Mohon tunggu...
Arif Rif at
Arif Rif at Mohon Tunggu... Tenaga Administrasi Sekolah -

manusia biasa aja sih, bedanya jomblo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan di Kota Depok dengan Bahasa Khas yang Unik

27 Mei 2018   22:04 Diperbarui: 27 Mei 2018   22:09 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah Ramadan tahun ini adalah Ramadan ke-4 saya yang dilaksanakan di Kota Depok, Jawa Barat. Sebenarnya saya Lahir dan dibesarkan di Sukabumi, Jawa barat. (gak jauh-jauh amat sih) Saya berangkat ke Kota Depok dengan membawa segudang harapan dan cita-cita. (haciw) Apakah sudah tercapai? Ya gitu, deh! Hehe. 

Merasakan suasana baru saat berpuasa menjadi pengalaman yang menarik bagi saya. Saya bisa mendengar Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu membaca Al-Qur'an di setiap Musholla dan Masjid di sekitar kosan saya setelah selesai shalat Isya dan tarawih. Ya memang dulu saya pernah belajar di sekolah yang berbasis Islam, jadi sedikit-sedikit saya pernah belajar agama dan tata cara membaca Al-Qur'an. Saat mendengar lantunan-lantunan ayat Al-Qur'an itu bagi saya cukup memprihatinkan jika dilihat dari segi tata cara membaca Al-Qur'an itu sendiri. 

Tapi yang luar biasa adalah semangat mengisi bulan suci ini begitu terasa dan mudah-mudahan beliau-beliau yang giat membaca Al-Qur'an tanpa pamrih setiap malam di balas oleh Allah dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin. Membaca Al-Qur'an dengan keterbatasan ilmu tajwid butuh usaha keras dan tidak jarang banyak orang yang akhirnya putus asa karena lelah harus mengulang-ulang bacaannya. Depok yang menjadi salah satu kota penyangga Jakarta ini memiliki suhu sedikit lebih panas di siang hari jika di bandingkan dengan cuaca di Sukabumi, meskipun tidak panas seperti di Jakarta. 

Hal ini membuat orang yang berpuasa lebih mendalami perannya dalam berpuasa, hehe. Rasanya kemeriahan ramadan di Depok tidak kunjung usai dari malam sampai adzan shubuh berkumandang. Ada kajian Islam di sana-sini, anak-anak berlarian di pelataran musholla tidak melulu bergelut dengan tik tok di smartphone milik orang tuanya. Para penjaja makanan pun tak luput menunjukkan kemampuannya dalam membaca peluang Usaha. Usaha yang cocok saat bulan Ramadan tidak lepas dari minuman yang yang segar dan makanan yang menghangatkan.

"Apa bahasa daerah Kota Depok?"

Pertama yang ada di benak saya saat pertama kali menginjakkan kaki di kota Depok adalah tentang bahasa daerah warga Depok. Saya sering mendengar tetangga disini berbicara dengan bahasa Indonesia yang terdengar seperti bahasa betawi, tapi bedanya jarang diakhiri dengan akhiran "E". Karena yang saya tahu sih bahasa betawi itu selalu di akhiri dengan akhiran "E"(tau dari sinetron sih)

Misalnya :

Jika dalam bahasa Indonesia :

"Dia Mau Kemana Ya?"

Dalam bahasa Betawi :

"Die mau kemane ye?"

Tapi di Depok jadi begini :

"Dia mau kemana yak?"

Mirip ya.. tapi beda.

Depok idealnya berbahasa Sunda. Karena Depok berada di provinsi Jawa Barat yang notabene bersuku sunda yang menggunakan bahasa sunda dalam kesehariannya. Bisa jadi bahasa unik ini lahir dari keberagaman suku yang berdomisili di kota Depok untuk berbagai kepentingan.

Depok ternyata menjadi lokasi yang cantik bagi para perantau. Kenapa? Karena lokasinya yang nempel dengan jakarta dan biaya hidupnya relatif terjangkau. Untuk kontrakan petakan saja di depok masih banyak yang mematok harga di kisaran 300-500 Ribu saja. Bakso bisa dibeli dengan uang goceng saja. 

Harga kebutuhan sehari-hari pun masih manusiawi dan tidak mengagetkan dompet kelas karyawan swasta. Karena hal inilah akhirnya banyak orang-orang daerah (termasuk saya) memilih Depok sebagai kota yang bisa dijadikan gerbang untuk menjemput masa depan. (Wagelaseh). Intinya Kota Depok cukup menguntungkan bagi pendatang meskipun pada akhirna identitas depok menjadi sedikit tersamarkan salah satunya dalam hal berbahasa. 

Jarang sekali saya bertemu orang depok yang berbahasa sunda. Mereka selalu berbicara dalam bahasa betawi khas depok. Betawi yang terkadang bercampur dengan bahasa Jawa, Bahasa Sunda dan mungkin bahasa daerah lainnya yang ikut mewarnai bahasa di depok.  Depok saat ini sudah tidak terlalu identik dengan bahasa sunda dalam kesehariannya. Warga depok terbiasa berbicara dengan bahasa Betawi. Betawi versi Depok tentunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun