Mohon tunggu...
AASHOAH
AASHOAH Mohon Tunggu... Penulis - SEO Specialist

Can I Help You?

Selanjutnya

Tutup

Politik

2 Sudut Pandang: Nasionalisme dan Harokah Islam

16 Mei 2017   08:15 Diperbarui: 16 Mei 2017   08:34 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto by IG @igna.karina

2 SUDUT PANDANG : NASIONALISME dan HAROKAH ISLAM

oleh : @aasholah

---

Ilustrasi Foto dari IG @igna.karina

Saya memperhatikan ( ini menurut saya, tidak untuk dijadikan patokan ataupun referensi ) tentang sudut pandang akhir akhir ini yang sedang ramai diperbincangkan di media. Baik itu media sosial, Televisi maupun media online lainnya.

Tentang suatu penilaian atas ENDONESIA dan ORGANISASI ISLAM atau Harokah Islam.

disini ada dua dominasi yang perlu kita perhatikan. Ada pihak yang mendominasi atas dasar NASIONALISME atau dasar kecintaan pada Endonesia. Dan dengan kukuh membela mati-matian Tanah Air ini.

Asas kebenaran pada dominasi ini adalah segala aturan yang berlaku di Negara Endonesia. Mulai dari Pancasilanya hingga Undang-Undangan dan Peraturan yang sudah disahkan dan dilegalkan.

Kemudian dominasi yang kedua adalah Adanya pihak Harokah Islam yang menjungjung Ideologi ISLAM. Dan mati-matian menjaga Ideologi itu agar bisa diterapkan (kembali), sebagaimana Nabi Muhammad dahulu Memperjuangkannya.

Sehingga asas kebenaran  menurut Harokah Islam ini adalah segala asas dan peraturan yang datangnya dari Tuhan ( Dalam Hal ini Allah SWT ) melalui Al- Al-Quran sebagai wahyunya. Dan segala tuntunan yang diajarkan Nabi Muhammad (Sunah Nabi).

Kedua pemikiran yang berbeda melahirkan konflik tersendiri. Sehingga bagi orang/masyarakat yang sedikit awam akan hal ini bertanya tanya manakah yang benar. Ke-nasionalisme-an atau Keislam-an?

Jika ditanya tentang asas kebenaran, maka memang sulit memfonis mana yang benar dan mana yang salah. Karena memang ditentukan dari sudut pandang mana kita melihatnya, dan dari pemikiran apa yang mendominasi diri kita.

Jika Ke-nasionalisme-an nya kental , maka akan terlihat kebenaran versi Nasimnalisme. dan jika Ke-Islam-an yang kental , maka akan melahirkan kebenaran versi Islam.

Kenapa saya berkata demikian? karena keduanya tidak semena mena bertindak, tanpa pemikiran yang mendalam. tentunya kedua pihak mempunyai asas yang mendasar dan menjadi pondasi. Dan tentu saja kita tidak bisa menyalahkan keduanya.

ISU ISU NASIONAL

Adanya hegemoni ini, tentu saja banyak mengalihkan isu-isu NASIONAL lainnya. Terutama Isu-isu yang memperkosa kesejahteraan  warga Endonesia. Isu-isu tentang ketidakberpihakan PEMERINTAH terhadap WARGA. Dan ini yang menguras pemikiran saya, kenapa media mngalihkan semua isu-isu itu pada Isu ras, agama dan nasionalisme.

Apa karena Keamanan Nasional lebih penting daripada perut warga? atau lebih penting dari kesejahteraan warga?

Memang keduanya sangat penting. baik ketahanan Nasional dari ancamannya. Tentu saja Kesejahteraan WARGA juga harus diperhatikan dan Jauh lebih penting lagi.

Akhir-akhir ini banyak SUBSIDI yang dicabut, banyak pula tarif dasar yang semakin tinggi. Tapi pemberitaan akan hal ini sangat minim sekali. Seolah-oleh Media ikut berperan untuk mengalihkan isu ini. Disadari atau tidak, pemberitaan tentang keberpihakan pada WARGA ini sangat minim adanya.

Inilah yang membuat saya prihatin, sehingga terpikir untuk membuat catatan ini. Bukan hanya sekedar ingin membahas kedua pemikiran yang sedang berkemelut. Tapi juga tetang Hak-Hak warga yang diperkosa.

UNTUK KEDUA PEMIKIRAN

Mari kembali lagi pada kedua pemikiran. Yang menurut saya pribadi tidak ada yang salah kedua pemikiran tersebut dari kedua belah pihak. Hanya saja ada eksekusi yang kurang tepat, sehingga meresahkan keamanan.

Sebenarnya ( menuru saya pribadi ) tidak perlu adanya aksi pembubaran terhadap harokah harokah Islam , selagi mereka hanya menyampaikan sebuah pemikiran. Masalah menerima / tidak sebuah pemikiran itu. Pemerintah cukup menanggapi dengan pemikiran yang matang pula. Sehingga tidak terjadi pandangan yang negatif terhadap pihak Pemerintahan khususnya dari harokah Islam umumnya dari Warga Muslim.

Pemikiran dilawan pemikiran, bukan dengan otorisasi Kekuasaan dan Kebijakannya. Mungkin ini akan lebih harmoni. Dan tidak akan melahirkan keresahan pada warga.

Apalagi selama ini, tidak ada tindakan KEKERSAN dari harokah Islam yang akan dibubarkan ini, sehingga menurut saya tidak serta-merta membahayakan Keamanan Nasional.

Kemudian, Untuk Harokah Islam (yang akan dibubarkan). Sebaiknya lebih bersahabat lagi dengan Pemerintah. Bersahabat bukan dalam artian harus bergabung pada jalur pemerintahan. Tapi bersahabat dalam Membangun Endonesia yang lebih makmur.

Tidak serta merta terlalu FOKUS terhadap penyebaran Pemikiran atau Ideologi nya saja. Sedangan realisasi dan Kontribusi untuk Umat khususnya warga Endonesia belum terasa. Karena yang namanya manusia tidak hanya membutuhkan sebuah Pemikiran. Namun membutuhkan juga KESEJAHTERAAN. Kesejahteraan sebelum Pemikiran Islam itu dapat diterapkan.

Harmonislah Endonesiaku. Bersatu Pemerintah dan Organisasi-organisasi masyarakat lainnya. Fokus pada pembangunan manusia yang lebih berkualitas. Meretas semua ketimpangan yang ada di Negri ini. Mensejahterakan Warganya.

Akhir bahasan, KESEJAHTERAAN WARGA tidak serta merta ada di tangan pemerintah, melainkan juga ada di tangan organisasi Masyarakat, Kaum Pemikir ( Akademisi ) juga tangan-tangan lainnya. Dan yang paling penting, juga dari keinginan warganya sendiri.

Saya dengan besar hati meminta maaf, jika dalam tulisan ini ada beberapa pihak yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat untuk Endonesiaku.

Majalengka, 16 mei 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun