DE JAVAANSCHE Geesten Wereld en de Betrekking die tuschen de Geesten en de Zinnelijk Wereld bestaat verduidelijk door Petangan's of telling en bij de Javanen in Gebruik. Kalimat dari bahasa Belanda itu sesungguhnya adalah sebuah judul buku yang terbit pada tahun 1896, ditulis oleh H.A. van Hien. Dalam bahasa Indonesia judul buku yang terlalu panjang itu kira-kira berarti: alam roh orang Jawa dan hubungan yang ada di antara dunia roh dan dunia fisik, dijelaskan melalui petangan atau ramalan. Dalam buku tiga jilid itu dijelaskan berbagai macam roh dan hantu menurut kepercayaan orang Jawa, praktek-praktek ilmu gaib, ramalan dan pertanda.
Saya tak pernah membaca buku itu, tetapi untuk menebusnya saya ingin menjelaskan pembagian mahluk-mahluk gaib di Jawa Tengah menurut sebuah buku nyaris serupa yang ditulis oleh antropolog terkenal, Clifford Geertz. Judul buku itu adalah The Religion of Java. Menurut Geertz, ada lima golongan besar mahluk gaib yang dipercaya oleh orang Jawa Tengah, yakni: memedi (mahluk yang menakutkan), lelembut (yang dapat memasuki tubuh manusia), tuyul (yang dapat diperbudak), demit (mahluk gaib setempat) dan danyang(penjaga keselamatan seseorang).
Yang tergolong dalam dedemi antara lain; jerangkong(kerangka manusia), wedhon (jenazah berbalut kafan),banaspati(hantu yang berjalan dengan kedua tangan sambil mulutnya menyemburkan api dan kepalanya terletak pada tempat alat kelamin), jim atau jin (hantu beragama Islam), pisacis (hantu anak yang sewaktu meninggal tidak mempunyai orang tua, sehingga mencari manusia yang sudah berumah tangga untuk menumpang), uwil (hantu bekas laskar Bugis), kunchung (hantu tanpa rambut), sundel bolong(wanita cantik yang berlubang punggungnya), dan genderuwo (hantu yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kita kenal, misalnya seorang perempuan melihatnya sebagai suaminya dan tidur bersamanya lalu melahirkan seorang bayi yang menyeramkan).
Sebagian besar hantu itu dikenal luas oleh orang Indonesia atas jasa film-film Eva Arnaz di tahun 1980-an, sinetron-sinetron di tivi sampai sekarang, atau film-film horror yang marak diproduksi saat ini. Selalu seperti itu, sesuatu yang berbau Jawa memang lebih cepat dikenal luas sampai di desa-desa termasuk di desa saya-bahkan waktu di sana baru Petta Desa (Kepala Desa, Petta panggilan bangsawan) yang memiliki televisi. Di kampung saya, meski sepengetahuan saya belum ada antropolog yang pernah membuat klasifikasi jenis mahluk halusnya, juga terdapat berbagai jenis mahluk halus. Tentu saja penamaan dan ciri-ciri hantu di kampung saya sangat berbeda dengan yang dijelaskan Geertz dalam bukunya. Sebelumnya saya sudah menyebut parakang, beberapa mahluk halus lainnya adalah; poppo, tampakoro dancambeu.
Poppo menurut kepercayaan orang di kampung saya adalah hantu perempuan yang bisa terbang. Ada sebuah kisah tentang poppoyang konon pernah terjadi di kampung saya. Suatu hari, Puang Imang bersama semua keluarganya meninggalkan rumahnya karena seorang keluarganya mengadakan pesta pernikahan di daerah lain. Malam harinya, rumah Puang Imang dimasuki oleh poppo yang konon ingin mencuri. Setelah barang-barang yang mau dibawa pergi telah dibungkus dengan sarung, poppoitu tak bisa keluar dari rumah Puang Imang. Katanya, menurut pengakuanpoppo itu, ia melihat dirinya dikepung air-seperti laut yang tak memiliki pantai.
Setelah Puang Imang kembali, ia menemukan poppo telah berubah wujud menjadi seorang perempuan cantik berambut panjang telanjang berdiri di ruang tengah rumahnya. Ternyata rumah Puang Imang, sebelum ditinggalkan, telah disappo (dipagari) dengan baca-baca(mantera) sehingga poppoitu tak bisa keluar. Poppo itu kemudian diberi sehelai pakaian oleh istri Puang Imang dan dibiarkan pergi. Namun sebelumnya untuk membuat perempuan itu jera, rambut panjangnya dipotong nyaris habis.
Poppo menurut kepercayaan orang Kampiri selain dikenal sebagai hantu pencuri juga suka mengisap darah, utamanya perempuan yang sedang melahirkan. Poppodipercaya juga suka berada di kebun jagung atau kebun di mana banyak buah-buahan. Kesukaan poppoberada di pohon yang berbuah itu kadang digunakan oleh orang (yang berani) di musim mangga berbuah. Poppo yang ‘hinggap' di cabang pohon mangga akan menjatuhkan buah-buah mangga matang.
Tentang parakang, selain suka mengisap anus orang sakit ada beberapa hal menarik lainnya. Jika seorangparakang sedang sekarat menghadapi sakratul maut, ia akan tarus mengulang-ulang kata (l)emba (pindah) sampai ada seorang dari keluarganya yang mengiyakannya. Setelah itu, orang yang mengiyakan itu akan menjadi parakang selanjutnya. Jika menemukan parakang, misalnya dengan wujud pohon pisang, orang dianjurkan untuk memukulnya sekali atau tiga kali saja. Jika sekali pukul dipercaya akan membunuhnya dan tiga kali akan membuatnya cacat. Itulah mengapa perempuan tetangga saya yang pindah itu dianggapparakang karena berjalan seperti orang dengan lutut kesakitan. Menurut orang-orang, suatu malam, perempuan itu tertangkap basah berwujud kambing dan dipukul dengan potongan kayu dilututnya sebanyak tiga kali. Sejak saat itulah ia berjalan dengan cara yang aneh. Dua hantu itu, parakangdan poppo adalah hantu paling populer di kampung kami. Saking populernya sewaktu saya masih anak-anak Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 kami plesetkan menjadi poppo, parakang pakkanre pello(poppo, parakang pemakan rektum).
Lain poppo dan parakanglain pula tampakoro. Mahluk halus yang satu ini tak suka mengganggu orang sakit. Spesialisasinya adalah mengambil sumange ase (spirit padi). Meskipun tak mengganggu orang secara langsung, tampakoro juga sangat ditakuti orang di kampung saya. Hantu ini memang tak sepopuler parakangdan poppo. Seperti jenis hantu lainnya, tampakorojuga beroperasi di malam hari. Wujud tampakoroadalah perempuan yang membawa dapo (tungku tanah liat) yang menyala di kepalanya. Ia berjalan dari satu sawah ke sawah lain (sawah milik orang lain) dan mengambil sumangenna (spiritnya) kemudian membawanya ke sawah milik tuannya. Tampakoro mungkin hampir sama dengan tuyul di Jawa: sama-sama suruhan seseorang.
Satu hal yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa hampir semua hantu-hantu jahat di kampung saya adalah perempuan. Saya tak pernah tahu mengapa bisa demikian. Sebelum nenekku yang suka mendongeng meninggal, saya lupa bertanya mengapa hantu-hantu itu perempuan. Mungkin karena yang suka bercerita tentang hantu adalah lelaki. Saya pikir ada persoalan gender di sini!
Selain beberapa yang telah saya ceritakan, ada juga satu jenis mahluk halus unik lainnya; cambeu namanya (dalam bahasa Bugis lainnya saya pernah dengar disebut ciwiui). Mahluk halus ini adalah penjelmaan seorang bayi yang meninggal sewaktu lahir dan tidak dikenal siapa ayahnya. Dalam perwujudannya sebagai hantu, cambeu konon bulat menggelinding seperti bila (buah maja) dengan tali pusar yang masih melekat. Menurut kepercayaan orang, cambeu ini menggelinding mencari ayahnya. Bunyinya seperti seorang bayi yang memanggil ayahnya. Dalam bahasa Bugis, kata ambe atau amboberarti ayah. Hal menarik lain dari hantu jenis ini adalah mereka takut pada cawile(sembilu), konon mereka takut tali pusarnya dipotong.
Karena dianggap hidup di dunia yang berbeda dengan manusia, maka untuk berinteraksi dengan hantu kadang-kadang dilakukan dengan cara-cara yang tidak biasa. Misalnya, dipercaya jika ingin melihatparakang atau poppo maka saat turun tangga rumah dianjurkan jalan mundur dan melihat melalui bawah selangkangan. Atau dipercaya juga bahwa jika mendengar bunyi poppo atau cambeu itu nyaring berarti mahluk-mahluk halus itu jauh dari tempat Anda berada, begitu juga sebaliknya. (Bersambung)
AAN MANSYUR, Blogger
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H