Selain itu, bagi calon pelaku tindak pidana korupsi, OTT merupakan momok yang sangat menakutkan. Untuk itu perlu rasanya, KPK tetap dapat mempertahankan irama instrument ini, tanpa mengabaikan instrument lainnya dalam proses penyelidikan atau penindakan yang dilakukan.
Di sisi lain, minimnya OTT KPK sampai dengan semester ini, dibandingkan periode yang sama dengan tahun sebelumnya, bukan berarti KPK tidak melakukan apa-apa.
Sebab bisa saja, turunnya persentase OTT dibandingkan tahun sebelumnya merupakan tanda bahwa kasus tindak pidana korupsi turun dibanding tahun sebelumnya. Berkaca pada Indeks Persepsi Korupsi Indonesia, sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2019, nilai indeks semakin membaik.
Skor Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2017 sebesar 37 dengan posisi rangking 96 dari 180 negara. Sementara itu, pada tahun 2019, skor meningkat menjadi 40 dengan posisi rangking menanjak menempati posisi 86 dari 180 negara.
Melihat menurunnya persentase OTT KPK sampai dengan pertengahan tahun 2020, mudah-mudahan dilihat sebagai sinyal potensi menurunnya angka tindak pidana korupsi di Indonesia.
Pemicu Tindakan Korupsi
Banyak penjelasan terkait mengapa seseorang melakukan tindak pidana korupsi. Mungkin yang paling umum, adalah setiap orang yang dihadapkan dengan tekanan, dan kesempatan, akan mengembangkan argument atau rasionalisasi yang cenderung memicu terjadinya perilaku korup. Dari sudut pandang teori fraud, penjelasan ini diatas dikenal dengan nama "fraud triangle".
Jika kita coba menghubungkan terjadinya tindak pidana korupsi Bupati Kutai Timur, bersama dengan Ketua DPRD Kutai Timur yang tertangkap dalam OTT KPK, dengan keprihatinan kondisi nasional saat ini yang sedang dalam masa pandemi, menunjukkan minimnya empati dan sensitivitas rasa peduli pejabat daerah.
Rendahnya rasa empati terhadap kondisi wabah saat ini, ditunjukkan oleh kondisi mental yang tergambar melalui kepribadian pelaku korupsi. Komponen id dan superego pelaku korupsi dalam kondisi wabah seperti ini, tidak mampu diseimbangkan oleh ego nya masing-masing.
Penjelasan terkait, bahwa ego dapat memicu perilaku korup juga dikenal dalam model SCORE yang dikembangkan oleh Georgios L. Vousinas.
Mudah-mudahan melalui OTT KPK di Kutai Timur ini, semua pihak dapat mengendalikan ego agar dapat bekerja dalam prinsip keseimbangan, apalagi Semuanya masih dihadapkan dalam situasi pandemic covid 19 saat ini.