Mohon tunggu...
Aang Koswara
Aang Koswara Mohon Tunggu... -

yuk terus belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Komunikasi Lingkungan Jilid I

31 Mei 2010   19:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isu lingkungan seakan menjadi topik yang seksi akhir - akhir ini. Banyak simposium, seminar, sampai konferensi tingkat internasional diselenggarakan. Konferensi perubahan iklim merupakan isu hangat yang menjadi pembicaraan di tengah masyarakat, cuaca yang ekstrim telah memberikan dampak pada sejumlah bencana di beberapa tempat di tanah air, seperti longsor, banjir, dan kekeringan. Banyak ahli menyatakan hal ini terjadi akibat ulah sebagian oknum manusia yang melakukan eksploitasi terhadap alam yang berlebihan. Uniknya, pembicaraan ini berujung pada perdebatan sekelompok golongan yang memiliki kepentingan tanpa pernah bertanya terhadap alam itu sendiri, andai tumbuhan dan hewan bisa berbicara dengan bahasa yang dimengerti manusia, mereka juga ingin terakomodir kepentingannya dalam Protokol Kyto, Bali Roadmap, Copenhagen Accord dan sejumlah kesepakatan lainnya. [caption id="attachment_154884" align="aligncenter" width="300" caption="http://ale1980italy.files.wordpress.com"][/caption] Kesepakatan - kesepakatan tersebut telah memberikan banyak implikasi terhadap berbagai hal, mulai dari industri kendaraan yang ramah lingkungan, kewajiban perusahaan dalam CSR nya untuk melakukan aktivitas isu - isu lingkungan, sampai pada kebijakan implementasi kurikulum untuk menanamkan kesadaran isu lingkungan sejak dini. Mulai tanggal 31 Mei sampai dengan 11 Juni 2010 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC) kembali akan digelar pembicaraan perubahan iklim di Bonn, Jerman, tidak terkecuali kunjungan Presiden RI ke Oslo beberapa waktu lalu. Topiknya masih seputar bagaimana mereduksi efek - efek industrialisasi yang membahayakan keberlangsungan lingkungan dan me-review komitmen yang telah disepakati sebelumnya. [caption id="attachment_154881" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : http://cenil.files.wordpress.com"][/caption] Topik lingkungan khususnya komunikasi lingkungan adalah sesuatu yang baru buat saya. Akan tetapi Saya merasakan dampaknya bagaimana cuaca yang sangat panas di waktu kemarau dan hujat lebat yang mengakibatkan genangan air di jalan raya bahkan terkadang sampai banjir. Tindakan preventif nyata yang saya lakukan baru sebatas melakukan kebiasan membuang sampah pada tempatnya, kegiatan menanam dan memelihara pohon di sekitar rumah dan kebun di kampung halaman, serta memberikan pendidikan ramah terhadap lingkungan kepada buah hati yang masih duduk di bangku kindergarten. Melalui tulisan sederhana ini, ingin berbagi dan belajar dengan kawan - kawan kompasiana mengenai topik komunikasi lingkungan yang seksi ini. Mengutip pidato Ir Rachmat Witoelar dalam Rakornas Komunikasi Lingkungan, Agustus 2009 yang mengatakan, "Meningkatnya kesadaran dan keberpihakan masyarakat dalam pelestarian lingkungan adalah momentum untuk mengingkatkan pemulihan dan peningkatan kualitas lingkungan" muncul pertanyaan dalam benak saya mengenai tingkat kesadaran dan tingkat keberpihakan masyarakat Indonesia. Kebetulan saya belum menemukan studi mengenai tingkat kesadaran dan tingkat keberpihakan masyarakat Indonesia dalam lingkungan dan saya pun tidak berani menyatakan jika dampak kerusakan lingkungan yang mengakibatkan banjir dan longsor adalah akibat dari tingkat kesadaran dan tingkat keberpihakan masyarakat Indonesia yang kurang. Mungkin perlu ada studi untuk mengukur derajat kesadaran dan keberpihakan tersebut, sehingga intevensi komunikasi lingkungan yang akan dijalankan tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan. Keragaman etnis dan budaya di Indonesia merupakan sebuah aset bangsa, sehingga memerlukan seni tersendiri dalam melakukan intervensi komunikasi lingkungan. Mengutip dari salah satu literatur, Komunikasi Lingkungan didefinisikan sebagai penggunaan proses - proses komunikasi dan produk - produk media yang terencana dan strategis untuk mendukung pembuatan kebijakan yang efektif, partisipasi publik dan implementasi program yang ditujukan untuk mencapai keberlangsungan lingkungan. Jika dianalisis secara sederhana, faktor komunikator pesan, kemasan pesan, dan penerima pesan sangat menunjang dalam proses tersebut. Pemerintah merupakan komunikator kunci dalam hal ini, pertanyaannya sejauhmana kredibilitas komunikator pemerintah kita saat ini? Bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun