Mohon tunggu...
Aan Hasanudin
Aan Hasanudin Mohon Tunggu... Penulis - Senang bercengkrama denganmu

Anak Desa yang bermimpi besar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Jamet Kuproy hingga Trisakti Bung Karno

16 April 2020   03:00 Diperbarui: 17 Maret 2021   01:46 1918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emo sendiri selain sebagai aliran musik yang berarti emotional juga merambah kepada gaya penampilan. 

Orang Indonesia cenderung menyukai dan sangat mudah menerima budaya-budaya luar. Walaupun para jamet ini bisa dikatakan ketinggalan zaman karena gaya emo ini hanya berjaya pada medio 2000-an. Di negara asalnya sendiri sudah dimulai sejak era 90-an.

Budaya lain yang saat ini digandrungi adalah gaya ala-ala Korea. Budaya ini masuk melalui musik K-Pop dan juga serial drama korea-nya. Hal ini membawa pula pada style ala Korea yang disukai anak muda. Ini sebenarnya bisa menjadi pelajaran, bahwa musik ataupun seni lainnya bisa menjadi semacam kampanye budaya dan perkenalan bangsa sendiri kepada bangsa asing. 

Sudah bukan zamannya melakukan serangan dengan senjata, saat ini untuk bisa mendikte negara lain bisa dilakukan dengan serangan budaya. Sesuai dengan keinginan bung Karno dahulu dengan konsepsi Trisakti poin ketiga, yaitu berkepribadian secara sosial budaya.

Budaya merupakan karakter suatu bangsa, dan melestarikannya merupakan semangat dari Character Building. Bung Karno sendiri dahulu membenci musik rock dari Barat dengan menyebutnya sebagai musik "ngak ngik ngok". 

Itu ia lakukan semata-mata hanya untuk melindungi ketergerusan budaya lokal. Sekarang, kita tidak mungkin menolak masuknya budaya asing, melakukannya adalah suatu hal yang mustahil. Namun, yang perlu kita lakukan adalah bersaing supaya seni kita pun bisa dinikmati bangsa asing. 

Orang cenderung mau mengikuti budaya suatu negara jika sudah jatuh cinta pada seninya. Kita mau meniru style ala Korea karena diawali dari kecintaan kita pada K-Pop dan Drakor. Kita mau melafalkan bahasa India karena kita suka pada lagu-lagu India lewat film dari Bollywood.

Sekarang saatnya pekerja kreatif kita melakukan hal yang sama, melakukan kampanye budaya lewat karya. Ini adalah cara paling halus untuk mendikte negara lain. 

Sejauh ini, karya pekerja seni kita sudah mampu menembus pasar Asean. Banyak lagu-lagu yang diminati negara tetangga misalnya Malaysia. 

Seni beladiri pencak silat juga sudah mulai melambung namanya sejak dipakai dalam pertarungan di film The Raid, selayaknya China mempromosikan Kungfu lewat media serupa. 

Ekspansi budaya semacam ini akan terus berlangsung dan tentunya kalangan muda kita juga jangan sampai melewatkan kesempatan ini. Melakukannya tidak harus dengan musik dan film, masih banyak cara lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun