Kata mereka dunia itu,
panggung nya sandiwara
tak pantas sepercikpun lidah meronta namun Tuhan dan kitabnya pernah berfirman
"tak kan ku ubah suatu kaum melainkan kaum itu yang merubahnya sendiri"
Lalu kau anggap apa itu?
Ntalah,
ini aku yang gila akan kebebasan
atau kau yang mulai lelah dengan tingkah ku
Ketika kata tak mampu bersatu,
rasa pun merota ingin menyoyak
argumen penuh arogan dari lidah tak bertulang yang dianggap lebih pedih dari sebuah pedang.
Ya lidah tak bertulang itu,
 kadang membuatku muak
akan senyum palsu penuh cemooh
Senyum palsu yang membuatku
mengerti mengapa ada hitam dan putih dalam dunia ini.
Mungkin,
Satu, dua atau tiga kata
cukup untuk membuatnya tumbang
kira kira siapa yang salah,
lidah itu atau kata itu?
Bukan,
bukan lidah itu atau kata itu yang salah
Pikirkan saja sendiri,
mengapa pedang tak terlihat itu bisa membunuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H