"Tapi memang saya berniat untuk memasang sejumlah itu untuk memeriahkan HUT Kemerdekaan RI tahun ini" lanjut Masriati.
Upaya lain yang tak kalah menarik dilakukan oleh Dorlence, Kepala Desa Long Bisai yang baru saja dilantik sebagai kades pada 21 Juli lalu, dengan penuh bangga menyatakan bahwa dirinya telah menyiapkan seribu bendera untuk dipasang di desanya.
"Ini momentum bersejarah bagi kita seluruh masyarakat Indonesia, jadi menjadi kewajiban kita untuk merayakan dan meramaikannya" ujar Dorlence.
"Ini kami jadikan tradisi tahunan menyambut HUT RI". "Kami memang tinggal jauh di desa tetapi semangat nasionalisme dan kebangsaan tetap menjadi bagian hidup masyarakat Desa Long Bisai" tegas Dorlence.
Ketiga hal yang cukup unik dalam menyemarakan bulan Agustus sebagai bulan kemerdekaan cukup membuktikan bahwa Malinau mampu menghadirkan asa kebangsaan dan nasionalisme yang kian tergerus oleh berbagai kepentingan kelompok tertentu.
Tentu tak salah jika penulis mengajak para elite politik Jakarta untuk belajar ke Malinau. Belajar bagaimana masyarakat Malinau tanpa henti merajut benang dan asa nasionalisme serta kebangsaan yang memudar akibat ulah segelintir orang.
Belajar menghargai perjuangan para pahlawan melalui semarak merah putih dan keramaian rakyat memperingati HUT RI.
Malinau memang jauh dari episentrum kekuasaan negeri. Namun fatsoen nasionalisme dan kebangsaan masyarakatnya tidak akan pernah tereduksi untuk sebuah kalimat bahwa NKRI adalah harga mati.
Selamat Menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72.