Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Ketika saya membaca kutipan di atas saya melakukan refleksi, apakah sebagai seorang guru saya sudah mengajarkan yang berharga bagi murid untuk kehidupan mereka kelak? Saya berkeyakinan penuh bahwa apa yang diajarkan di sekolah adalah sesuatu yang berharga bagi murid namun apakah pembelajaran yang dilakukan betul-betul sesuai dengan yang murid butuhkan?Â
Teringat beberapa minggu lalu saya membaca thread yang sedang trending di twitter yang menuliskan bahwa pendidikan di Indonesia adalah "fake situation" karena dianggap tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh dunia kerja yang akan dihadapi murid kedepannya. Dunia kerja menuntut adanya keterampilan sedangkan yang banyak dipelajari di bangku sekolah adalah teori. Hal ini tentunya menjadi tamparan yang cukup keras bagi dunia pendidikan.
Selain pengetahuan dan keterampilan, ada hal berharga lain yang harus diajarkan di sekolah. Hal berharga tersebut adalah nilai-nilai kebajikan yang akan berkembang menjadi prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seseorang. Tentunya nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh seseorang akan berdampak pada keputusan yang diambilnya. Keputusan yang diambil oleh seseorang akan berdampak pada lingkungannya. Oleh sebab itu mengenal, menerapkan, dan komitmen terhadap nilai dan prinsip yang baik adalah sebuah keharusan. Guru sebagai teladan bagi murid memiliki kesempatan, tugas, dan kewenangan dalam mengenalkan, menanamkan, dan mendorong murid menerapkan nilai kebajikan dan prinsip yang baik dalam kehidupannya sehari-hari. Nilai kebajikan yang dimaksud diantaranya kejujuran, disiplin, integritas, empati dan rasa kasih sayang, juga nilai-nilai kebajikan yang lain.
Akan tetapi menanamkan nilai kebajikan tersebut bukan hal yang mudah. Perlu pendekatan yang baik, konsisten, keberlanjutan, juga kolaborasi antara guru dan warga sekolah, supaya implementasi dari nilai kebajikan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan dilakukan tanpa terpaksa. Tentunya butuh keteladanan dari seorang guru terkait hal itu. Tanpa keteladanan yang baik dari guru tidak mungkin nilai-nilai baik yang mau ditanamkan bisa tumbuh dengan baik dalam diri setiap murid.
Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~
Menurut kutipan tersebut pendidikan adalah sebuah seni, seni adalah sesuatu yang indah. Idealnya, sebuah seni yang baik akan menghasilkan mahakarya yang berkualitas. Â Sebagai sebuah seni yang harus indah dirasa dan dipandang, maka pendidikan harus dilakukan dengan aktivitas yang menyenangkan dan memberi kebahagiaan bagi semua individu yang ada didalamnya. Dalam hal ini, peran guru sangatlah sentral dalam menciptakan pembelajaran yang nyaman bagi perkembangan murid dan memfasilitasi proses belajar sehingga tertanam nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip baik dalam diri setiap murid. Nilai-nilai kebajikan dan prinsip-prinsip ini akan sangat berpengaruh dalam setiap keputusan yang mereka ambil, sebagai pelaku utama kehidupan masa depan tentunya setiap keputusan yang mereka ambil akan berdampak pada kualitas masa depan. Masa depan yang berkualitas adalah salah satu tujuan utama dari pendidikan saat ini.Â
Ada beberapa pertanyaan yang terkait dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hadjar Dewantara dan Pratap Triloka memiliki relevansi yang sangat signifikan dengan penerapan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin, sehingga keduanya merupakan konsep penting dalam konteks pendidikan di Indonesia. Secara umum Filosofi Ki Hadjar Dewantara memuat 3 hal, yaitu pendidikan holistik, pendidikan yang individualis yang berdasarkan pada kebutuhan individu murid, dan pendidikan yang tidak memaksa. Dalam konteks pendidikan yang holistik, pembelajaran tidak hanya terkait dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan tapi juga memuat pendidikan penguatan karakter. Dalam 4 pilar pendidikan dari Unesco kita mengenal learning to know, learning to do, learning to be, learning to live together sebagai landasan pendidikan holistik. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mengambil keputusan dengan mencerminkan kebutuhan yang holistik memastikan pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan tapi juga membentuk manusia yang berkarakter, tanggung jawab dan peduli. Pendidikan individualis menghargai keunikan individu, oleh sebab itu segala keputusan yang diambil akan memperhatikan kebutuhan setiap individu yang juga memperhatikan dampak positif yang terjadi. Pendidikan yang tidak memaksa berorientasi pada perkembangan dan pemberdayaan yang lebih baik sehingga keputusan yang diambil orientasinya adalah pemberdayaan yang optimal dari setiap individu yang terlibat.
Pratap triloka memuat 3 hal yaitu keterlibatan stakeholder, partisipasi demokratis, dan transparansi dan akuntabilitas. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam mengambil sebuah keputusan guru harus mendapatkan dukungan pihak yang terlibat, menciptakan lingkungan yang memfasilitasi semua pihak untuk berkontribusi dalam melaksanakan peran juga pengambilan keputusan bersama, juga memastikan semua kebijakan dan keputusan mudah dipahami semua pihak dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai yang tertanam dalam diri berpengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai itu akan berpengaruh pada panduan tindakan tentang apa yang benar dan salah dalam pengambilan keputusan, mempengaruhi segala pertimbangan yang akan diambil pada sebuah pengambilan keputusan, juga terhadap prioritas dari setiap keputusan. Misalkan seseorang yang memiliki kepedulian yang baik tentu akan menempatkan dampak kemanusiaan sebagai prioritas dalam setiap keputusannya.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pengambilan keputusan dan sesi coaching memiliki kaitan yang erat dalam proses pemberdayaan diri. Melalui coaching kita akan merasa terbantu dalam mengevaluasi setiap keputusan yang diambil, memunculkan berbagai pertanyaan kritis dari sebuah pengambilan keputusan sehingga relevan untuk memahami berbagai implikasi dan konsekuensi berbagai pilihan yang mungkin diambil, membantu mengembangkan berbagai strategi pemilihan keputusan, membantu seseorang belajar dari kesalahan, dan mendukung terjadinya proses refleksi.Â
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya memainkan peranan penting dalam pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru yang menyadari aspek sosial emosional akan memiliki empati sehingga keputusan yang diambil juga mempertimbangkan nilai kepedulian dan rasa kasih sayang terhadap dampak dari keputusannya, memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga akan berhati-hati dalam pengambilan sebuah keputusan dengan melibatkan banyak pihak dengan fakta yang relevan melalui komunikasi yang efektif, memiliki kesadaran pribadi yang kuat sehingga keputusan yang diambil didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat dan mampu bertanggung jawab atas keputusannya, memiliki kemampuan menangani konflik yang baik sehingga mampu mengatasi konflik yang muncul yang berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat, juga berorientasi pada kebutuhan murid.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menjadi landasan utama dalam menghadapi dilema etika dan mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam situasi tertentu. Berikut beberapa hal yang mempengaruhi pendidik dalam pengambilan keputusan
refleksi nilai pendidik, dalam sebuah kasus etika seorang pendidik akan mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai inti yang mereka anut akan memandu mereka dalam mengambil sebuah keputusan;
kepatuhan terhadap kode etik profesi, kode etik ini menguraikan nilai-nilai yang harus diikuti oleh para pendidik;
pendekatan dampak nilai terhadap murid, pendidik juga perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan terhadap nilai-nilai yang diantut murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Melalui keputusan yang tepat akan tumbuh kepercayaan dan transparansi karena orang lain paham bahwa keputusan yang dibuat berdasarkan pada itikad baik dan berdasarkan informasi yang tepat dan relevan. Keputusan yang tepat juga akan memperbaiki kualitas hubungan antar personal hal ini memunculkan komunikasi efektif, penyelesaian konflik, dan membangun hubungan yang sehat. Keputusan yang tepat juga bisa menjadi contoh yang menginspirasi untuk mempengaruhi orang lain di dalamnya untuk berpikir dan berperilaku lebih positif.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika diantaranya adalah: kompleksitas kasus, seringkali kasus yang diambil sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor, hal ini mempersulit pengambilan keputusan; ketidakpastian hasil akhir, terkadang kasus yang dihadapi sulit diprediksi konsekuensinya; tekanan eksternal, misalkan dari orang tua, atasan di luar sekolah, atau masyarakat secara umum yang menyulitkan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab; dan adanya konflik nilai dimana adanya nilai-nilai yang bertentangan pada individu yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang diambil sangat berpengaruh pada pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita. Hal ini dilakukan dengan menyesuaikan pembelajaran dengan potensi yang berbeda-beda. Memerdekakan murid adalah mengakui keunikan individu dan menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan dan pemberdayaan murid. Hal ini bisa dilakukan dengan pemilihan metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid, penilaian yang beragam, konten yang relevan dengan kodrat alam dan kodrat zaman, pembelajaran sosial emosional, juga dilakukannya refleksi dan evaluasi berkelanjutan.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan yang bijaksana dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya. Hal itu dapat dilakukan dengan cara membentuk budaya dan lingkungan belajar yang inklusif, berfokus pada pertumbuhan dan pemberdayaan, mendorong murid belajar dari kesalahan, dan bebas bereksperimen; mengatasi tantangan dan perubahan, pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pada kodrat keadaan; memberikan teladan dan mendorong terciptanya budaya positif di sekolah yang berlanjut pada kehidupan murid di masa yang akan datang sebagai warga dunia.
Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin dan keterkaitannya dengan pembelajaran sebelumnya?
Pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai kebaikan sangat relevan dengan konteks pendidikan dan kepemimpinan pendidikan. Hal ini menjadi landasan etika yang kuat dalam tindakan dan kebijakan yang diambil dalam pendidikan mendukung terciptanya pembelajaran yang berpusat pada murid, membangun karakter dan kemampuan sosial emosional murid. Dalam mengatasi masalah disiplin, pengambilan keputusan yang tepat melalui disiplin positif akan memberikan pandangan yang seimbang antara hak individu murid dan mengembangkan kepentingan komunitas.Â
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Dilema etika dan bujukan moral memiliki perbedaan mendasar. Secara umum dilema etika menghadapkan seseorang kepada pilihan benar vs benar, sedangkan bujukan moral merupakan pilihan benar vs salah. Pada dilema etika, seorang pendidik bisa mengambil pilihan apapun dengan berdasar keberpihakan pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan, dan bertanggung jawab. Untuk memandu sebuah keputusan pada dilema etika maka perlu dilakukan melalui pengujian dengan 4 paradigma pengambilan keputusan (kebenaran lawan kesetiaan, individu lawan kelompok, keadilan lawan rasa kasihan, jangka panjang lawan jangka pendek), 3 prinsip pengambilan keputusan (berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan, berpikir berbasis rasa kepedulian), dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan (mengenali nilai-nilai yang bertentangan; menemukan siapa yang terlibat dalam kasus; kumpulkan fakta yang relevan; pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan); pengujian paradigma benar lawan benar; melakukan prinsip resolusi; investigasi opsi trilema; buat keputusan, lihat lagi dan refleksikan keputusan).
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Saya menghadapi situasi di mana murid menyimpan video-video yang seharusnya tidak mereka simpan. Saya dihadapkan pada situasi yang mengharuskan saya memilih pilihan untuk membolehkan murid membawa hape ke sekolah atau tidak. Jika saya membiarkan murid membawa hape maka hal ini memberikan kesempatan pada murid untuk  menggunakannya mengakses informasi yang tidak seharusnya diakses, hal ini terjadi walaupun sudah dilakukan pengawasan dari pihak sekolah. Jika saya melarang murid membawa hape maka murid akan kesulitan  mendapatkan sumber belajar yang beragam apalagi ketersediaan sumber belajar di sekolah sangat terbatas.Â
Tentunya ini merupakan situasi dilema etika. Untuk memandu pengambilan keputusan saya terkait dilema etika yang saya hadapi tersebut saya menggunakan pendekatan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Resep ini sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan yang saya ambil.
Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Banyak sekali perubahan yang terjadi pada cara saya mengambil keputusan setelah mempelajari modul ini. Saya mendapatkan panduan bagaimana dalam mengambil keputusan yang baik dan berdampak dengan berdasar pada kebutuhan murid, nilai-nilai kebajikan, dan bertanggung jawab. Awalnya saya lebih sering mengambil keputusan dengan berpikir berbasis aturan, terkesan sangat kaku. Sekarang saya mencoba untuk belajar mempertimbangkan prinsip lain yaitu berpikir berbasis hasil akhir dan rasa kepedulian.Â
Seberapa penting mempelajari topik Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin bagi sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai individu:
pengembangan karakter, mempelajari Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan membantu pengembangan karakter yang kuat yang mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, kepedulian, empati, bertanggung jawab, dan lain-lain yang merupakan dasar pribadi yang baik;
pandangan hidup yang jelas, mempelajari Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan membantu saya dalam membedakan mana yang baik dan yang benar;
memperbaiki kualitas keputusan pribadi, hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri, motivasi untuk terus berbuat berdasarkan nilai-nilai kebajikan, juga rasa nyaman dalam melakukan kegiatan karena keputusan yang diambil berdasarkan pada pertimbangan dampak dan konsekuensi atas diri sendiri dan orang lain;
memberikan kontribusi positif pada lingkungan.
Sebagai pemimpin:
panduan dalam pengambilan keputusan, Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan membantu saya dalam memandu pengambilan keputusan yang berdampak positif pada lingkungan, orang lain, dan komunitas yang dapat dipertanggung jawabkan dengan baik;
budaya organisasi yang positif, Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan merupakan budaya yang positif sehingga orang di sekitar akan merasa dihargai dan diakui;
pengaruh positif pada orang lain di sekitar, dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan akan membantu saya melakukan teladan dalam hal moral dan etika;Â
pemecahan konflik yang konstruktif, Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan membantu mengembangkan win-win solution yang memperhitungkan kepentingan semua pihak.
Sumber: Modul Pendidikan Guru Penggerak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H