Tentu saja!
Orang dewasa ditekankan untuk mencontohkan dan membimbing mereka. Para orang tua juga senang hati dipersilahkan untuk menemani buah hatinya bila mereka sedang asyik-asyiknya menjelajah dunia digital.
Para player toxic ini benar-benar meresahkan sering sekali membuat kesal dan jengkel yang harusnya kita main game itu santai jadi enggak asik memainkan game nya. Bukan hanya itu selain toxic ada lagi yang lain yang menyebalkan yaitu troll
Bermain yang tidak serius atau bisa kita sebut "Troll" menyebabkan para Player yang serius dalam main game menjadi emosi yang meledak-ledak atau tidak bisa mengontrol emosi dengan baik, keluarlah kata-kata kotor. Pada dasarnya game diciptakan dengan tujuan untuk bersenang-senang tapi dalam kasus troll ini terlalu berlebihan. Kebanyakan game sekarang yang lagi ramai itu game online yang dimainkan dengan tim alhasil jika salah satu player “trolling” pastinya game-nya kalah lah. Kata-kata kotor ini yang sering jadi imbuhan saat emosi yang jadinya karena sering diucapkan jadi tren di para gamers.
2. Keberagaman Players dan Tujuan
Kini kita menyadari ada banyak macam-macam karakter Players yang diketahui oleh publik. Diantaranya, suka membantu sesama timnya, memberi saran atau tips untuk para pemula, mencari teman dalam game, dll.
Adapun, bermain game mampu mewujudkan profesi yang terbukti menyukseskan. Dimulai dari mengikuti berbagai kompetisi, menyalurkan hobi maupun mencari uang melalui platform di aplikasi Youtube, dan juga guna mencapai tujuan masing-masing individunya.
Nah, tahukan kalian, bila profesi ini sewaktu-waktu disalurkan melalui “E-sport Game”?
Sabi, tuh, bagi kalian yang ingin serius menekuni dunia Game!
Bagian sedihnya, pemain-pemain di dalam sana ternyata masih banyak yang patut disayangkan karena tidak profesional dalam bertutur kalimat yang baik, seperti yang sudah dibahas di nomor 1.
3. Tindakan Developer