Mohon tunggu...
Aaron Hurulean
Aaron Hurulean Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Kristen Duta Wacana

Berfokus pada topik mengenai lingkungan dan juga kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bisakah Papua Bebas Malaria?

3 Juli 2023   05:05 Diperbarui: 3 Juli 2023   05:49 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

BISAKAH PAPUA BEBAS MALARIA?

Profil Malaria

Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi.

Insidensi Malaria

Malaria tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan insidensi yang paling tinggi di bagian  Indonesia Timur. Data Endemisitas tahun 2018 menunjukkan beberapa daerah dengan endemis tinggi termasuk Papua yang meliputi beberapa kabupaten (Merauke, Jayawijaya, Nabire, Asmat, Mappi, Yahukimo, Waropen, Mamberamo Raya). Selain itu, terdapat beberapa kabupaten yang tingkat endemisitas malarianya paling tinggi yaitu kabupaten Jayapura, Mimiks, Boven Digoel, Sarmi dan Kerom. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan, kasus Malaria di Papua Mencapai 275.243 kasus (Tertinggi di Indonesia) pada tahun 2021. Pada tahun 2022, kasus meningkat lagi menjadi 399.666 kasus dengan 5 kabupaten yang memiliki kasus tertinggi diantaranya yaitu Mimika (123.031 kasus), Jayapura (40.700 kasus), Kota Jayapura (35.068 Kasus), Kerom (24.662 kasus) dan Yahukimo (15.492 kasus).

Data mortalitas terbaru tercatat pada 2022 meliputi 5 kabupaten dengan tingkat kematian tertinggi akibat malaria meliputi Boven Digoel (6 kematian), Nabire (5 kematian), Kepulauan Aru (4 kematian), Paser (4 kematian), Penajam Paster Utara (3 kematian)

Faktor Penyebab Malaria

  • Terkena gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi Plasmodium
  • Kondisi geografis yang mendukung seperti daerah dengan iklim hangat dan lembab yang menjadi tempat berkembang biaknya vektor dan juga Plasmodium
  • Upaya pencegahan yang kurang menjadi alasan malaria masih terus berkembang seperti penggunaan kelambu berinsektisida, penggunaan obat obatan pencegahan dan pemberantasan secara berkala yang kurang
  • Kondisi kesehatan tubuh yang lemah mengakibatkan turunnya sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terinfeksi malaria
  • Kurangnya akses ke perawatan kesehatan akibat kondisi ekonomi

Faktor Resiko Malaria

  • Bepergian atau menetap pada daerah endemik malaria
  • Tidak menggunakan pelindung yang disarankan seperti kelambu saat tidur atau menggunakan obat -- obatan profilaksis sebelum ke daerah endemik malaria
  • Sistem imun tubuh yang lemah menjadi target yang mudah ditular malaria

PERMASALAHAN DAN UPAYA

Permasalahan

Terdapat beberapa permasalahan yang membuat Malaria masih terus meningkat di Papua:

  • Terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan terutama di daerah -- daerah terpencil (terkadang harus memakai perahu untuk bepergian dengan waktu tempuh hingga berjam -- jam) di papua sehingga pasien yang terkena malaria sulit di jangkau.
  • Biaya penanganan malaria yang cukup tinggi dikarenakan berbagai macam faktor, seperti kelambu berinsektisida, akses ke daerah -- daerah terpencil yang memakan biaya transportasi dan juga biaya pengobatan.
  • Seiring dengan berkembangnya pengobatan malaria, terjadi juga resistensi dari Plasmodium terhadap obat sehingga diperlukan formulasi baru untuk menangani Malaria
  • Sulitnya akses pelayanan kesehatan juga beriiringan dengan sulitnya pengendalian vektor baik itu surveilans dan juga pengendalian baik jentik nyamuk bahkan vektor nyamuk itu sendiri oleh pemerintah maupun stakeholders akibat akses yang sulit.
  • Di beberapa kabupaten di Papua tinggi angka kematiannya yang disebabkan oleh Malaria terutama anak -- anak dan orang dewasa.

Upaya

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah malaria seperti sosialisasi tentang pencegahan malaria menggunakan kelambu, meningkatkan ketersediaan obat dan vaksin dikarenakan beberapa daerah yang kekurangan akses bagi masyarakat terhadap layanan kesehatan, serta surveilans dan pengendalian nyamuk vektor.

 

EVALUASI DAN PROGRAM PENGENDALIAN

Terdapat beberapa upaya pengendalian yang sudah dilakukan seperti:

  • Penggunaan kelambu berinsektisida untuk mengatasi malaria pada malam hari dikarenakan nyamuk Anopheles yang aktif di malam hari.
  • Selain itu dilakukan juga fogging atau pengasapan yang berfungsi menyebarkan insektisida, biasanya fogging dilakukan di sore hari menjelang malam agar masyarakat terlindungi dari gigitan nyamuk Anopheles  di malam hari.
  • Penggunaan Larvasida juga dilakukan untuk membunuh jenitk -- jentik nyamuk Anopheles baik itu di kolam, saluran air, genangan air dan tempat -- tempat yang dapat menjadi lingkungan perkembangbiakan vektor nyamuk.
  • Hal yang paling penting dan harus selalu dilakukan adalah penyuluhan atau sosialisasi baik tentang penggunaan kelambu berinsektisida, baik cara merawat dan memakainya kemudian juga penggunaan Larvasida untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk agar program pengendalian bisa terus berjalan.

Terhambatnya program pengendalian ini bisa disebabkan masyarakat yang kurang peduli dengan pentingnya mengetahui bahaya dan cara penanganan malaria. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan kelambu berinsektisida yang sudah sangat jarang serta banyak terdapat genangan air dimana -- mana. Tentu saja hal ini harus diperbaiki dengan bantuan dari pemerintah, puskesmas dan rumah sakit maupun organisasi -- organisasi terkait sehingga program tetap berjalan dan juga penanganan Malaria bisa merata dan menjangkau seluruh wilayah Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun