara itu, ada hal lain semisal membangunkan istri untuk segera masak pagi. Heee

Dari ribut-ribut gegara postingan artis itu, kesimpulan saya bahwa sudah terbiasa dengan pengeras suara masjid apapun bentuk sumbernya. Kenapa begitu? Karena sejak lahir sudah terbiasa terdengar suara-suara seperti itu. Jadi kalau ada yang ribut-ribut soal suara membangunkan orang sahur, sekali lagi ditegaskan "saya senyum-senyum saja".

"Mas, kok gak jadi mualaf saja udah biasa denger suara dari masjid".

"Iya denger tapi gak tahu artinya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun