Sembari menatap matahari terbit menyongsong sinarnya
Tuan kembali melahap pagi dengan kalimat per kalimat yang ia lihat dalam sebuah koran di pojokan
Membayang-bayang peri mengantarkan teh hangat yang manis tanpa gula
Senyum pagi yang indah
Nona dengan corak luntur yang ia kenakan membuka tabir keheningan.
Paradoks cuaca tidak menjelma rasa yang tergores kemarin
Kian hari semakin tergila-gila
akankah ia terjatuh?Â
atau terpeleset?
Yang jelas, jangan sampai hanya ada satu harapan saja.Â
adakah keadilan?Â
Robeklah cita-cita mu sebelum disayat dengan kenyataan yang akan datang.
tidakkah boleh begitu ?
Yang pasti, Jangan ada satu harapan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H