Bingung tak dapat diajar, Cerdik tak dapat diikut.
(Zaman Bingung)
JC Tukiman Taruna
Pengampu MK Perencanaan Pengembangan Masyarakat
Ratusan tahun lalu, ada ramalan tentang akan terjadinya zaman edan, .......barangsiapa tidak ikut edan, siapa pun tidak akan keduman (= memperoleh bagian, kecipratan rejeki).Â
Banyak orang bertanya-tanya: Apakah zaman edan itu telah, sedang, dan baru akan terjadi? Jawabannya sangat longgar, dalam arti tidak seorang pun dapat menjamin kepastiannya, dan karena itu sangatlah situasional-terbuka.Â
Ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) gencar dan berhasil melaksanakan sejumlah OTT kepada pejabat teras, banyak orang mengaitkannya dengan ramalan itu betapa  sedang tibalah zaman edan itu; karena itu barangsiapa tidak korupsi, ia tidak akan ikut kecipratan  rejeki. Benarkah demikian? Ternyata tidak.Â
Ramalan tinggallah sebuah ramalan, dan zaman terus bergulir; yang edan ternyata dapat terlindas juga, ada juga yang tetap terus edan. Namun,  harus tetap diakui  upaya memberantas korupsi (mengejar wong edan) terus gencar dilakukan, dan hal itu membuktikan bahwa zaman edan tidak sedang/sudah terjadi.
Merebaknya wabah COVID 19 saat ini (di negeri kita ini mulai sangat jelas pada Maret 2020) disebut-sebut sebagai pagebluk, yaitu bencana yang membawaserta banyak kematian manusia, juga tidak sedikit yang sakit atau pun terjangkit, dan yang memrihatinkan ialah kapan waktu berakhirnya pagebluk ini, Â masih sangat belum pasti.Â
Rasanya, tepatlah menyebut saat-saat ini sebagai "zaman bingung," Â bukan zaman edan. Di dalam zaman bingung ini, aktuallah peribahasa berikut: Bingung tak dapat diajar, cerdik tak dapat diikut. Apa maksudnya?