Kontroversi shifting (pergeseran) ekonomi dari pola offline ke pola online masih terus berlangsung meski pemerintah telah merilis data pendukung.
Begitu pula pertumbuhan pengeluaran untuk leisure dan life style (pariwisata dan gaya hidup) yang mengalahkan pertumbuhan pengeluaran untuk makanan diyakini menjadi trend ekonomi saat ini dan ke depan.
Riset AC Nielsen yang dirilis Oktober lalu menyebut bahwa pertumbuhan pengeluaran untuk leisure dan lifestyle yang melebihi pertumbuhan pengeluaran untuk makanan terjadi di semua tingkatan pendapatan masyarakat baik rendah, menengah maupun atas. Hebatnya, pertumbuhan terbesar sektor ini justru ada di kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah dan sedang yaitu di atas 25 persen angkanya.
Pola pertumbuhan wisata yang besar ini patut diduga merata di daerah. Malinau salah satunya. Kebutuhan akan sarana wisata yang menjadi destinasi warga menjadi lahan bisnis baru bagi pengusaha.
Peluang ini ditangkap oleh Muhammad (45) atau biasa disebut Amat yang sudah sejak 2011 lalu menjadi petani ikan air tawar. Namun selama 6 tahun menjadi petani ikan air tawar, Amat yang memiliki 16 kolam di Kawasan Minapolitan Kecamatan Malinau Utara ini hanya mengelolanya secara sederhana yaitu memelihara dan memanen ikan tanpa sentuhan wisata. Kalaupun ada yang datang memancing, jumlahnya tidak banyak.
Namun, sejak 2016 lalu Amat mulai mencoba melakukan pembenahan dengan memunculkan faktor estetika dan kenyamanan untuk pengunjung.
Pemasukan berikutnya berasal dari wahana sepeda air yang berjumlah 6 buah dengan harga sewa Rp. 30 ribu/20 menit. Dari penelusuran penulis, jumlah penyewa pada Hari Minggu, 31 Desember yang merupakan hari pertama beroperasinya permainan ini, jumlah penyewanya mencapai 103 orang. Artinya ada pemasukan sebesar Rp. 3 juta lebih.